JPNN.com

Tumbuh Positif, Penerimaan Bea Cukai hingga Akhir 2024 Capai Rp 300,2 Triliun

Senin, 13 Januari 2025 – 16:15 WIB
Tumbuh Positif, Penerimaan Bea Cukai hingga Akhir 2024 Capai Rp 300,2 Triliun - JPNN.com
Bea Cukai terus menunjukkan komitmennya untuk mengoptimalkan penerimaan negara demi mendukung pembangunan nasional di tengah berbagai tantangan ekonomi global dan domestik. Foto: Ilustrasi/Dokumentasi Humas Bea Cukai

jpnn.com, JAKARTA - Bea Cukai terus menunjukkan komitmennya untuk mengoptimalkan penerimaan negara demi mendukung pembangunan nasional di tengah berbagai tantangan ekonomi global dan domestik.

Tahun 2024 menjadi momen penting bagi Bea Cukai dalam melaksanakan peran strategisnya sebagai revenue collector.

BACA JUGA: Awali 2025, Bea Cukai Langsa Tindak 1,1 Juta Batang Rokok Ilegal

Kepala Subdirektorat Humas dan Penyuluhan Bea Cukai Budi Prasetiyo mengatakan penerimaan dari sektor kepabeanan dan cukai di 2024 mengalami pertumbuhan dari tahun sebelumnya, yaitu sebesar Rp 300,2 triliun atau tumbuh 4,9 persen (yoy), dan memenuhi 93,5 persen dari target APBN.

Budi mengungkapkan pertumbuhan ini dipengaruhi beberapa faktor, di antaranya pertumbuhan nilai impor dan penguatan kurs dolar Amerika Serikat (USD) yang menyebabkan pertumbuhan penerimaan bea masuk.

BACA JUGA: Peredaran 1,18 Juta Batang Rokok Ilegal Digagalkan Bea Cukai Langsa, 2 Pelaku Ditangkap

Kemudian dampak kebijakan relaksasi ekspor mineral mentah dan harga crude palm oil (CPO) yang menguat sejak Juni yang menyebabkan pertumbuhan penerimaan bea keluar, dan kebijakan kenaikan tarif cukai hasil tembakau dan MMEA yang menyebabkan pertumbuhan penerimaan cukai.

Berikut refleksi atas capaian penerimaan Bea Cukai tahun 2024 yang erat kaitannya dengan fungsi instansi ini sebagai revenue collector:

BACA JUGA: Ini Upaya Bea Cukai Memperbaiki Pelayanan dan Pengawasan Sepanjang 2020-2024

1. Bea Masuk

Penerimaan bea masuk tahun 2024 ialah sebesar Rp 53,0 triliun atau tumbuh 4,1 persen (yoy).

"Bea masuk melanjutkan pertumbuhan positif sejalan dengan pertumbuhan nilai impor sejak Juni, terutama impor bahan baku dan penolong," kata Budi dalam keterangan resminya, Senin (13/1).

Diketahui pada triwulan pertama 2024, penerimaan bea masuk sempat menurun dikarenakan adanya penurunan nilai impor yang tipis akibat kondisi global.

Namun, pada triwulan kedua, terjadi pertumbuhan dikarenakan adanya kenaikan impor bahan pangan untuk pengendalian dampak perubahan iklim dan penguatan USD terhadap rupiah.

Disusul pertumbuhan di triwulan ketiga dan keempat yang disebakan peningkatan nilai impor yang konsisten, terutama dalam impor bahan baku, barang penolong industri, dan barang konsumsi.

2. Bea Keluar

Penerimaan bea keluar tahun 2024 ialah sebesar Rp 20,9 triliun atau tumbuh 53,6 persen (yoy).

Pertumbuhannya terjadi di setiap kuartal, yakni pada triwulan pertama pertumbuhan bea keluar dipengaruhi oleh penurunan harga CPO dan volume ekspor.

Lalu pada triwulan kedua dan ketiga pertumbuhan dipengaruhi kebijakan relaksasi ekspor mineral berlanjut dan harga CPO yang menguat.

Terakhir pada triwulan keempat pertumbuhan penerimaan bea keluar dapat terjadi diakibatkan harga CPO mencapai level tetinggi sepanjang 2024.

3. Cukai

Penerimaan cukai tahun 2024 ialah sebesar Rp 226,4 triliun atau tumbuh 2,0 persen (yoy).

Adapun penerimaan cukai terdiri dari penerimaan hasil tembakau sebesar Rp 216,9 triliun, minuman mengandung etil alkohol (MMEA) Rp 9,2 triliun, dan etil alkohol (EA) sebesar Rp 141,1 miliar.

Pada triwulan pertama 2024, penerimaan cukai sempat mengalami penurunan dikarenakan turunnya produksi hasil tembakau akhir tahun 2023 sebagai basis pembayaran kuartal I.

Namun, dapat tumbuh pada triwulan kedua setelah tarif efektif cukai hasil tembakau (CHT) tumbuh moderat akibat peningkatan produksi HT dari gol II dan III yang tarifnya lebih murah.

Kemudian pada triwulan ketiga pertumbuhan terjadi dikarenakan tarif efektif CHT tumbuh moderat, meskipun terjadi penurunan produksi.

Pertumbuhan kembali terjadi pada triwulan keempat, karena tarif efektif CHT tumbuh lebih tinggi dibandingkan kuartal sebelumnya meskipun terjadi penurunan produksi.

Disebutkan Budi, penerimaan kepabeanan dan cukai yang tumbuh positif di 2024 ini tidak terlepas dari implementasi empat strategi yang dirumuskan Bea Cukai.

"Sebagai revenue collector, Bea Cukai memiliki empat strategi untuk mengoptimalkan penerimaan negara di sektor kepabeanan dan cukai," ungkap Budi.

Pertama, Bea Cukai melakukan joint program dengan Direktorat Jenderal Pajak (DJP) melalui penetapan daftar sasaran bersama, pelaksanaan secondment, dan pengintegrasian data untuk meningkatkan kepatuhan wajib pajak.

Kedua, Bea Cukai melaksanakan audit kepabeanan dan cukai, melalui penerapan data analytic dalam audit, pelaksanaan intensifikasi teknologi dan informasi dalam audit (e-audit), serta penguatan unit analysis targeting dan utilisasi analyzing room.

Penerapan audit juga merupakan extra effort Bea Cukai dalam menghimpun penerimaan negara di sektor kepabeanan dan cukai.

Ketiga, pengembangan dan kolaborasi sistem aplikasi Ceisa Siap Tanding dengan pengadilan pajak, serta pembangunan dual integrated database dalam pelaksanaan keberatan.

Terakhir, optimalisasi penerimaan di sektor kepabeanan dan cukai melalui pelaksanaan dialog penerimaan, pembentukan tim optimalisasi penerimaan, pelaksanaan koordinasi dengan satuan kerja Bea Cukai, dan pelaksanaan intimasi interviu perusahaan.

Budi berharap penerimaan kepabeanan dan cukai yang tumbuh positif ini dapat mendukung APBN secara optimal dan memperkuat ekonomi nasional secara menyeluruh.

"Dengan semangat kolaborasi, baik dengan instansi lainnya, stakeholders, dan masyarakat, Bea Cukai diharapkan mampu terus menjadi institusi yang dapat diandalkan dalam mendukung pembangunan Indonesia," pungkas Budi. (mrk/jpnn)

Simak! Video Pilihan Redaksi:


Redaktur : Sutresno Wahyudi
Reporter : Sutresno Wahyudi, Sutresno Wahyudi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler