King Pele

Oleh: Dhimam Abror Djuraid

Jumat, 30 Desember 2022 – 18:24 WIB
Pele (1940-2022). Foto: Paulo Whitaker/Reuters

jpnn.com - TIDAK banyak orang yang mengenal nama Edson Arantes do Nascimento. Tak ada yang tahu persis mengapa dan bagaimana nama panjang itu kemudian lebih dikenal nama empat huruf saja, Pele.

Empat huruf itu menjadi kata yang paling terkenal dan paling mudah diucapkan oleh orang seluruh dunia. Kalau ada survei empat kata apa yang paling dikenal orang di seluruh dunia, jawabnya adalah okay dalam bahasa Inggris, dan Pele.

BACA JUGA: Dunia Berduka, Pele Sang Raja Sepak Bola Tutup Usia

Pele meninggal dunia di Sao Paulo pada 29 Desember 2022, dalam usia 82 tahun, setelah beberapa bulan terbaring di rumah sakit karena kanker.

Pada masa tuanya Pele menderita berbagai penyakit dan dalam beberapa tahun terakhir harus memakai kursi roda. Kendati demikian hal itu tidak menghalangi Pele untuk bepergian ke berbagai ajang penting dunia.

BACA JUGA: Pele Meninggal Dunia, Kami Ikut Berduka

Gaya hidup Pele penuh warna, glamor, dan jetset. Ia menghabiskan waktu bermain untuk klub Santos di Brasil yang membesarkan namanya.

Dia bermain film layar lebar, menjadi selebritas, bertemu dengan Paus dan Presiden Nixon, Presiden Carter, serta Ratu Elizabeth, dan para pemimpin selebritas terkenal dunia, termasuk para bintang rock.

BACA JUGA: Putri Pele Bicara Peran Olahraga dalam Mengubah Budaya Masyarakat

Pele sudah tiga kali mengangkat trofi Piala Dunia, yakni pada usia 17 tahun di Swedia 1958. Empat tahun kemudian di Chile, dan yang ketiga di Meksiko yang sangat ikonik pada 1970.

Dia bukan hanya seorang pesepakbola. Pada 1970-an ketika media belum semasif seperti saat ini, Pele sudah menjadi media darling global. Ke mana pun ia pergi, dari New York, Paris, Sao Paulo, sampai ke ujung dunia pun ribuan orang akan mengerubutinya.

Ketika itu belum ada media sosial yang menghasilkan viral, tetapi Pele sudah menjadi viral tiap hari.

Hanya Pele dan Brasil yang bisa memiliki Piala Dunia selama-lamanya setelah memenanginya tiga kali.

Seorang jurnalis pernah iseng bertanya kepada Pele. Mana yang lebih terkenal dia atau Yesus Kristus. Pele yang dilahirkan sebagai Katolik menjawab dengan sangat diplomatis, tetapi menohok. "Ada banyak tempat di dunia di mana Yesus Kristus tidak begitu dikenal."

Dalam sepak bola global sekarang ini seorang pemain berusia 19 tahun atau bahkan 21 tahun akan disebut sebagai ‘’the wonder kid’’. Julian Fernandez gelandang Argentina memenangi penghargaan pemain muda terbaik Piala Dunia Qatar 2022, usianya 21 tahun. Jude Bellingham, gelandang Inggris dianggap sebagai gelandang jangkar terbaik dunia, usianya 19 tahun. Kylian Mbappe, striker Prancis yang disebut-sebut sebagai pewaris Lionel Messi atau Ronaldo, usianya 23 tahun.

Mbappe ialah wonder kid, anak ajaib yang membawa Prancis menjadi juara dunia pada 2018 dalam usia 18 tahun. Namun, Mbappe tidak bisa membawa Prancis menjadi juara back to back pada Piala Dunia kali ini.

Pele sudah mulai mencetak gol-gol yang spektakuler ketika usianya baru 15 tahun. Saat menginjak 17 tahun dia sudah menjadi bagian dari tim Brasil yang memenangi Piala Dunia pada 1958. Pele kemudian menjadi inspirasi ketika Brasil menjadi juara dunia pada 1962 dan 1970.

Dia terkenal dengan tendangan salto atau tendangan sepeda, bycicle kick. Pele mempunyai loncatan yang sangat tinggi untuk menanduk bola-bola silang. Dia disebut punya kekuatan melawan gravitasi dengan loncatannya yang tinggi. Cristiano Ronaldo mewarisi Pele dengan kemampuan tendangan sepeda dan loncatan anti-gravitasi. Ronaldo adalah mesin hasil kerja keras dan paduan sains olahraga. Pele murni lahir dari bakat alam.

Kalau seorang Lionel Messi dinobatkan Greatest of All Time atau GOAT karena satu kali mengangkat Piala Dunia, maka julukan Super GOAT layak disematkan kepada Pele.

Pele mengakhiri kariernya setelah mencatat 1.279 gol dari 1.363 pertandingan dan tercatat di The Guiness Book of Records. Ada perdebatan mengenai rekor ini karena beberapa gol dari pertandingan persahabatan dimasukkan sebagai gol internasional.

Kehidupan Pele sangat berwarna-warni. Maradona yang sering diperbandingkan dengan Pele juga punya cerita hidup yang sama, terutama yang berkaitan dengan perempuan. Pele menikah tiga kali, yang terakhir ketika dia berusia 75 tahun dengan Marcia Aoki yang 30 tahun lebih muda.

Pele punya tujuh anak dan semasa hidup dikaitkan skandal dengan banyak perempuan. Namun, Pele tidak pernah punya masalah dengan obat bius sebagaimana yang dialami oleh Maradona. Soal perempuan, Pele dan Maradona mungkin sama-sama punya catatan yang penuh warna.

Orang selalu memperdebatkan siapa yang paling hebat di antara Pele, Maradona, Johan Cruyff, George Best, Lionel Messi, dan Cristiano Ronaldo.

Setiap zaman ada orangnya, dan setiap orang ada zamannya. Pele menjadi orang pada zamannya.

Pele manusia unik. Dia hanya hidup di dunia satu kali, tetapi memenangi Piala Dunia tiga kali.

Pele dan Maradona diperbandingkan, sekarang dua orang itu bermain bersama di surga. Begitu kata penggemarnya.

Orang-orang di Brasil memuja Pele sebagai dewa dan raja. King Pele.

Di tengah masyarakat Brasil yang mayoritas Katolik, Pele dianggap punya kualitas ketuhanan. Ada dua dimensi Pele sebagai manusia dan sebagai pesepakbola. Pele ialah manusia biasa, tetapi ketika bermain bola dia menjadi tuhan.

Sebagaimana pesepakbola Amerika Latin pada umumnya Pele lahir di favela, wilayah kumuh yang miskin, di Tres Coracoes.

Sewaktu kecil ia mengalami kesulitan mengeja, seperti umumnya anak miskin yang kurang sekolah. Dia mulai main sepak bola di jalanan dengan telanjang kaki dan dengan bola dari kertas yang dibungkus plastik.

Pada usia 15 tahun dia ditemukan oleh klub Santos, dan sejak itu klubnya langsung berani memproklamasikan bahwa Pele akan menjadi pesepakbola terhebat di dunia. Ramalan itu menjadi kenyataan. Pele menjadi pemain paling hebat di dunia dan menjadi atlet berbayar paling mahal ketika itu.

Timnas Brasil saat itu bertabur bintang. Djalma Santos, Didi, Mario Zagallo, Garrincha, Nilton Santos, dan Orlando. Namun, Pele adalah permata pada ujung mahkota Brasil.

Semua klub besar di seluruh dunia memburu tanda tangannya, Real Madrid, Inter Milan, Juventus, dan Manchester United. Pele bergeming. Ia tetap memilih Santos. Ia berkeliling dunia dengan klubnya untuk membuat pertandingan eksebisi yang selalu menggemparkan.

Pada ujung kariernya di 1975 Pele bermain untuk klub Amerika Cosmos bersama para bintang gaek seperti Franz Beckenbeauer, Johan Cruyff, dan George Best. Pele yang bersahabat dengan Muhammad Ali ingin agar sepak bola berkembang di Amerika Serikat.

Pada 1977 Pele mengumumkan pensiun dari sepak bola dengan pertandingan antara Santos vs Cosmos di Amerika. Hujan turun pada pertandingan selamat tinggal itu. Esok harinya headlines surat kabar berbunyi Langit pun Menangis Melepas Pele.

Sekarang, ketika Pele harus berpulang, bukan hanya langit yang menangis, seluruh dunia pun ikut menangis. (*)


Redaktur : Mufthia Ridwan
Reporter : Cak Abror

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler