King...I am Liem Swie King (1)

Rabu, 07 Oktober 2015 – 19:24 WIB
Liem Swie King. Foto: Dok. Liem Swie King.

jpnn.com - TAN Joe Hok menyebut Liem Swie King Jenderal Besar. Sebab, King muncul ketika kekuatan bulutangkis dunia merata, tak sendirian seperti era Rudy Hartono. "Jadi kalau King menang, artinya dia benar-benar jago," kata juara All England 1959 itu.

=======
Wenri Wanhar - Jawa Pos National Network
=======

BACA JUGA: Ketahuilah, Hanya Jenazah Bung Tomo yang Bisa Dibawa Pulang

Nama Liem Swie King membumbung tinggi ketika mengalahkan Rudy Hartono dua set langsung di final All England 1978. 

Rudy Hartono pemegang rekor All England. Delapan kali dia menjuarai turnamen bulutangkis bergengsi di dunia itu. Dan...Liem Swie King-lah pengganti singgasananya. 

BACA JUGA: DARDERDOR...! Kisah Tiga Butir Peluru di Palagan Ambarawa

Sang juara dunia menangis haru seraya menghampiri Rudy Hartono, yang tak lain idolanya. "Terima kasih, Rud," bisik King. Rudy yang sedang berjongkok, menoleh dan tersenyum.

Sejurus kemudian, "sejumlah wartawan asing, termasuk wartawan Kompas, Valens Doy yang meliput All England, masuk ke ruang ganti," tulis Robert Adhi Ksp, wartawan Kompas dalam Panggil Aku King.

BACA JUGA: Tanggal-tanggal Penting dalam Sejarah Terbentuknya TNI

Para pemburu berita itu mencari Rudy Hartono. "Rud, Anda kelihatan tidak bersedih sama sekali, meskipun kalah," tanya salah seorang. 

Tenang Rudy menjawab, "mengapa harus bersedih? Memang King bermain lebih baik daripada saya. Mau apa lagi? Dan lebih dari itu, saya kalah dari rekan saya sendiri. Gelar juara All England sudah kembali ke Tanah Air saya."

Adhi Ksp mengisahkan, ketika Rudy beranjak dan membelah rambutnya di depan cermin kamar ganti, Valens Doy dari Kompas melempar tanya, "Apa benar Rudy, King bilang you kasih dia menang?"

"Siapa bilang? Saya yang bermain jelek, kok," tangkis Rudy. 

Valens lalu menghampiri juara baru kita. "Ah mana bisa Rudy kasih you, King. You yang berhasil tekan dia ke baseline kok, sehingga dia mati sendiri," suara Valens keras. Orang-orang ini memang biasa senda gurau.

Usia King 22 tahun ketika naik podium mengangkat tropi All England pertamanya. Sebagai juara baru, dia diminta berpidato. Cuma sepatah dua, di penghujung kata dimintanya 7000 ribu penonton yang memadati gelanggang memberikan apllaus untuk Rudy Hartono. 

Hadirin menurut. Bergemuruhlah arena itu.

Jejak Langkah

Tahun 1964, ketika berusia delapan tahun, Liem Swie King dibuatkan raket papan dari kayu bekas peti perkakas sepeda. 

"Sampai umur 11 tahun, aku masih suka menepak-nepak bola dengan raket papan. Aku mulai suka bermain bulutangkis. Olahraga ini diperkenalkan oleh papaku dan kedua kakak perempuanku, Megah Inawati dan Megah Idawati," kenangnya dalam buku Panggil Aku King, karya Robert Adhi Ksp.

Dua kakak perempuannya itu pebulutangkis nasional di era Minarni dan Retno Kustiyah. 

Saban hari sepulang sekolah King bermain di sudut ruang kosong toko Tek Hong (kemudian ganti toko Tri Hesti), di Jl. Sunan Kudus, No.27, Kudus, Jawa Tengah. Salah satu toko sepeda terbesar di Kudus itu milik papanya, Ng Thian Poo. 

Bila toko sepi dia main dengan Bo Hin, pegawai papanya. 

Usia 12 tahun dia mulai sering diajak papanya main di tanah kosong belakang rumahnya. Saat itulah dia pertamakali punya raket. Merknya Supra buatan Klaten. Menurut King, senarnya dari tali pancing ikan.

"Papa sering mengajak teman-temannya yang berusia 40-an tahun bertanding denganku. Hampir setiap hari. Dan aku sering kalah karena fisikku belum kuat. Maklum, usiaku masih 12-13 tahun," katanya.

Turnamen

Pada 1971, perusahaan Djarum membentuk klub PB Djarum. Diajak kakak iparnya yang pegawai Djarum, King bergabung sabagai salah satu anggota pertama. Dia pun mulai ikut berlaga di sejumlah turnamen.

Usia 15 tahun King menjuarai tunggal putra bulutangkis tingkat yunior se-Jawa Tengah di Magelang, 1972. Disusul juara Pekan Olahraga Pelajar Seluruh Indonesia atau POPSI se-Jawa Tengah. Kemudian juara tunggal putra di bawah umur 18 tahun yang memperebutkan piala Gubernur Jawa Tengah. 

Prestasi itu membuatnya dapat beasiswa dari sekolah. King gratis bayar SPP selama tiga tahun sampai lulus dari SMA Negeri Kudus.

Masih di usia 15 tahun, King ambil bagian di First Djakarta Badminton Open Tournament, di Jakarta, November 1972. "Ini pertandingan internasional pertama yang kuikuti," ungkapnya.

Meski tak keluar sebagai juara, sebagaimana diceritakan Adhi Ksp, semenjak itu nama King mulai disebut-sebut sebagai bibit baru bulutangkis Indonesia. Dia dipuji memiliki strokes yang bagus, tajam dalam penempatan bola, dan gesit dalam gerak-gerik. Hanya saja masih kurang power.

King ikut memperkuat Jawa Tengah di ajang Pekan Olahraga Nasional (PON) VIII. Sebagai new comers, dia tak melupakan kenangan itu... 

"Dalam pembukaan PON di Stadion Utama Senayan, aku sangat bangga bisa berfoto bersama Christian Hadinata, juara All England 1972 dan 1973. Christian bermain dalam  partai ganda putra mewakili Jawa Barat."

Di final kejuaraan itu, King dikalahkan Iie Sumirat, pemain dari Jawa Barat. 

Usai PON dia ikut Kejuaraan Dunia Bulutangkis Piala Garuda di Tegal, Jawa Tengah, 25-1 September 1973. Dan, King meraih juara pertama.

Melihat bakatnya, King dipanggil Persatuan Bulutangkis Seluruh Indonesia (PBSI) masuk pelatnas di Bandung. "Ini pelatnas pertama yang kuikuti...aku merupakan atlet bulutangkis termuda...aku masih malu-malu," kenangnya.

Konsekuensi ikut pelatnas, sekolahnya tertinggal. Untungnya, pihak sekolah memberikan kompensasi buatnya. Dia lulus SMA setelah ikut ujian susulan.

Kehadiran King di pelatnas menarik perhatian legenda bulutangkis dunia, Rudy Hartono. "Ketika King masuk pelatnas dia terlihat sangat serius. Dia menambah porsi latihannya sendiri. Ini ciri-ciri atlet yang akan menjadi juara dunia."

Benar saja. King mencapainya. Dan ternyata...King betul-betul mengikuti jejak langkah Rudy Hartono, lakon idolanya; menjadi bintang film. 

Jika Rudy bermain di film Matinya Seorang Bidadari (1971) bersama Poppy Dharsono, King main di film Sakura dalam Pelukan (1979) bersama Eva Arnaz. Kabarnya, King bintang film dengan honor termahal di masa itu.

Apa yang terjadi ketika King main film? Sila ikuti serial berikutnya...--bersambung (wow/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Fakta-fakta Sejarah Di Balik Kelahiran CIA


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler