Kini Jonan Bisa Tidur Siang, Jalan-jalan Keliling Dunia

Jumat, 19 Agustus 2016 – 00:17 WIB
Ignasius Jonan. Foto: IMAMHUSEIN//JAWAPOS

jpnn.com - DUA minggu setelah dilengserkan dari posisinya sebagai pembantu presiden, mantan Menteri Perhubungan Ignasius Jonan dan mantan Menteri ESDM Sudirman Said terlihat ’’menganggur’’.

M. SALSABYL ADN- DHIMAS GINANJAR, Jakarta

BACA JUGA: Ternyata Di Sini Para Dukun Membeli Benda-benda Eksklusif Termasuk Hantu Jenglot

Keduanya masih santai-santai saja. Berbeda dengan ketika mereka masih memimpin kementerian. Hari-hari mereka supersibuk. 

Jonan, misalnya. Saat ditemui di sebuah restoran di kawasan Dharmawangsa, Kebayoran Baru, Senin malam (15/8), dia terlihat sangat rileks. Berkemeja biru lengan pendek dan celana kain hitam, kesan Jonan yang tegas dan keras tidak terlihat. Yang tampak Jonan sebagai warga biasa, yang ramah dan tidak formal. 

BACA JUGA: Gloria Natapradja, Pagi Menangis Melihat Arjuna, Akhirnya Senyum

Jonan menyatakan, selepas lengser dari jabatan menteri, dirinya ingin menikmati hari-hari ’’menganggur’’-nya itu. Baik bersama istri dan anak-anaknya maupun dengan teman dan kolega saat masih menjabat.

Menurut dia, pekerjaan selesai tidak berarti pertemanan ikut selesai. Karena itu, dengan senang hati dia akan memenuhi undangan kondangan teman atau ajakan ngobrol di warung kopi. Syaratnya, pertemuan tersebut tidak membicarakan isu-isu di perhubungan. Sebab, dia bukan siapa-siapa lagi. 

BACA JUGA: Yuddy Temani Anak Sarapan, Rizal Nikmati Musik Jazz

’’Makanya, kalau saya ditanya soal Terminal 3, misalnya, saya nggak mau jawab,’’ ujarnya. 

Sebagaimana diketahui, saat masih menjabat, Jonan dikenal sebagai menteri yang keras dan sering tanpa tedeng aling-aling alias ceplas-ceplos saat memberikan pernyataan. Akibatnya, tidak jarang sikap dan pernyataannya mengundang kontroversi. Bahkan, karakter seperti itu dia tunjukkan jauh sebelum ditunjuk menjadi menteri. 

Misalnya, saat Jonan dipercaya menjadi Dirut PT Kereta Api Indonesia (KAI). Dia sukses membubarkan praktik percaloan dan penumpang gelap. Image lingkungan stasiun yang kotor dan kumuh pun disulap menjadi bersih serta nyaman. Kondisi gerbong-gerbong kereta diperbaiki sehingga kereta kelas ekonomi serasa kelas bisnis atau eksekutif. 

Untuk memastikan terobosan-terobosannya berjalan sesuai dengan harapan, Jonan sampai menyempatkan tidur di kereta ekonomi selama 15 hari untuk mengecek kualitas pelayanan di dalam kereta. 

Naik ’’takhta’’ menjadi menteri perhubungan tidak membuat alumnus SMA Katolik St Louis Surabaya itu berubah sikap. Dia tetap berpegang teguh pada prinsipnya yang mengedepankan kedisiplinan serta pragmatisme. Jonan pun mengusung program besar seperti proyek tol laut yang diyakini bisa mengatasai masalah biaya logistik tinggi di Indonesia.

Banyak kasus atau proyek yang dia bongkar karena tak memenuhi ketentuan. Meski, hal tersebut terkadang bertentangan dengan kebijakan Presiden Jokowi. Misalnya, saat Jonan melarang pengoperasian jasa ojek motor dan mobil online karena bertentangan dengan regulasi. Kebijakan Jonan itu akhirnya dianulir RI-1 (sebutan presiden).

Puncaknya adalah komentar Jonan soal insiden Brebes Exit (Brexit), yaitu kemacetan superpanjang di tol Cipali hingga pintu keluar di Brebes yang mengakibatkan lebih dari 10 pemudik Lebaran tewas. Saat itu, Jonan berkelit, kematian pemudik bukan disebabkan kemacetan, tetapi oleh sebab lain. 

Pernyataan tersebut, rupanya, dinilai tidak sesuai dengan kenyataan di lapangan. Beberapa hari kemudian, Jonan meminta maaf secara terbuka atas pernyataannya tersebut. Sejak itu, pintu keluar dari kabinet bagi Jonan pun terbuka lebar.

Jonan mengakui, saat menjadi menteri, waktunya habis untuk memikirkan pekerjaan di kantor melulu. Setiap hari dia baru bisa tidur pukul 01.00 dan harus bangun pukul 05.00. Karena itu, begitu terkena reshuffle, dia jadi punya kesempatan untuk melepas kepenatan yang menumpuk selama dua tahun menjadi pejabat negara. Salah satunya menjalani olahraga secara rutin lagi. Mulai joging, berenang, hingga nge-gym. 

’’Sekarang pukul 10 malam sudah ngantuk dan pukul 7 pagi baru bangun. Yang paling enak, saya bisa tidur siang,’’ ujarnya, lantas tersenyum. ’’Pokoknya, sekarang badan rasanya lebih segar.’’

Jonan memastikan tak akan pensiun dini dari aktivitas profesional. Namun, dia belum memikirkan kegiatan apa yang akan dilakukannya. Dia masih ingin menjalani hari-hari libur panjang bersama keluarga dan teman-teman. 

’’Tak lama lagi saya di Jakarta. Saya akan balik kampung ke Surabaya,’’ ungkap istri Ratnawati tersebut.

 Jonan akan menghabiskan waktu dengan berjalan-jalan.  Jonan akan keliling dunia. Bahkan, rencana itu hampir konkret.

Dia akan memulai tur keliling dunia itu dari wilayah Asia. Lalu ke Eropa. Sekalian mengantar putrinya, Monica Jonan, kembali studi di jurusan arsitektur di Architectural Institute In Prague (ARCHIP) Praha, Republik Cheko, serta Catherine Jonan yang studi ilmu politik dan ekonomi di London, Inggris.

Tidak seperti Jonan, sejak di-reshuffle dari menteri ESDM, Sudirman Said jarang muncul di depan publik. Dia lebih banyak ’’bersembunyi’’. Hanya sesekali terlihat di acara-acara yang mengundang dirinya.

Misalnya, acara Merayakan Chairil Anwar di Teras Budaya Tempo, Senin malam (15/8). Dalam acara yang digagas majalah Tempo itu, Sudirman didaulat untuk membacakan puisi karya Chairil berjudul Kepada Kawan.

Malam itu, Sudirman yang berbaju batik biru datang bersama istri, Astried Swastika. Dia naik ke panggung pukul 20.15 bersama artis Dian Sastrowardoyo yang membacakan puisi Derai-Derai Cemara dan Kapolri Jenderal Tito Karnavian dengan puisi Diponegoro.

Sudirman bercerita, puisi Kepada Kawan pernah dibacakannya puluhan tahun silam. Namun, dia mengakui bahwa dirinya bukan seniman yang mampu membaca puisi dengan artistik dan teatrikal. Cara membacanya justru mirip orang berpidato. ’’Maklum, saya bukan penyair beneran,’’ katanya.

Sudirman mengaku terakhir membaca puisi saat kelas 3 SMP. Meski demikian, penampilannya tetap mendapat aplaus panjang dari hadirin.

Selepas jabatannya dicopot Presiden Joko Widodo, Sudirman memang belum menjalankan kegiatan berat. Beberapa hari setelah reshuffle, dia memilih untuk pulang kampung ke Brebes, Jawa Tengah. Melalui akun Twitter-nya, dia sempat mengunggah foto-foto aktivitasnya dan keindahan alam tanah kelahirannya itu. ’’Saya silaturahmi ke keluarga,’’ terang Sudirman. 

Sudirman tidak bersedia berbicara banyak soal aktivitasnya setelah dilengserkan dari jabatan pembantu presiden. Dia hanya mengatakan akan istirahat dulu dari aktivitas kerja. Setelah itu kembali ke kampus menjadi dosen. 

’’Paling saya ngajar lagi di STAN (Sekolah Tinggi Administrasi Negara, Red),’’ katanya singkat.

Selama menjadi menteri ESDM, Sudirman boleh dibilang mempunyai banyak kesuksesan. Dia berhasil menghilangkan subsidi untuk bahan bakar premium yang selama ini sulit dilakukan. Sejak awal menjabat, dia sukses menaikkan rasio elektrifikasi melebihi target APBN.

Yang tidak kalah penting, citra Kementerian ESDM yang runtuh gara-gara menteri sebelumnya, Jero Wacik, menjadi tersangka KPK pelan-pelan bisa terangkat kembali. Petral yang selama dianggap sebagai sarang mafia migas juga berhasil dibubarkan. Selain itu, Sudirman bisa memotong birokrasi sehingga alur investasi di Kementerian ESDM lebih cepat.

Meski demikian, karirnya sebagai menteri ESDM juga banyak diwarnai ketegangan. Misalnya, dengan PT PLN. Sudirman kerap menyindir Dirut PLN Sofyan Basir yang tidak mau menurut pada kebijakan kementerian. Padahal, saat kebijakan itu dibuat, perseroan listrik tersebut juga dilibatkan.

Dia juga sempat dituduh telah memuluskan upaya PT Freeport Indonesia untuk mendapat perpanjangan kontrak sebelum waktunya. Sebab, dia ingin merevisi PP No 77/2014 tentang Usaha Pertambangan Minerba. Lantas, muncul kegaduhan soal pengembangan Blok Masela dengan Menko Maritim Rizal Ramli.

Sudirman juga dikenal sebagai sosok yang suka menulis dan membaca buku. Saat berpamitan kepada wartawan di Kementerian ESDM. Dia menyatakan ingin menulis buku. Dia mengaku terinspirasi Bung Hatta dalam menyampaikan gagasannya dalam tulisan.

’’Tampak jelas dari tulisan beliau yang penuh kalimat bertenaga. Beliau tentu kuat bacaannya. Tidak mungkin seseorang bisa menulis dengan baik kalau tidak rajin membaca,’’ tutur dia.

Sudirman berharap para pejabat Indonesia bisa meniru Bung Hatta. Apalagi pada era yang disebutnya telah didominasi pragmatisme. ’’Bung Hatta juga seorang pemimpin politik. Tapi, saat ini politik kita jauh dari pikiran-pikiran besar,’’ tegasnya. (*/c5/ari/sam/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Anies Baswedan: Tuhan Memiliki Rencana yang Misterius


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler