jpnn.com - SETELAH tidak menjabat sebagai menteri, aktivitas Menteri PAN-RB Yuddy Chrisnandi dan Menko Maritim Rizal Ramli selama dua pekan terakhir berubah 180 derajat. Yuddy kembali ke kampus dan bisnis. Sementara itu, Rizal Ramli bersiap keliling Indonesia.
TRI MUJOKO BAYUAJI-DODY BAYU PRASETYO, Jakarta
BACA JUGA: Anies Baswedan: Tuhan Memiliki Rencana yang Misterius
SEMASA menjadi menteri Kabinet Kerja, Yuddy dan Rizal Ramli memang dikenal penuh kontroversial. Baik dalam kebijakan maupun pernyataan. Yuddy misalnya. Pada awal masa jabatan, dia pernah melarang kantor-kantor pemerintah rapat di hotel. Alasannya penghematan anggaran.
Dia juga pernah memublikasikan hasil evaluasi kinerja kementerian pada 2015, yang dinilai sebagai pembelaan diri terkait kinerjanya sebagai menteri. Tak lupa, Yuddy pernah mengeluarkan pernyataan untuk lebih memprioritaskan PNS (pegawai negeri sipil) daripada lulusan universitas ternama.
BACA JUGA: Para Prajurit Cantik Harus Tes Jantung Sebelum Tampil di Istana Merdeka
Ditemui setelah menguji disertasi doktor di kampus UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Senin (15/8), Yuddy tampak santai. Sejak pukul 09.00 dia tiba bersama guru besar lain untuk menguji calon doktor di bidang ekonomi syariah. Dia menjadi penguji tamu.
’’Aktivitas saya sekarang ke kampus lagi,’’ ujar guru besar Universitas Nasional Jakarta itu.
BACA JUGA: Ada Bekas Lipstik di Sedotan, Tiga Pembunuh Dibekuk di Perbukitan
Sebagai guru besar di bidang politik, ekonomi, dan kebijakan publik, Yuddy memiliki tiga mata kuliah yang harus diajarkan. Dua mata kuliah untuk S-1, yakni di fakultas ilmu sosial dan ilmu politik serta di fakultas ekonomi.
Satu mata kuliah lainnya di pascasarjana. Saat menjadi menteri, aktivitas di kampus itu praktis ditinggalkan. Termasuk memberikan bimbingan kepada mahasiswa yang menempuh skripsi.
’’Selama saya jadi menteri, hanya satu orang yang saya bimbing. Padahal, yang daftar puluhan,” ujarnya.
Setelah lengser, Yuddy mengaku aktivitas kesehariannya sangat berubah. Ketika masih menjadi menteri, bangun pagi, dia harus langsung menuju kantor Kemen PAN-RB di Senayan. Kini Yuddy punya waktu untuk bercengkerama dengan keluarga. Bahkan, sebelum berangkat ke kampus, dia sempat memberi makan burung dan ayam peliharaannya, membuang sampah, sampai mendengar omelan Velly Elvira, sang istri tercinta.
’’Dulu, dua tahun (saat menjadi menteri, Red) anak saya susah sarapan. Sekarang saya bisa menemani dia sarapan,” ujar pria kelahiran Bandung, 29 Mei 1968, itu.
Begitu pula saat malam, Yuddy punya kesempatan mendampingi sang anak mengerjakan PR. Dari situ, dia jadi tahu perubahan kurikulum pendidikan saat ini.
’’Pertanyaannya sudah level mahasiswa. Sesuatu yang tidak saya jumpai saat saya masih SMP dulu,’’ ujarnya. Anak semata wayang Yuddy, Ayesha Fatma Nandira, saat ini masih duduk di kelas VII SMP di Labschool Jakarta.
’’Hari kebebasan’’ itu juga dia manfaatkan untuk ’’menyalurkan’’ hobi lama. Yakni, nonton film bersama anak-istri. Dalam dua pekan terakhir setelah lengser, sudah tiga film dia lahap bersama keluarga. ”Terakhir kami nonton Jason Bourne. Sebelumnya nonton Tarzan. Seru sekali,” ujar Yuddy, lalu tersenyum.
Yuddy bercerita, sebelum di-reshuffle, dirinya sempat bertanya kepada sang anak. Dia ingin tahu responsnya bila ayahnya tak lagi jadi menteri. ’’Ternyata dia malah bersorak. Senang sekali. Itu berarti ayahnya bebas ke luar negeri,’’ cerita dia.
Sebelum menjadi menteri, keluarga Yuddy memang ’’rajin’’ ke luar negeri. Minimal sebulan sekali ke Singapura atau Malaysia. Apalagi di Singapura, Yuddy menjadi pengajar tamu di Rajaratnam School of International Studies (RSIS) Nanyang Technological University (NTU).
Sedangkan di Malaysia, Yuddy memiliki research fellowship di Universitas Sabah, Kinabalu. ”Biasanya, sambil bekerja, saya ajak keluarga ke sana,” ujarnya.
Selain mengajar, Yuddy kembali menekuni bisnisnya yang sempat ditinggalkan. Dia tercatat sebagai vice president PT Teamindo Sejahtera. Dia juga kembali aktif menjadi konsultan dan menjadi komisaris di beberapa perusahaan.
”Jadi, pagi saya ke kampus. Siangnya satu dua jam ke kantor. Kalau semua beres, saya pulang ke rumah. Beres-beres buku perpustakaan,” ujarnya.
Saat menjadi menteri, hampir semua waktunya tersita untuk tugas negara. Dia menggambarkan, jika dalam waktu singkat satu kegiatan menteri ditinggalkan, sudah banyak pekerjaan yang menunggu. ”Dulu satu jam saja saya meninggalkan ruangan, surat-surat langsung menumpuk. Belum lagi aktivitas, sehari saya tidak masuk, daftar tamu sudah menunggu,” ujarnya.
Sementara itu, mantan Menko Maritim Rizal Ramli menyatakan akan terus bekerja meski tidak lagi menjadi menteri. Sejumlah aktivitas sudah dia siapkan. Salah satunya adalah jalan-jalan keliling Indonesia.
Saat ditemui di kediamannya, kawasan Mampang, Jakarta Selatan, Rabu (10/8), Rizal terlihat santai. Sembari mengajak makan malam, penyuka soto ayam itu bercerita tentang hari-hari pertamanya menjadi rakyat biasa setelah di-reshuffle. Sehari setelah dia lengser, rumahnya ramai dengan tamu. Mereka adalah para kolega, pengusaha perikanan, dan nelayan. Umumnya, mereka menyampaikan perasaan duka atas pelengseran tokoh yang blak-blakan itu.
”Ada yang datang sambil nangis-nangis. Intinya, mereka mempertanyakan, ada orang all-out berjuang untuk bangsa kok malah digusur,” ujar Rizal, lalu mengunyah perkedel kentang kesukaannya.
Rizal menuturkan, para koleganya berharap dirinya terus berjuang membela nelayan dan membuat perubahan di sektor kemaritiman. ”Bagi saya, berada di luar maupun di dalam (pemerintahan, Red) tidaklah penting. Yang penting itu visi, komitmen, dan keberpihakannya kepada bangsa,” ucap dia.
Tamu yang datang ke rumahnya tidak berhenti hingga kini. Karena itu, Rizal merasa bahwa ternyata dirinya sulit untuk beristirahat setelah tidak berada di pemerintahan. ”Padahal, saya kira, setelah nggak jadi menteri saya bisa beristirahat atau jalan-jalan. Tapi nggak bisa. Hahaha...” kata Rizal.
Rupanya, Rizal sudah lama ingin bisa berkeliling Indonesia. Tapi, keinginan itu sampai sekarang belum bisa terwujud. ”Nggak tahu ini dapet jadwalnya kapan. Belum ketemu waktunya,” tutur pria yang juga menjabat menteri keuangan pada era Presiden Abdurrahman Wahid itu.
Selain rencana jalan-jalan tertunda, Rizal menyatakan belum bisa bersantai dan menikmati alunan musik favoritnya. Dia senang mendengarkan musik jazz atau musik klasik sekalian.
”Kalau musik, saya bergantung mood. Pokoknya antara jazz atau klasik,” ujar penggemar komposisi Beethoven itu.
Selama setahun menjabat Menko Maritim, Rizal beberapa kali membuat gaduh suasana di pemerintahan. Di antaranya gara-gara perseteruannya dengan Menteri ESDM Sudirman Said soal blok Masela di Maluku. Dia juga berselisih dengan Gubernur DKI Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) tentang proyek reklamasi Pulau G di Teluk Jakarta.
Berhari-hari berita perseteruan Rizal dengan para rivalnya itu menjadi santapan media, termasuk menjadi viral di media sosial. Suasana reda setelah Presiden Jokowi dan Wapres Jusuf Kalla turun tangan. (*/c11/ari)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Capeknya Pasien BPJS, Ingin Sembuh Harus Sabar Antri
Redaktur : Tim Redaksi