Kiprah Tokoh Nasional Alumni SMA Boedoet Jadi Buku

Senin, 13 Maret 2017 – 19:48 WIB
Jumpa pers peluncuran buku Torehan Kami Warnai Negeri yang berisi kiprah para tokoh lulusan SMA N 1 Jakarta atau SMA Boedoet di Jakarta, Senin (13/3). Foto: Trimujoko Bayuaji/Jawa Pos

jpnn.com, JAKARTA - SMA Negeri I Jakarta atau akrab dikenal SMAN I Budi Utomo (Boedoet) dikenal telah menghasilkan alumni yang memiliki kontribusi penting bagi kemajuan Indonesia. Banyak alumninya yang sudah menjadi tokoh nasional.

Demi mengingatkan kiprah para alumni kepada generasi muda Boedoet, Ikatan Alumni SMAN I Jakarta meluncurkan buku yang berisi kisah-kisah tokoh nasional yang notabene adalah lulusan SMA yang kini berusia 71 tahun itu. Judul bukunya adalah Torehan Kami Warnai Negeri.
 
Peluncuran Torehan Kami Warnai Negeri di Plaza Indonesia, Senin (13/1) selain dihadiri para penulisnya yang alumni Boedoet, juga tokoh yang ditulis dalam buku bersampul putih itu. Antara lain mantan Menteri Keuangan JB Sumarlin, mantan Menko Perekonomian Dorodjatun Kuntjoro Jakti, mantan Gubernur DKI Jakarta Soerjadi Soedirdja, serta mantan Wakapolri Adang Darajatun.

BACA JUGA: Kementan Siap Replanting Lahan Kelapa Sawit

Salah satu penulis buku, Chairunnisa menyatakan, ide menulis Torehan Kami Warnai Negeri muncul setelah melihat perlunya generasi muda Boedoet untuk mengetahui kiprah cemerlang para alumninya di masa lalu.
 
”Alumni Boedoet ternyata adalah tokoh bangsa, tidak hanya sekedar prestasi akademis. Itulah yang juga menjadi dasar judul buku ini,” kata perempuan berjilbab itu di sela-sela peluncuran Torehan Kami Warnai Negeri.

Nisa -sapaan akrabnya- menegaskan, banyak alumni Boedoet yang memiliki kontribusi di berbagai bidang baik ekonomi, sosial ataupun politik. Buku itu pun dibuat demi memotivasi generasi muda Boedoet untuk bisa meneruskan kontribusi para alumninya.

BACA JUGA: ASN Tak Boleh Kalah Pintar dengan Pengusaha

”Ini sebagai tanda bahwa Boedoet punya generasi pendahulu yang menorehkan prestasi,” kata Nisa.
 
Sedangkan Dorodjatun menambahkan, kiprahnya sebagai salah satu menteri di era Presiden Megawati Soekarnoputri tak terlepas dari kualitas guru di SMAN Boeodeot. Mantan Duta Besar RI di Washington itu menegaskan, tanpa kontribusi para guru Boedoet, sulit membayangkan hal-hal yang tertulis dalam buku ini bisa tercapai.

”Sikap kritis dari mereka yang kami bawa, banyak bekal dari Boedoet yang bermanfaat untuk jenjang selanjutnya,” katanya.

BACA JUGA: MPR: Ancaman Terbesar Bukan Serangan dari Luar tapi..

Sementara Adang menilai buku itu patut untuk menjadi pegangan para juniornya di Boedoet. Adang mengaku menulis banyak tentang idealisme, termasuk pentingnya pemuda untuk terlibat dalam partai politik.

”Kepemimpinan harus dimulai dari muda. Sejak kecil, saya bercerita bahwa saya sudah memimpin kelompok sepak bola,” kata Adang.
 
Pada kesempatan sama, JB Sumarlin sebagai angkatan tertua yang dihasilkan Bedoet menulis kiprahnya saat terlibat di pembangunan nasional era Presiden Soeharto. Kontribusinya dimulai saat ada krisis keuangan Pertamina pada 1975.

Krisis itu berimbas pada lumpuhnya perekonomian secara nasional. ”Yang ditugasi (untuk menyelesaikan, red) adalah saya pada saat itu,” kata JB Sumarlin dengan nada suara pelan namun tertata.
 
Selain itu, Sumarlin saat menjadi kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) juga menghadapi fenomena nasional serangan hama wereng. Serangan itu hampir tidak diketahui pemerintah, padahal lahan di 16 provinsi terserang hama wereng saat itu.

”Bahaya kegagalan panen inilah yang ditangani Bappenas, dengan mengirim tim untuk mengecek hama wereng itu,” ujarnya.(bay)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Minimal, 20 Jam Pendidikan Untuk ASN


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler