Nusantara Fashion Festival 2020

Kisah Bos PMP Populerkan Produknya di Amerika dan ASEAN

Sabtu, 15 Agustus 2020 – 18:25 WIB
Co-Founder Pot Meets Pop (PMP), Hendry Sasmitapura. Foto: Instagram

jpnn.com, JAKARTA - Para pencinta denim pasti tahu brand Pot Meets Pop (PMP) yang dibuat oleh Hendry Sasmitapura.

Brand clothing lokal ini banyak mendapat apresiasi, karena mampu menembus pasar Amerika dan ASEAN yakni Malaysia.

BACA JUGA: NUFF 2020 Dorong Pelaku Bisnis Fashion Tingkatkan Perekonomian

Co-Founder PMP, Hendry Sasmitapura pun menceritakan awal mula dirinya mendirikan brand clothing-nya dalam Fashion Talks Nusantara Fashion Festival (NUFF) 2020 yang bertajuk “The Rise of Local Denim”.

Rupanya, ide untuk membuat PMP berawal dari kegalauannya mencari peluang pekerjaan.

BACA JUGA: Dua Tokoh Muda ini Berbagi Cerita Kesuksesan di Fashion Talks NUFF 2020

Saat itu, Hendry baru saja lulus kuliah di Kuala Lumpur Metropolitan University College, Malaysia.

“Waktu lulus kuliah, pas lagi nyari peluang usaha, akhirnya gue mutusin bikin jeans lokal dengan kualitas bagus tetapi harganya jauh di bawah brand luar,” kata Hendry, Jumat (14/8).

BACA JUGA: Mencetak SDM Papua Unggul dan Berdaya Saing Global Melalui Beasiswa Pemprov Papua Tahun 2020

Nama Pop Meets Pop sendiri diambil Hendry dari sebuah buku tentang Cannabis, yang menceritakan era 60-70an.

Ia merasa terinspirasi dari buku tersebut, dan memutuskan untuk mengambil salah satu nama sebagai brand clothing miliknya.

“Kenapa pakai nama itu, supaya era 60-70an bisa terulang lagi, tapi dalam cara yang legal,” tuturnya.

Dengan modal Rp 50 juta, Hendry membangun merek PMP dan meluncurkan empat jeans pria dan empat jeans perempuan.

Uniknya, PMP menggunakan bahan laken yang bisa dibuat berbagai macam warna untuk bagian patch.

Hendry juga menceritakan bagaimana dirinya berusaha menembus pasar Amerika. Ia mengaku, butuh usaha keras untuk membuat usahanya tembus ke pasar internasional.

“Customer luar masih belum tahu seputar produk Indonesia. Jadi butuh effort banget,” jelas Hendry.

Hendry pun mencoba peruntungan dengan mendaftarkan produknya ke Badan Ekonomi dan Kreatif (Bekraf) untuk bekerja sama dengan brand Urban Outfitters dari Amerika Serikat.

Tak disangka, brand AS tersebut tertarik untuk bekerja sama dengan PMP.

Alhasil, PMP bersama empat merek streetwear lokal lainnya mewakili Indonesia di ajang Agenda Show di Long Beach, Amerika Serikat pada pertengahan tahun 2018 lalu.

Sejak saat itu, produk PMP pun ikut dipasarkan di situs online Urban Outfitters “Sekarang kan memang pasarnya baru ada di online. Tetapi penjualannya udah mulai besar sih,” kata Hendry.

Tak hanya itu, Hendry juga membawa produknya ke Kuala Lumpur, dan diluncurkan di sana dengan harga berkisar Rp 400.000-500.000.

Penjualan PMP pun dilakukan secara online melalui blogspot, serta dimasukkan ke sejumlah toko di Malaysia.(genpi.co/jpnn)


Redaktur & Reporter : Friederich

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler