Kisah Bupati Pacitan yang Hanya Menjabat selama 34 Hari

Merasa Tidak Jantan, Terkungkung Lima Larangan Gubernur

Minggu, 30 Januari 2011 – 08:08 WIB

Di Indonesia, mungkin ini baru terjadi di Pacitan, Jawa TimurYakni, ada bupati yang hanya menjabat selama sebulan, tepatnya 34 hari

BACA JUGA: Bebas dari Penjara, Ayin Disambut bak Selebriti



===========================
  NOFIKA D
NUGROHO, Pacitan
===========================

UMURNYA sudah tidak muda, hampir 70 tahun

BACA JUGA: Begitu Bebas, Artalyta Buang Pakaian Dalam ke Laut

Di dunia birokrasi dan politik pun, boleh dibilang dia sudah cukup kenyang pengalaman
Itulah sosok H.G

BACA JUGA: Enam Terduga Teroris dari SMKN 2 Klaten, Guru-Guru pun Shock

Soedibjo yang saat ini menjabat bupati Pacitan
 
Meski hanya menjadi bupati dalam masa jabatan yang sangat pendek (34 hari), bagi Soedibjo hal itu tidak masalahDia pun tetap bersemangat menjalankan amanat yang dibebankan di pundaknya"Tidak ada yang bisa dilakukan secara istimewaBiasa-biasa saja dan hanya melanjutkan apa yang ditinggalkan Pak Yono (H Sujono, bupati Pacitan yang dia gantikan, Red)," kata Soedibjo kepada Radar Madiun (Grup JPNN) ketika ditemui di rumah dinas wakil bupati, Jalan Veteran 64, Kelurahan Pacitan, Kamis lalu (27/1)
 
Sebelum menjadi bupati Pacitan, Soedibjo adalah wakil bupatiDalam pemerintahan, kakek 10 cucu itu merintis karir mulai menjadi camat, pembantu bupati, wakil bupati, hingga bupatiDia juga terjun ke dunia politik, menjadi anggota DPRD Jatim periode 1992-1997 dan 1997-1999.
 
Pada 2006, Soedibjo menjadi wakil bupati mendampingi Sujono hingga masa jabatan 2011Mereka memenangi pilkada melalui gabungan Partai Demokrat dan Golkar
 
Dalam pilkada Pacitan yang dilaksanakan 20 Desember 2010, Soedibjo sebenarnya berniat majuTapi, takdir berkehendak lainDalam perjalanan mencalonkan diri dalam pilkada tersebut, Soedibjo yang maju melalui jalur Partai Golkar gagal mendapat tiketDPP Partai Golkar tidak merekomendasikan namanya
 
Jika Soedibjo gagal maju dalam pilkada karena tak mendapat tiket, Sujono (incumbent) juga gagal maju karena meninggal sebelum pilkada dilangsungkanPadahal, sebelumnya dia berencana maju melalui jalur Partai DemokratTapi, kembali takdir berkata lainSujono meninggal pada 8 Desember 2010 setelah dirawat di RS Puri Indah, Kembangan, Jakarta
 
Meninggalnya Sujono membuat jabatan bupati Pacitan kosongSebab, menurut ketentuan, jabatan Sujono-Soedibjo baru berakhir pada 20 Februari 2011Saat itulah Gubernur Jatim Soekarwo mengambil langkah untuk mengatasi kekosongan jabatan tersebutPada 18 Januari lalu, Soedibjo dilantik menjadi bupati Pacitan

Tapi, masa jabatannya hanya sampai 20 Februari 2011Mungkin, itu adalah masa jabatan terpendek bupati di Indonesia dan kasus seperti itu bisa jadi baru terjadi di Pacitan.
 
Bagi Soedibjo, ada perasaan tidak puas dengan jabatan bupati yang disandang saat iniBukan karena waktunya yang sangat singkatTapi, dia menganggap jabatan tersebut diperoleh secara tidak jantan"Saya lebih puas kalau bisa bertarung dalam pilkada," ujar bapak empat anak tersebut.
 
Meski demikian, dia akan bertekad melaksanakan tugas yang diamanatkan kepada dirinya itu dengan sebaik-baiknya"Menjadi bupati adalah salah satu ambisi saya, meski gagal maju dalam pilkada," ungkapnya.
 
Dia menambahkan, selama menjalankan tugas, dirinya tidak akan terlalu ngoyo atau memaksakan diriSebab, dia menilai mustahil bisa melakukan perubahan besar dalam tempo sangat singkat
 
Karena itu, suami Sri Mulyati tersebut sengaja memprioritaskan persoalan yang bersifat mendesakDi antaranya, meringankan derita korban bencana alam"Pada akhir masa jabatan ini, saya memprioritaskan penanganan pascabencanaTermasuk kondisi kejiwaan korban, mungkin stres dan sebagainya," terangnya
 
Dia juga aktif berkoordinasi dengan Pemprov Jatim untuk mendapatkan bantuan penanganan bencanaHingga kini, pemerintah provinsi sudah mengucurkan dana Rp 250 juta untuk membantu penanganan bencana alam di Pacitan"Mudah-mudahan dana susulan cepat turun sehingga dampak bencana segera tertangani," tambahnya.
 
Meski mengaku tidak akan terlalu ngoyo, Soedibjo merasa masih ada yang mengganjal selama dirinya menjadi bupatiHal itu terkait dengan lima instruksi yang disampaikan Gubernur Soekarwo saat melantik dirinyaLima instruksi yang berisi larangan tersebut adalah: dilarang melakukan mutasi, membatalkan perizinan, mengubah perda, memekarkan wilayah, dan mengambil kebijakan yang bertentangan dengan kebijakan sebelumnya
 
Lima instruksi tersebut membuat Soedibjo merasa kurang sregTerutama larangan melakukan mutasiKarena itu, dia pun sudah mengirimkan surat untuk meminta klarifikasi soal lima larangan tersebut"Hingga hari ini (27/1), surat klarifikasi saya belum dijawab (oleh gubernur)," katanya.
 
Menurut Soedibjo, instruksi gubernur tersebut dianggap membatasi kewenangannya sebagai bupatiAkibatnya, perannya sebagai orang nomor satu di jajaran Pemkab Pacitan terkungkungMeski, dia sadar hanya memegang tampuk pimpinan selama 34 hari
 
"Tapi secara definitif, saya ini tetap bupatiYang bisa membatasi adalah menteri dalam negeriLarangan gubernur itu menimbulkan image bahwa saya tidak berdaya menghadapi gubernur," tegasnya.
 
Dia mengungkapkan, suatu pemerintahan memiliki dasar hukum yang mengaturKarena itu, surat klarifikasi yang dia kirim ke gubernur tersebut sengaja menanyakan landasan yang digunakan hingga mengintruksi larangan lima hal ituJika memang dasar hukumnya jelas, Soedibjo tak berkeberatan melaksanakan lima hal yang diinstrusikan tersebut.
 
Namun, bupati tetap menjalankan kewenangannya secara penuh bila yang terjadi sebaliknyaDitanya tentang kemungkinan mutasi pejabat, Soedibyo menyatakan sudah menyusun rumusannyaDia masih menunggu jawaban dari gubernur sebelum merealisasikannya.  "Saya ngomong seperti ini mestinya iya (sudah ada konsep, Red)Kalau gubernur bisa menunjukkan dasar hukumnya, saya tidak akan melakukan mutasi," paparnya
 
Ketika ditanya rencananya setelah tak lagi menjadi bupati, pria kelahiran Trenggalek, 9 November 1941, tersebut menegaskan tak akan terjun ke dunia politik lagi"Mungkin saya akan aktif dalam kegiatan sosial saja," katanya(jpnn/c5/kum)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Jully Tjindrawan, Ibu Tiga Anak Pendiri Rumah Robot Pertama di Asia Tenggara


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler