Kisah Dokter Tangannya Dirantai, Kuku Dicabut, Disetrum

Selasa, 12 Juni 2018 – 07:33 WIB
Penjara Houthi. Foto:Islammedianalysis

jpnn.com, YAMAN - Mantan tawanan yang pernah dijebloskan ke penjara pemberontak Houthi di Yaman mengungkapkan siksaan luar biasa yang dialaminya. Beberapa merasa sudah mati saat disiksa di balik jeruji besi.

--

BACA JUGA: Petugas Razia Dadakan di Lapas, ini yang Ditemukan

SUARA Farouk Baakar bergetar. Kemarahan dan rasa sakit melebur menjadi satu ketika dia menceritakan pengalamannya selama 15 bulan di dalam penjara pemberontak Houthi. Dokter 26 tahun itu baru saja bebas setelah keluarganya membayar ganti rugi dalam jumlah cukup besar kepada militan yang didukung Iran tersebut.

Kepada Al Jazeera, Baakar menceritakan bahwa dirinya ditangkap pada November 2016. Saat itu terjadi pertempuran. Sebagai seorang dokter, Baakar menolong tanpa pandang bulu. Nahas, yang ditolong adalah pemberontak yang berpihak kepada pemerintah Yaman.

BACA JUGA: Saudi Berusaha Memantik Perang di Timur Tengah?

’’Mereka (Houthi) terus-menerus bertanya kenapa saya menyelamatkan nyawa orang itu. Saya katakan kepada mereka, itu tugas saya sebagai dokter,’’ ujarnya.

Baakar dipaksa keluar dari rumah sakit dan dimasukkan dalam mobil. Ketika itu tidak ada yang tahu dia dibawa ke mana, termasuk keluarganya. Baru berbulan-bulan kemudian keluarga Baakar diberi tahu tentang keberadaannya.

BACA JUGA: Cabuli Anak Kandung Sudah Dipenjara 7 Tahun, Diulangi Lagi

Selama ditahan, Baakar dipindahkan dari satu penjara ke penjara lain. Baakar pernah menghabiskan 50 hari berada di penjara bawah tanah yang hanya memiliki sedikit suplai oksigen.

Saat itu tangannya digantung ke tali yang dikaitkan ke langit-langit. Dia digeletakkan begitu saja. Baakar buang air besar dan kecil dengan kondisi tersebut. Tidak pernah sekali pun dia diizinkan mandi. ’’Mereka mencabut kuku saya dan menggunakan kabel untuk menekan daging di bawahnya,’’ kenang Baakar.

Begitu sakitnya dia sampai pingsan. Itu belum seberapa. Tubuhnya sempat dibakar sebelum dimasukkan ke air. Penjaga penjara lantas menyetrum air tersebut. Mereka juga kerap memukuli Baakar. Ketika melintasi sebuah sel, dia melihat tahanan lain yang diikat ke tembok.

Kakinya berdarah dan luka di tangannya yang terikat sudah terinfeksi hingga keluar cacing. Penis narapidana lainnya diikat dan ditarik. Dia tidak bisa kencing selama 2 minggu penuh. ’’Ketika melihatnya, saya tahu itu adalah akhir dari kelaki-lakiannya,’’ katanya.

Sebagai dokter, Baakar tidak bisa tinggal diam. Beberapa kali dia berusaha merawat narapidana lainnya. Imbasnya, dia mendapat hukuman tambahan persis seperti narapidana yang dirawatnya. Beruntung, keluarganya bisa mengumpulkan cukup banyak uang untuk membebaskannya dari siksaan tersebut.

Siksaan serupa dialami Abdel Hadi Al Shami. Syekh yang memimpin suku Arhab itu merasakan dua tahun di dalam penjara Houthi. Selama 5 bulan, keluarganya tidak pernah tahu di mana dia berada. ’’Ketika akhirnya menjenguk, keluarga saya hanya boleh tinggal selama 8 menit,’’ ucapnya.

Dia digantung selama berjam-jam sebelum matanya ditutup. Lalu, dia ditinggalkan di sel isolasi selama 3 bulan. Kini pengelihatannya bermasalah. Bekas rantai yang membelenggu tangannya juga masih tampak jelas. Dia dibebaskan sebagai bagian dari pertukaran tawanan antara sukunya dan Houthi.

Muhammad Ghurab tidak seberuntung Baakar dan Al Shami. Apoteker 28 tahun itu meninggal di dalam tahanan pekan lalu. Jenazah pemuda asal Sanaa tersebut diserahkan kepada keluarganya pada Jumat (8/6). Houthi menyatakan bahwa Ghurab meninggal karena TBC.

’’Keluarganya mengunjunginya beberapa pekan lalu. Ibunya hampir pingsan saat melihatnya. Dia sangat kurus dan mengeluh sakit di bagian dada,’’ jelas sumber yang dekat dengan keluarga Ghurab. Tanda-tanda kematian dan keluhan Ghurab bukanlah TBC. Keluarganya yakin dia tewas karena diabaikan ataupun diracun.

Human Rights Watch (HRW) mendokumentasikan pelanggaran HAM di wilayah kekuasaan Houthi maupun pemerintah Yaman yang didukung Saudi. Mereka sama-sama menangkapi orang dengan sewenang-wenang.

Association of Abductees’ Mothers mengungkapkan bahwa setidaknya ada 117 kematian akibat penyiksaan dan penelantaran di dalam penjara yang dioperasikan Houthi.

Menanggapi soal itu, Pemimpin Biro Politik Houthi Mohamed Al Bukhati menegaskan bahwa pihaknya sudah melakukan penyelidikan.

Menurut dia, semua klaim bahwa ada yang tewas maupun cacat permanen setelah disiksa di tahanan Houthi merupakan tudingan palsu. (sha/c14/ano)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Jenguk Tora, Vino Bastian Malah Singgung Promo Film Warkop DKI Reborn


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler