jpnn.com, RIYADH - Di tengah gejolak politik dalam negeri, Arab Saudi memantik ketegangan baru dengan Yaman. Pemerintah Raja Salman menyatakan bahwa pemberontak Houthi telah mendeklarasikan perang dengan meluncurkan rudal balistik ke Bandara Internasional Riyadh pada Sabtu malam (4/11) lalu.
Karena itu, sejak Senin (6/11), Saudi menutup semua akses ke Yaman. Kemarin, Selasa (7/11) muncul laporan bahwa Presiden Yaman Abd. Rabbuh Mansur Hadi menjadi tahanan rumah di Saudi.
BACA JUGA: Saudi Bikin Rakyat Yaman Menderita Lagi
Tetapi, Riyadh tidak hanya menyalahkan Yaman atas serangan tersebut. Negeri Petrodolar itu menuding Iran berada di balik aksi tersebut.
Itu terjadi karena pemberontak Houthi yang memusuhi pemerintah Yaman cenderung bersekutu dengan Iran. Kemarin Iran mengecam tudingan tidak berdasar tersebut.
BACA JUGA: Saudi Diguncang Tiga Peristiwa Besar, Israel Tersenyum
Dari Sanaa, Kolonel Aziz Rashed, jubir militer Yaman yang pro-Houthi, menegaskan bahwa Burkan 2-H tidak akan menjadi satu-satunya rudal yang menarget Saudi. Sebab, Houthi masih akan melanjutkan aksi bersenjata mereka.
”Bandara-bandara di Saudi dan Uni Emirat Arab (UEA) adalah target-target yang sah. Sebaiknya, para pelancong dan biro perjalanan wisata menghindarinya,” katanya.
BACA JUGA: Alhamdulillah, Perempuan Saudi Sudah Boleh Masuk Stadion
Rashed menyatakan bahwa pakar-pakar militer Yaman yang mendukung aksi pemberontak Houthi bisa menciptakan rudal balistik dengan daya jelajah sampai 1.500 kilometer.
Tetapi, versi Saudi, rudal-rudal canggih Houthi dipasok dari Iran. Karena itu, Saudi juga berang terhadap Iran atas agresi Sabtu malam tersebut.
”Iran menyediakan senjata untuk para pemberontak. Itu sama saja dengan agresi militer,” ungkap Pangeran Muhammad bin Salman dalam perbincangan telepon dengan Menteri Luar Negeri Inggris Boris Johnson.
Namun, Menteri Luar Negeri Iran Mohammad Javad Zarif membantahnya dengan tegas. Dia malah ganti menuding Saudi berusaha memantik perang di Timur Tengah.
Sementara itu, dari Riyadh, dilaporkan bahwa Hadi menjadi tahanan rumah. Bersama anak-anak, sejumlah menteri, dan pejabat militer Yaman, tokoh 72 tahun tersebut tertahan di Saudi sejak Februari.
Mereka tidak bisa pulang karena Riyadh melarang mereka meninggalkan Saudi. ”Karena alasan keamanan, Riyadh terus-menerus menahan Hadi dan rombongannya,” tutur seorang pejabat militer.
Bersamaan dengan itu, Saad Al Hariri yang akhir pekan lalu mengundurkan diri dari jabatannya sebagai PM Lebanon dari Riyadh juga dilaporkan menjadi tahanan rumah.
Namun, pemerintah Saudi menyanggahnya. Hariri malah terlihat meninggalkan Saudi dan menuju UEA. Tetapi, kunjungan Hariri ke sana sangat singkat. Setelah melawat UEA, Hariri kembali ke Riyadh. (AP/Reuters/BBC/CNN/hep/c20/any)
BACA ARTIKEL LAINNYA... AS Sewot, Iran Masa Bodoh
Redaktur & Reporter : Adil