jpnn.com - Sebagai seorang guru honorer, Fransisca Sumale rutin bangun pagi pukul 5.00 WITA. Perempuan berusia 23 tahun ini tiap Senin hingga Sabtu harus mempersiapkan kembali materi belajar mengajar. Meski berstatus guru honorer, ia ingin terus merawat dunia pendidikan di daerahnya.
Laporan: Sriwani Adolong, Sangihe
BACA JUGA: Anang: Persoalan Guru Honorer akan Menjadi Gunung Es
TIAP pekan ia harus bolak-balik untuk mengajar sebagai guru honorer mata pelajaran Bahasa Inggris. Tak tanggung-tanggung, Fransisca rela mengajar di tiga jenjang sekolah yang ada di Kecamatan Kendahe, Kabupaten Kepulauan Sangihe, Sulut. Masing-masing SMP Negeri 1, SMA Negeri 1, hingga Madrasah Aliyah (MA) Al Aqsa.
Jarak tempuh ketiga sekolah ini sekitar 300 hingga 400-an meter. Untuk berpindah tempat mengajar, dirinya tak punya kendaraan. Jika ‘beruntung’ dia bisa diantar siswanya dengan motor.
BACA JUGA: Guru Honorer adalah Pahlawan Tanpa Tanda Jasa
Tapi jika tidak ada kendaraan, jalan kaki satu-satunya pilihan bagi Enci Ika (sapaan akrabnya). “Tapi jalan kaki siang hari pun tak jadi masalah,” kata Enci Ika, membuka pembicaraan dengan Manado Post (Jawa Pos Group).
Meski bergaji tak seberapa, bagi Enci Ika itu bukan kendala. “Awalnya saya merupakan tenaga honorer di SMA Negeri 1 Kendahe, tetapi ternyata Madrasah Aliyah Al Aqsha Kendahe dan SMP Negeri 1 Kendahe juga masih membutuhkan tenaga guru Bahasa Inggris. Sehingga saya memutuskan untuk mengajar juga di dua sekolah tersebut,” ungkapnya.
BACA JUGA: Guru Honorer Pusing Mikirin SK Pengangkatan
Sosok seperti Enci Ika terbilang sangat jarang. Sebagai seorang perempuan muda, dia cukup tangguh untuk mengambil langkah seperti ini. Mengingat menjadi seorang pengajar dan pembimbing bagi peserta didik bukanlah hal gampang. Ia harus sabar menghadapi murid-murid.
Namun ia mengungkapkan semua keputusan yang ia ambil, selalu dilalui dengan senang hati dan penuh tanggung jawab, bahkan katanya tak boleh ada kata lelah dan menyerah.
Perempuan ‘lulusan’ Momo Persahabatan 2018 utusan Kecamatan Kendahe ini cerita, dalam seminggu dia membagi waktu dengan sangat baik di tiga sekolah yang berada di satu kecamatan tersebut.
Dalam seminggu ia ada 12 jam mengajar di SMA Negeri 1 Kendahe, 8 jam mengajar di Madrasah Al Aqsha, dan 8 jam mengajar di SMP Negeri 1 Kendahe.
“Saya mengajar di SMA Negeri 1 Kendahe mulai Senin sampai Kamis. Kemudian Jumat dan Sabtu di SMP Negeri 1 Kendahe. Sedangkan di Madrasah jadwalnya juga Senin dan Kamis,” ungkap Enci Ika.
“Jadi sejak Senin mulai dari upacara sampai pukul 10.30 saya di SMA. Kemudian jam 12 saya ke MA begitu seterusnya. Sementara di hari Kamis, pukul 7.00 sampai 11.30 saya di Madrasah, kemudian jam berikutnya balik lagi ke SMA,” ceritanya.
“Jadi tak pernah ada jam yang bertabrakan karena semua sudah diatur. Tak pernah rasa lelah asalkan semua pekerjaan dilakukan dengan senang hati pasti tidak akan lelah,” tandasnya sambil tersenyum.(***)
BACA ARTIKEL LAINNYA... 48 Guru Honorer Kebumen Gugat Presiden dan MenPAN RB
Redaktur & Reporter : Soetomo