jpnn.com - Enen Cahyati diduga dibunuh pria yang menikahinya secara siri, Bilal Abdul Fateen. Bilal merupakan pria asal Amerika Serikat yang dikenal punya karakter brutal.
TAUFIQURRAHMAN, Jakarta
BACA JUGA: Dokter Sebut Pembunuh Ibu Kandung Alami Gangguan Kejiwaan
NAILUL Muna dan sang kakak, Rifat Ramadhan, sebenarnya sudah keberatan dengan rencana keberangkatan Enen Cahyati ke Kamboja. Sebab, sang bunda pergi bersama si ayah tiri, Bilal Abdul Fateen, yang mereka tahu kerap berbuat kasar.
Tapi, mereka tak kuasa menahan. ”Mama beralasan mau ambil uang,” kata Lulu –sapaan Nailul Muna– anak bungsu Enen hasil pernikahannya dengan suami pertama, Hasanuddin.
BACA JUGA: Terdakwa Minta Maaf, Kakak Korban Pembunuhan Jerit Histeris
Entah uang siapa. Yang pasti, hari keberangkatan pada Rabu dua pekan lalu (15/3) itu menjadi hari terakhir Rifat, Lulu, dan kakak tertua mereka, Insya Maulida, melihat sang bunda.
Pada Minggu (25/3) perempuan 48 tahun itu ditemukan tewas di sebuah kamar di Hometown Suite Hotel, Phnom Penh, Kamboja.
BACA JUGA: Sanusi Tega Membunuh Karnadi karena Cemburu
Menurut laporan kepolisian setempat, Enen sudah tewas tiga hari sebelum ditemukan (Jawa Pos, 29/3). Hasil visum menunjukkan bahwa kematian perempuan yang beralamat di Jalan Barkah, Kelurahan Ciganjur, Kecamatan Jagakarsa, Jakarta Selatan, itu disebabkan kekerasan.
Bilal yang berkewarganegaraan Amerika Serikat telah ditetapkan sebagai tersangka. Markas Kepolisian Kamboja sedang menunggu laporan lengkap dari Kepolisian Phnom Penh. Laporan itu akan dijadikan dasar mengajukan red notice terhadap Bilal kepada Interpol.
”KBRI akan terus memantau perkembangan kasus ini,” kata Direktur Perlindungan WNI dan Badan Hukum Indonesia (BHI) Kemenlu Muhammad Iqbal.
Iqbal mengungkapkan, Enen sudah dimakamkan kemarin (29/3) di Kompleks Pemakaman Warga Muslim Kamboja di dalam kompleks Masjid Al Akbar, Khleang Blek, Provinsi Kandal. Sekitar 33 kilometer dari Phnom Penh, ibu kota Kamboja.
Enen, kata Iqbal, dimakamkan di sana karena kondisi jenazah sudah tidak mungkin dipulangkan. ”Pemakaman dilakukan atas persetujuan dari keluarga di Jagakarsa,” katanya.
Lulu menggambarkan Bilal sebagai pria gempal berkulit hitam. Perawakannya sedikit bongkok. Mungkin karena bilal sudah sepuh. ”Dia umur 66, sama seperti saya, ngakunya aja 46,” gerutu Mutiah, ibunda Enen, dari samping teras rumah di sela perbincangan Lulu dengan Jawa Pos.
Sayang, keluarga Enen di Jagakarsa tak menyimpan foto Bilal. Bahkan, foto Enen pun hanya tersimpan di ponsel Lulu.
Rumah yang ditinggali keluarga Enen sangat sederhana. Minim perabotan dan dikelilingi pagar seng. Saat Jawa Pos berkunjung ke sana kemarin, Mutiah, ibunda Enen, tengah mencuci piring dan perabotan di samping teras.
Terlihat berserakan bekas botol air mineral gelas. Sepertinya semalam banyak tamu berkunjung setelah berita kematian Enen tersebar.
Enen dan Bilal menikah secara siri di Lapas Cipinang, tempat Bilal dipenjara karena kasus kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) kepada istri dia sebelumnya, Vera, pada 2014. Dari mana dia mengenal Bilal masih samar-samar bagi keluarga. Begitu pula dengan latar belakang Bilal.
Namun, Lulu mengingat, lima tahun silam mamanya kerap kedapatan mengutak-atik laptop. Berisi entah aplikasi atau situs cari jodoh.
Dari situlah, dara 17 tahun itu menduga, mamanya mengenal Bilal. Saat itu Bilal masih masih beristri Vera, perempuan asal Bekasi, Jawa Barat. Sedangkan status Enen juga masih istri Hasanuddin.
Pernikahan siri dengan Bilal itu dilangsungkan segera setelah dia bercerai dari Hasanuddin. Kepada pria yang telah memberinya tiga anak itu, Enen terang-terangan mengatakan ingin menikah lagi dengan Bilal.
Dan, secara ”luar biasa”, Hasanuddin mengizinkan. Dia bahkan ikut membantu prosesi pernikahan keduanya. ”Ya, namanya perempuan. Di mana-mana godaannya harta,” kata Hasanuddin ketika ditanya mengapa demikian rela melepas sang istri.
Tapi, benarkah karena harta? Berdasar keterangan Lulu, sebelum sang bapak turut bergabung dalam pembicaraan dengan Jawa Pos, justru Enen yang keluar banyak uang selama menikah dengan Bilal.
Waktu, tenaga, dan uang Enen habis untuk mengunjungi dan mengirimi Bilal di penjara. Bahkan, dia kerap meminta bantuan kepada mantan suaminya, Hasanuddin.
Terkadang juga meminjam uang hasil bisnis kecil-kecilan Lulu bersama teman-temannya. ”Ya, saya ini anak andalan mama,” kata Lulu.
Ketika akhirnya Bilal bebas pada September 2017, Enen pun membawanya tinggal bersama ibu dan ketiga anaknya di Jagakarsa. Sejak itulah, Lulu merasakan perubahan pada sang ibu.
Dia tidak akrab lagi dengan anak-anaknya. Semakin jarang mengobrol. Saat duduk bersama pun, Enen terlihat pasif.
”Udah nggak kayak ibu ke anak lagi,” tutur Lulu. Perangai Bilal pun tak kalah aneh. Dia sering ketahuan ngomong sendirian. Malam dia juga jarang tidur.
Tapi, yang paling membuat keluarga geram, perangai kasar yang dulu membuatnya dipenjara mulai muncul lagi. ”Katanya sih, si Vera itu dihajar di apartemennya. Dituduh selingkuh dengan satpam,” tutur Lulu.
Beberapa kali Lulu mendapati sang mama dipukul, bahkan dicekik. Lulu bahkan menyempatkan diri untuk selalu tidur di depan pintu kamar sang mama. Agar sang ayah tiri tak berani macam-macam.
Namun, tiap ada kesempatan, ketika tak ada Lulu dan kedua kakaknya di rumah, perlakuan kasar itu diulangi. Lulu pernah melihat rahang mamanya lebam. ”Pernah habis salat, mukenanya (Enen, Red) merah. Ada darahnya,” tuturnya.
Pihak keluarga tak sekali dua kali memprotes kelakuan Bilal itu. Tapi, Enen justru selalu membela sang suami. ”Ibu selalu memaafkan kelakuan dia. Kalau kata orang pinter sih, mamaku seperti disirep (diguna-guna, Red)” ujar Lulu.
Tapi, ada kalanya juga Bilal bersikap ramah dan akrab. Lulu, Enen, dan Bilal tidak jarang juga terlibat obrolan akrab. Lulu sedikit-sedikit juga mengerti bahasa Inggris.
Dari beberapa obrolan, Lulu menangkap bahwa ayah tirinya itu sudah berkali-kali menikahi perempuan secara mut’ah (kawin kontrak). Bahkan, dia terang-terangan membanggakan pengalamannya itu.
”Katanya, dia udah menikahi seribuan wanita. Gitu dibanggakan depan mama,” tutur Lulu.
Media Kamboja melaporkan, menurut saksi, Enen dan Bilal menyewa kamar hotel sejak 19 Maret. Kasus tersebut terungkap setelah tercium bau busuk dari dalam kamar nomor 172 tersebut. Kamar itu lalu didobrak petugas dan ditemukan sosok Enen yang telah tewas.
Sampai dengan kematiannya, masih banyak hal yang menjadi misteri bagi keluarga. Mulai apa yang membuat Enen demikian penurut kepada si suami yang berperangai brutal. Sampai alasan sebenarnya yang membawanya ke Kamboja.
”Saya yakin ini semua cobaan buat kami agar lebih sabar,” tutur Hasanuddin. (*/c10/ttg)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Polantas Temukan Mayat Pria Tanpa Identitas
Redaktur & Reporter : Soetomo