jpnn.com - Terpilih menjadi pasukan pengibar bendera pusaka (paskibraka) di Istana Negara saat upacara peringatan detik-detik proklamasi adalah impian bagi sebagian pelajar. Tak terkecuali bagi Rieke Sigita Soeharto. Dengan perjuangan kerasnya, siswi SMA Petra 4 Sidoarjo itu akan mengenakan seragam serba putih dan melangkah gagah di depan Presiden Joko Widodo, Senin 17 Agustus nanti.
MUHAMMAD AMJAD, Jakarta
BACA JUGA: Kegigihan Maria R. Nindita Radyati PhD untuk "Meluruskan" Program CSR
----------------------------------------------
MULAI dari pagi, siang, hingga sore, puluhan siswa-siswi itu terus digembleng baris-berbaris di lapangan PP PON, Cibubur Jakarta Timur. Mereka tak berlatih sendiri, ratusan tentara dan polisi bersenjata lengkap juga berlatih untuk memantabkan formasi barisan bersama.
BACA JUGA: Kisah Sutradara yang Bisa Berjalan di Red Carpet Karena Film Berbiaya Rp 30 Ribu
Sejak tiga bulan lalu, mereka semua terus dilatih oleh anggota TNI-Polri pilihan. Terik matahari dan peluh keringat jadi makanan mereka sehari-hari.
Siswa-siswi yang tekun berlatih itu memang bukan sembarangan. Mereka adalah pasukan pengibar bendera pusaka (Paskibraka) yang akan bertugas menaikkan dan menurunkan sang saka merah putih di Istana Negara pada tanggal 17 Agustus mendatang.
BACA JUGA: Cara Purwakarta yang Sukses Hidupkan Egrang
Dari tahun ke tahun, para paskibraka memang selalu digembleng baik fisik maupun mental sebelum menjalankan tugasnya di depan presiden.
Paskibraka tersebut jumlahnya 68. Rinciannya, 34 laki-laki dan 34 perempuan. "Mereka diambil dari semua provinsi di Indonesia. Dari setiap provinsi ada perwakilan 1 laki-laki dan 1 perempuan," kata Koordinator Pelatih Paskibraka Mayor TNI Aminudin kepada JPNN saat ditemui di tempat latihan PP PON Cibubur beberapa hari lalu.
Rieke Sagita Soeharto adalah satu dari 68 paskibraka yang terus giat berlatih. Rieke, demikian dia disapa adalah perwakilan paskibraka dari provinsi Jawa Timur.
Saat ditemui JPNN.com usai berlatih, dia mengaku tak pernah menyangka terpilih menjadi segelintir orang yang bertugas menaikkan dan menurunkan bendera di depan Presiden Joko Widodo.
Padahal semua itu berawal dari keisengannya berlatih baris berbaris.
Dengan suara kalemnya Rieke menceritakan bahwa sebenarnya tempatnya menuntut ilmu di SMA Petra 4 Sidoarjo, Jawa Timur, tak ada ekstra kurikuler baris-berbaris alias PBB. "Pokokya nggak ada yang nyangka, di sekolahku juga nggak ada yang mau ikut jadi Paskibraka. Tapi bersyukur bisa lolos sampai ksini," katanya saat ditemui di PP PON Cibubur, beberapa waktu lalu.
Perempuan 15 tahun itu lantas meneceritakan bagaimana dirinya bisa sampai lolos ke istana. "Awalnya saya dari brosur. Brosurnya bukan dari sekolah sih, cuma ada yang ngasih. Isinya tentang seleksi penerimaan paskibraka," ungkapnya.
Dia melanjutkan, dalam brosur tersebut tertulis bahwa ada seleksi paskibraka yang dimulai dari tingkat kabupaten. Dicari 10 paskibraka perempuan dan 10 Paskibraka laki-laki di tingkat Kabupaten.
"Satu sekolah hanya boleh kirim satu, nah sekolah saya itu ya cuma saya yang ikut seleksi," tutur dara manis yang tinggal di Porong, Sidoarjo, tersebut.
Rieke modal nekat. Dia daftar!
Hampir setiap hari dia berlatih bersama para pelajar yang juga mendaftar. Biasanya mereka berlatih di GOR Gelora Delta Sidoarjo.
Masuklah ke tahap seleksi. Ternyata kemampuan baris-berbaris Rieke tergolong baik. Dalam tahap pertama dia dinyatakan lolos. Lima calon paskibraka laki-laki dan lima perempuan dikirim mewakili kabupaten ke tingkat provinsi.
Nasib mujur kembali menghinggapi Rieke. Di tingkat provinsi, dia kembali dinyatakan lolos menjadi 2 paskibraka putri terbaik di Jawa Timur dan berhak mengikuti seleksi tingkat nasional ke Jakarta.
"Prosesnya memang panjang dari Maret akhir, tapi dukungan orang tua dan semangat, serta modal sudah paham soal baris-berbaris, saya berjuang keras. Hasilnya saya disini sekarang mewakili Jatim," cetus perempuan berpostur 168 cm tersebut.
Lantas dari mana belajar ilmu baris berbaris?
Perempuan yang baru naik ke kelas 7 itu mengaku tak pernah belajar ilmu baris-berbaris secara serius dan intensif. Sedikit ilmu baris-berbaris itu hanya didapatnya saat mengikuti kegiatan gerak jalan saat dia masih duduk di bangku SMP. Kala itu menjadi bagian tim SMP 3 Porong di kegiatan 17 Agustusan.
"Ya saya tahu dasarnya dari situ. Pas diseleksi, kebetulan saya posturnya juga tinggi. Dan baris-berbarisnya tak harus dari dasar," terangnya.
Menikmati Karantina
Rieke mengaku senang bisa dipercaya oleh negara, untuk menjadi bagian acara kenegaraan di usainya yang masih belasan tahun. Baginya, kesempatan menjadi Paskibraka tak mungkin berulang setiap tahun, karena itu dia ngotot bisa lolos.
Setelah lolos, memang sempat dia merasakan tak nyaman dengan Karantina. Pasalnya, akses ke dunia luar dan kegiatan selama seleksi Paskibraka tingkat nasional sangat-sangat dibatasi.
Mulai handphone disita, jam kegiatan yang diatur ketat, sikap makan yang dilihat, sampai dengan jam istirahat yang terbatas, tak bisa menghubungi orang tua, memang sempat membuat banyak peserta seleksi keder.
"Ya, nggak enak memang kalau diseleksi ketat begitu. Tapi saya bertekad tak boleh nyerah. Orang tua sudah percaya dan mendoakan, jadi saya yakin aja. Nggak senengnya harus dilawan," tegas dia.
Kalau senangnya? Rieke langsung mantap menjawab di Jakarta inilah dia mengenal seluruh saudaranya, dari 33 Provinsi lain.
"Sangat beragam. Saya semakin cinta negeri ini. Saya merasakan kayanya, besarnya Indonesia dan makin paham tentang patriotisme di Paskibraka ini," ungkapnya.
Menjalani karantina dan mengikuti pola kedisiplinan di Paskibraka yang dilatih langsung di bawah tanggung jawab Garnisun Tetap I Jakarta, menurutnya tak terlalu sulit. Yang sulit menurut Rieke untuk bisa menjadikan gerakan serasi.
"Awalnya memang tidak serasi. Nyamain langkah susah banget. Sering dimarahin pelatih karena kurang angkat kaki. Tapi setelah dilatih terus, dilatih keras. Akhirnya bisa serasi. Memang nggak mudah," cetus putri pasangan Julianto dan Reni Ratna Handayani tersebut.
Kini, tugas Rieke tinggal beberapa hari lagi. Dia berharap menjadi bagian dari pasukan utama Paskibraka yang bertugas saya detik-detik Proklamasi. (mas/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Potret Keluarga Jawa setelah 125 Tahun Merdeka di Suriname (2-Habis)
Redaktur : Tim Redaksi