Kisah Gatot Brajamusti dan Penyelundup Sabu yang Kini Mualaf

Senin, 29 Mei 2017 – 00:05 WIB
Sejumlah narapidana mengikuti kegiatan tadarus Alquran di aula Lapas Mataram, Sabtu (27/5). Tampak Gatot Brajamusti (kanan). Foto: DIDIT/LOMBOK POST/JPNN.com

jpnn.com - Kumandang azan isya bergema di setiap sudut Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Mataram, NTB. Suara ini memanggil seluruh warga binaan, para tahanan dan narapidana, untuk melaksanakan ibadah salat isya.

Wahidi Akbar Sirinawa – Mataram

BACA JUGA: Cinta Ditolak Putri Pak Camat, Pria Mualaf Menikahi Gadis Buta Lumpuh

Petugas Lapas Mataram dibantu tahanan pendamping (tamping) membuka pintu blok penjara. Satu persatu, penghuni blok penjara keluar dengan kawalan petugas.

Sayang, Sabtu (27/5) hujan mengguyur Kota Mataram sedari siang. Membuat lapangan yang biasanya digunakan untuk kegiatan beribadah selama Ramadan, tergenang air. Meski demikian, ibadah harus tetap berjalan.

BACA JUGA: Menkumham Revisi PP 99 Soal Warga Binaan

Akhirnya, aula yang biasanya dipakai pertemuaan ketika jam berkunjung, menjadi alternatif lokasi beribadah untuk Salat Isya dan Tarawih, Sabtu malam kemarin.

Karena itu, petugas yang telah mengeluarkan warga binaan, mengarahkan mereka menuju aula.

BACA JUGA: Si Gadis Cantik Mualaf, Balerina Berhijab Pertama di Dunia

Satu persatu mereka mengambil tempat. Mereka nampak tertib memasuki aula. Terlihat pula mantan Bupati Lombok Barat Zaini Arony yang mengenakan baju koko berwarna cokelat, hendak mengikuti Salat Isya berjamaah.

Meski aula dipadati warga binaan, namun tak semua penghuni Lapas Mataram bisa mengikuti Salat Isya dan Tarawih malam itu. Aula yang disulap sebagai tempat beribadah, hanya mampu menampung sekitar 200 jemaah saja.

“Allahu Akbar, Allahu Akbar,” suara Iqamah dikumandangkan muazzin. Salat Isya dimulai. Lapas Mataram mendatangkan pemuka agama dari berbagai pondok pesantren untuk menjadi imam dan penceramah sepanjang Ramadan.

Selepas Salat Isya, ada ceramah penentram kalbu. Yang kemudian dilanjutkan dengan Salat Tarawih berjamaah.

Selepas Tarawih, penghuni Lapas Mataram bersalam-salaman. Sebagian dari mereka ada yang kembali ke kamar. Sebagian lainnya, tetap berada di aula. Melanjutkan ibadah Ramadan dengan mengaji. Tadarus Alquran.

Ada sedikitnya 20 warga binaan yang mengikuti tadarus malam itu. Warga binaan ini memang telah berbuat jahat hingga membawa konsekuensi masuk bui.

Namun ayat suci Alquran yang dilantunkan mereka sungguh sangat merdu. Jika tidak di dalam Lapas, kita tak akan menyangka jika suara ayat Alquran itu berasal dari para warga binaan.

Salah satu warga binaan yang mengikuti tadarus Alquran adalah Gatot Brajamusti. Pria yang divonis 8 tahun penjara ini terlihat khusyuk membaca setiap ayat suci Alquran.

Tak jauh dari Gatot, terlihat narapidana lainnya, Koo Jia Jiat asal Malaysia yang ikut mendengarkan lantunan ayat Alquran.

Ya, Koo Jia Jiat sendiri telah menjadi mualaf sejak ia tertangkap petugas gabungan karena menyelundupkan sabu dari Malaysia.

Mualafnya Koo atau kini dikenal dengan nama Abdullah, tak lepas dari peran Gatot Brajamusti. Mantan Ketua PARFI itulah yang mengislamkan Koo, ketika sama-sama menjadi tahanan di Polda NTB.

Ramadan tahun ini, memang menjadi Ramadan yang kali pertama untuk Koo. Kepada Lombok Post (Jawa Pos Group), Koo mengaku tidak ingin jika Islam-nya hanya sekadar di mulut saja. Hanya mengucapkan dua kalimat syahadat, tapi tidak menjalankan ibadah wajib dan sunah lainnya.

Karena itu, dia dengan serius menyimak setiap ayat yang dibacakan.”Saya tak paham hurufnya, belum bisa baca. Jadi cuma mendengarkan saja,” kata Koo.

Bagaimana dengan puasa? Ditanya hal itu, Koo mengaku tidak ada hambatan selama ia berpuasa, meski berada di dalam Lapas. Hanya saja, di puasa hari pertamanya, dia lupa jika tengah berpuasa.

Satu batang rokok pun sempat ia genggam untuk dihisap. Beruntung ada penghuni lainnya yang mengingatkan jika ia masih menjalani ibadah puasa.

”Rokok ini tak kuat. Dua kali lupa kalau sedang puasa. Tapi teman-teman lain sudah ingatkan, jadi tak sempat batal,” ungkap dia.

Koo mengaku cukup senang menjalani Ramadan dengan segala rutinitas ibadahnya. Bagi dia, Lapas bukan tempat para penjahat. Melainkan untuk introspeksi diri atas kesalahan yang pernah ia perbuat.

Sementara itu, Ustadz Muhammad Hilmi, imam salat Isya sekaligus Tarawih pada akhir pekan lalu mengatakan, tak pernah menyangka jika antusias beribadah di Lapas Mataram bisa seramai pada Sabtu malam itu. Berbondong-bondong penghuni Lapas mengikuti ibadah di aula.

”Tidak menyangka bisa seramai ini,” katanya.

Apa yang ia lihat, berbanding terbalik dengan pikirannya. Lapas dengan tahanan dan narapidana yang sempat berbuat kejahatan, rupanya sangat ramah dan baik. Antusiasme mereka untuk memperbaiki diri dengan beribadah, pun sangat tinggi.

Karena itu, Ustaz yang juga mengajar di Pondok Pesantren Al Aziziyah ini berharap agar seluruh penghuni Lapas bisa menjadi lebih baik lagi. Terutama di bulan Ramadan, untuk bisa memaksimalkan diri dalam beribadah.

”Walaupun masih berada di tempat ini, supaya bisa lebih baik lagi,” harap dia. (r2)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Gatot Divonis Delapan Tahun Penjara dan Denda Rp 1 Miliar


Redaktur & Reporter : Soetomo

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler