Kisah Gereja Romania Penyelamat Imigran Timur Tengah

Selasa, 17 Juli 2018 – 12:33 WIB
Peter Rong (jas) memimpin misa di Gereja Nadejdea, Bukares. Foto: Aljazeera

jpnn.com, BUKARES - Gereja Nadejdea yang dikelola Peter Rong, 46, memang tidak mentereng. Gereja tersebut berada di ruang bawah tanah. Tepatnya di gedung seputaran wilayah Giulesti, Bukares. Di sanalah dia berkhotbah.

Namun, warga sekitar tidak mengetahui nama gereja tersebut. Mereka lebih mengenal sebagai gerejanya para imigran. Hampir semua jemaatnya adalah pendatang. Gereja itu juga sering kali membantu para pencari suaka. Para pelarian dari wilayah konflik.

BACA JUGA: Ini Penyebab Mayoritas Masyarakat Eropa Benci Imigran

’’Ini menjadi tempat persinggahan. Orang-orang dari Pakistan, Afghanistan, Syria, Iraq, Kamerun, sampai Myanmar datang dan pergi,’’ ujar Peter sebagaimana ditulis Al Jazeera.

Romania memang menjadi salah satu negara yang harus dilewati para imigran yang ingin mencari negara penerima. Terutama pengungsi dari wilayah Timur Tengah. Mereka harus melewati Turki, lalu menuju negara-negara Eropa Timur.

BACA JUGA: Krisis Populasi di Eropa dan Berkah dari Imigran

Bukares terletak di sisi selatan. Kota tersebut berbatasan dengan Turki dan Laut Hitam. Otomatis, banyak pencari suaka yang menjadikan Romania sebagai tempat persinggahan.

Banyak yang akhirnya menumpang lewat di kota tersebut sebelum melanjutkan perjalanan ke negara-negara mapan. Misalnya, Inggris dan Italia.

Di sanalah muncul uluran Peter Rong dan jemaat Gereja Nadejdea. Mereka biasa menawarkan bantuan makanan. Bahkan akomodasi bagi mereka yang kesusahan. Nadejdea berarti harapan.

’’Kebanyakan orang datang ke sini supaya bisa ke negara lain. Ada yang sudah pindah, tapi masih berhubungan sampai sekarang. Ada juga yang saya tidak dengar kabarnya,’’ ungkapnya.

Sebagai orang Sudan, Peter mengerti jelas penderitaan para imigran. Negaranya merupakan tempat konflik. Ribuan orang kabur dari Sudan untuk menghindari perang sipil dan konflik sosial.

Namun, Peter tidak datang ke Romania seperti imigran ilegal lainnya. Di negeri asalnya, Peter dibesarkan secara berkecukupan. Ayahnya merupakan petinggi kepolisian.

Menjelang usianya ke-20 tahun, Peter muda ditawari sang ayah untuk mengejar pendidikan di mancanegara. Pilihan yang ditawarkan adalah pendidikan universitas terkemuka di AS atau Inggris. Namun, dia menolak tawaran tersebut. Peter justru menyebut Romania.

Dia masih ingat cerita pastornya tentang Romania pada sekolah Minggu. Pastornya berkisah bahwa Romania adalah salah satu negara komunis tempat para misionaris menyebarkan agama Kristen.

’’Ayah, saya ingin ke Romania. Kalau bukan Romania, India saja. Saya tidak mau ke negara lainnya,’’ katanya mengingat jawabannya kepada sang ayah.

Pada 1992, dia tiba di Cluj-Napoca. Belajar bahasa Romania. Kemudian, Peter berkuliah di jurusan ekonomi di Bukares. Namun, baru satu tahun kuliah, dia mengalami cobaan berat. Dia terjebak di dalam konflik antarimigran Sudan yang berbeda agama. Buntut dari konflik tersebut, dia pun ditahan di penjara selama 1 tahun 7 bulan.

Momen itulah yang membuatnya beralih jalur. ’’Saat itu banyak yang datang mengunjungi saya. Teman dan kerabat. Kebetulan, keluarga saya yang dekat sana merupakan misionaris,’’ jelasnya.

Di tengah rasa frustrasi, dia mengalami titik balik. Setelah bebas, Peter langsung mengejar pendidikan di Institut Teologi Baptis di Bukares. Dia lulus empat tahun kemudian. Nah, sejak itulah Peter perlahan mulai membantu yang sedang susah. Kebetulan, kebanyakan orang susah di Bukares merupakan pencari suaka.

Salah seorang pengungsi yang kini menjadi jemaat adalah Mehran Davari, 50, dan Daniel, 16. Mereka datang dari Iran pada 2015 untuk mencari suaka. Pada saat semua menolak, mereka akhirnya menemukan pertolongan Peter.

’’Saat itu kami tidak tahu tentang Romania dan tidak punya uang. Peter menolong kami. Dia sering mengajak kami ke McDonald’s atau ke restoran Iran karena suka dengan masakan Iran,’’ ucap Daniel.

Peter tidak pernah memaksa orang memeluk agamanya. Samuel Wisdom, salah seorang jemaat, menyatakan bahwa banyak juga muslim yang datang mencari pertolongan.

’’Saat ada muslim yang meminta bantuan, Peter akan menjawab bahwa ini adalah rumah Tuhan bagi semua umat,’’ tutur pria yang datang dari Liberia lewat Laut Hitam pada 2004 tersebut. (bil/Al Jazeera/c14/sof)


Redaktur & Reporter : Adil

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler