Kisah Ibu-Ibu yang Menjadi Korban Arisan Piau di Tambora

Tak Curiga karena si Bandar Dikenal Dermawan

Jumat, 01 Oktober 2010 – 08:08 WIB
Salah satu peserta arisan di Tambora menunjukan foto bergambar Akhim. Foto : Thomas Kukuh/JAWA POS

Penggelapan uang arisan kembali terjadiKali ini menimpa ibu-ibu di Kampung Krendang, Tambora, Jakarta Barat

BACA JUGA: Bayi Lahir Saat Rusuh, Mau Diberi Nama Konflik

Tak tanggung-tanggung, uang yang dibawa kabur sang bandar mencapai Rp 2 miliar
Peserta arisan hanya bisa menangisi uang mereka yang hilang.

=====================
THOMAS KUKUH, Jakarta
=====================

RUMAH bertingkat di pojok gang di wilayah RT 11/RW 02 Kampung Krendang, Tambora, Jakarta Barat, terkunci rapat

BACA JUGA: Whistle Blower Agus Condro setelah Ditetapkan sebagai Tersangka

Minggu lalu (26/9) rumah tersebut didatangi puluhan warga yang sebagian besar ibu-ibu keturunan Tionghoa
Mereka mencari si pemilik rumah.

Meski suara para pendemo sampai habis, si pemilik rumah tak kunjung keluar

BACA JUGA: Perjuangan Hussein dan Natasha Jadi Peserta The Amazing Race Asia

Sebab, rumah itu memang sudah lama kosong"Dia tidak bertanggung jawabDia membawa uang kami," ungkap ibu-ibu yang menyatakan menjadi korban arisan yang dikelola Akhim, sang pemilik rumah

Bagi warga sekitar, perempuan 35 tahun tersebut memang dikenal sebagai bandar arisan piauDia menghimpun uang dari para peserta arisanNilainya mencapai Rp 2 miliarKonon, anggota arisan tersebut ratusan orangTapi, ada yang menyebut jumlah anggota arisan itu hanya 50 orang

Kerugian setiap korban bervariasiAda yang rugi Rp 1 juta, ada juga yang sampai kehilangan Rp 150 jutaSemestinya, saat Lebaran lalu para peserta menarik uang arisanTapi, hingga Lebaran berlalu, bukan dapat uang arisan piau, para peserta justru bingung karena sang bandar menghilangMereka lantas beramai-ramai mendatangi rumah kosong tersebut sambil berteriak, minta sang penghuni keluar.

Para peserta menyatakan sudah ditipu Akhim, orang yang selama ini mereka percaya untuk menjadi bandar arisan tersebut"Dia tiba-tiba menghilangUang kami dibawa kabur," ucap Anis Sukma, salah seorang korban

Saat ditemui di rumahnya, yang tak jauh dari tempat tinggal Akhim, wajah Anis kusut masaiDalam dua minggu terakhir, dia termasuk peserta yang getol mencari Akhim"Gara-gara mikirkan uang saya yang dia (Akhim, Red) bawa kabur, saya jadi sering masuk angin," ujar Anis.

Menurut pengusaha konveksi itu, sebenarnya arisan yang dibandari Akhim tersebut sudah berjalan sekitar empat tahun iniSejak awal, tidak pernah ada masalahSemua berjalan lancarAkhim selalu membayarkan uang anggotanya tepat waktuJumlahnya pun sesuai dengan perjanjian dan aturan main yang disepakati

Anis menerangkan, Akhim mengelola arisan piau dengan setoran bervariasiAda yang seminggu setor Rp 500 ribuAda pula yang sebulan setor Rp 3 juta atau Rp 5 juta"Paling sedikit, sebulan Rp 100 ribu," ucap dia"Uang yang terkumpul di tangan Akhim bisa sampai Rp 2 miliar," imbuh peserta arisan yang satu-satunya bukan keturunan Tionghoa itu

Arisan piau, papar Anis, memang identik dengan tradisi di kalangan orang-orang TionghoaAturan mainnya berbeda dengan arisan pada umumnyaSemakin lama uang yang disetor tidak ditarik, keuntungan yang bakal didapat peserta kian besar"Kebanyakan yang sekarang menagih adalah peserta yang sudah lama tidak narikMaka, uang mereka sampai puluhan juta rupiah di Akhim," terang dia

Anis menuturkan bahwa uangnya di Akhim sekitar Rp 150 juta"Saya ikut yang sebulan Rp 3 juta dan seminggu Rp 500 ribuSebenarnya, saya bermaksud narik paling akhir, nunggu LebaranEh, ternyata malah dibawa lari," ucap dia

Nenek enam cucu itu mengungkapkan, kebanyakan anggota arisan tersebut adalah warga Duri Utara, TamboraMeskipun, ada juga anggota dari luar kawasan ituKebanyakan korban tidak mau melapor dan membeberkan masalah tersebut kepada polisi"Saya seperti berjuang sendirian," jelas Anis. 

Menurut warga sekitar rumahnya, Akhim yang punya nama asli Chia Le Ha tersebut merupakan orang yang sangat baik dan dermawanKarena itu, warga tidak menyangka bahwa Akhim berani berbuat nekat dengan melarikan uang arisan para anggota tersebutMenurut Hermansyah, ketua RT 11/RW 02 Kampung Krendang, Akhim sudah sekitar 18 tahun tinggal di wilayahnya"Dulu, dia memang sering pindah-pindah kontrakanTapi, masih di kampung ini saja," terang Hermansyah

Kehidupan keluarga Akhim mulai menunjukkan peningkatan ekonomi yang signifikan sejak dia menjadi bandar arisan piau empat tahun terakhirBahkan, dia mulai mengembangkan usaha konveksi

Bukan itu sajaSetelah berkali-kali pindah kontrakan, akhirnya keluarga Akhim mampu membeli rumah sendiri pada 16 Januari 2008Rumah itulah yang kini dia tinggalkan"Itu dulu rumah sayaHarganya Rp 230 juta," ucap Sunawati, warga lain

Sebenarnya, Sunawati kaget begitu mengetahui Akhim bersedia membeli rumahnyaDia pun curiga karena usaha konfeksi Akhim belum lama berjalan dan belum berkembang
"Di sini juga banyak pengusaha konfeksiTapi, sampai 20 tahun pun, belum tentu mereka bisa membeli rumah semahal rumah saya itu," ucap perempuan berjilbab tersebut

Namun, karena warga dan tetangga mengenal Akhim sebagai orang yang baik, kecurigaan tersebut tidak berlarut-larutSunawati lantas berpikir positif dan menganggap wajar jika Akhim membeli rumahnya secara cash

Menurut dia, Akhim punya kepedulian yang besar terhadap anak-anak kampungDia sering membuatkan kue ulang tahun untuk anak-anakBahkan, Akhim pernah menghadiahkan gelang dan kalung emas untuk bayi tetangga yang baru dilahirkan"Pokoknya, dia baik banget," ujar dia.

Karena itu, Sunawati awalnya tidak percaya saat mengetahui Akhim telah melarikan uang arisan hingga miliaran rupiah"Saya baru tahu kalau dia bandarnya," terang dia
Selama menjalankan arisan tersebut, Akhim tidak pernah memaksa dan merayu para tetangga untuk bergabung"Saya dan para tetangga pernah ditawariTapi, karena setorannya tinggi, saya nggak mau," ucapnya

Sunawati dan warga lain mulai melihat perubahan drastis pada diri Akhim saat Ramadan laluKala itu tampak sekali Akhim mulai menutup diriPuncaknya, seluruh karyawan perusahaan konfeksinya yang berjumlah delapan orang di-PHKAlasannya, omzet usaha tersebut turun tajamKarena itu, Akhim menyatakan terpaksa mem-PHK karyawan

Selain itu, beberapa kali warga memergoki Akhim mengemasi peralatan konveksi dan perabot rumah"Tapi, ketika ditanya, katanya, peralatan konfeksi dan perabot tersebut mau diservis atau ditaruh di rumah saudara," jelas Sunawati

Itu dilakukan oleh Akhim berhari-hari karena peralatan konfeksi di rumahnya sangat banyakLalu, pada 23 Agustus lalu, sekitar pukul 22.00, Akhim mengangkut koper-koper besar dengan mobilNamun, sekali lagi, dia beralasan memindahkannya ke rumah saudaraEsok harinya, rumah tersebut sudah tertutup rapatPenghuninya sudah menghilang hingga sekarang

Karena itu, Minggu lalu rumah Akhim diserbu para peserta arisanTapi, tentu saja sudah tidak ada siapa-siapa di sanaSunawati dan warga lain memperkirakan Akhim pulang ke rumah orang tuanya di Kalimantan"Dia pernah cerita tentang kampung halamannya di Pontianak," tambah dia

Sementara itu, meski sudah banyak korban arisan tersebut, polisi belum menyatakan perbuatan Akhim itu sebagai tindak penipuanMenurut Kapolsek Tambora Kompol Hery Dian, polisi sama sekali belum menemukan barang bukti yang menunjukkan adanya transaksi antara para korban dan Akhim.  "Kalau ada satu saja bukti catatan yang menunjukkan korban menyetor uang kepada Akhim, itu sudah bisa dinyatakan sebagai penipuan," papar dia

Karena itu, polisi meminta para peserta arisan piau mencari bukti-bukti yang diperlukan untuk memproses kasus tersebut"Kendati begitu, kami tetap mencari yang bersangkutan," tegas alumnus Akpol pada 1997 itu(*/c11/ari)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Persiapan Tim RSUD dr Soetomo untuk Transplantasi Liver Anisa Maulidia Rahma


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler