Perjuangan Hussein dan Natasha Jadi Peserta The Amazing Race Asia

Putuskan Keluar dari Pekerjaan, Ayah Tak Berkeberatan

Selasa, 28 September 2010 – 08:08 WIB

Hussein Baron Sutadisastra dan putrinya, Natasha, menjadi salah satu wakil Indonesia dalam kompetisi perjalanan keliling dunia, The Amazing Race Asia (TARA) sesi 4Selain menjadi pasangan ayah dan anak perempuan pertama di acara itu, Hussein adalah peserta tertua.

=========================
JANESTI PRIYANDINI, Jakarta
=========================

SOSOK Hussein Baron Sutadisastra, 53, memang layak lolos kualifikasi peserta reality show internasional tersebut

BACA JUGA: Persiapan Tim RSUD dr Soetomo untuk Transplantasi Liver Anisa Maulidia Rahma

Meski usianya sudah lebih dari setengah abad, penampilan pria itu jauh dari kesan tua
Waktu ditemui di Bloeming Bar & Resto, FX Plaza, Jalan Sudirman, Jakarta, pada 21 September lalu, Hussein berpenampilan elegan

BACA JUGA: Mangku Liyer Menuai Berkah dari Beredarnya Novel dan Film Eat, Pray, Love



Beberapa kali dia dan anak sulungnya, Natasha Sutadisastra, 24, asyik bergaya saat difoto
Hussein dan Natasha memang tampak begitu dekat

BACA JUGA: Kisah Wahono, Tersangka Teroris yang Gagal Menikah dan Digantikan Adiknya

Kombinasi pasangan itu cukup unikYang sudah-sudah, peserta acara yang ditayangkan di kanal AXN tersebut didominasi orang mudaMinimal, peserta berusia 21 tahunPeserta biasanya berstatus pasangan sahabat, kekasih, atau suami istri mudaSebab, untuk mengikuti kompetisi itu, dibutuhkan stamina tubuh yang kuat.

Kompetisi berlangsung Juni-Juli laluNamun, lantaran terikat aturan, peserta tidak boleh menginformasikan detail program yang sudah dilakukan maupun pemenang kompetisi tersebut.Selama sebulan itu, peserta harus mampu mengatasi banyak tantangan perjalanan yang tak terdugaPeserta tidak mengetahui rute dan negara yang dikunjungiMereka juga tidak boleh membawa uang atau kartu kreditSelain itu, tidak ada alat komunikasiMereka pun tidak boleh merokokMelihat aturan kompetisi tersebut, bisa dibayangkan betapa ketatnya pencarian peserta yang bisa lolos kualifikasi oleh penyelenggara.

Tapi, bagi Tasha, panggilan Natasha, kompetisi tersebut merupakan mimpi yang akhirnya terwujudDia memang suka bertualang dan gemar akan tantanganKeinginannya mengikuti lomba menggebu-gebu begitu The Amazing Race versi Asia mulai diadakan pada 2007"Begitu ada TARA, saya langsung berniat ikutBut, I"m not qualified yet at that timeSaat itu saya belum 21 tahun," ucap gadis manis yang pernah tinggal di Kanada hingga usia 12 tahun tersebut.

Hussein menjelaskan bahwa dirinya memang suka bertualang sejak mudaKetika berusia 22 tahun, bersama teman-teman pencinta alam internasional dia menaklukkan gunung tertinggi di Afrika, KilimanjaroSejak kecil, orang tuanya kerap berpindah dari satu negara ke negara lainDia pernah merasakan bangku SD di Sacred Heart Catholic School di Peking, TiongkokTapi, kemudian dia mendapatkan gelar sarjana dari University of Maryland, AS, di bidang agricultural engineering

Pria yang berprofesi sebagai konsultan bidang jasa komoditas skala internasional tersebut membiasakan Tasha beraktivitas outdoor sejak kecilTasha kemudian memiliki hobi yang sama dengan ayahnya"Di antara empat anak papa, saya yang paling dekatKami sering berdiskusi dan berdebat kalau nonton berita," terang runner-up II None Jakarta 2007 tersebut

Namun, setelah Tasha beranjak dewasa, mereka jarang menghabiskan waktu bersamaHussein sibuk dengan pekerjaannyaBegitu juga TashaPenari tradisional itu kerap diundang untuk tampil di berbagai negaraTapi, ketika lulusan Jurusan Hubungan Internasional FISIP Universitas Dr Moestopo tersebut mengajak ayahnya mengikuti TARA 2010, Hussein langsung setuju

"Saya ingin memiliki pengalaman menghabiskan waktu dengan Tasha sebelum akhirnya dia menikah nantiItu semacam test drive, apa dia sudah siap dilepas dan mandiri," terang pria kelahiran Singapura 1957 tersebut.

Hussein dan Tasha terpilih dari sekitar 2.300 pasangan yang mendaftarBegitu tahu berhak mewakili Indonesia dan bertarung dengan peserta dari India, Singapura, Hongkong, Malaysia, serta Filipina, pasangan ayah dan anak tersebut gembira

Begitu dinyatakan menjadi peserta, Hussein dan Tasha harus menyediakan waktu lebih dari sebulan untuk melakukan petualangan tersebutPadahal, mereka memiliki pekerjaan yang sulit ditinggalkanHussein punya perusahaan sendiri, sedangkan anak perempuannya waktu itu tercatat sebagai staf legal admin di salah satu perusahaan tambang

Tanpa berpikir panjang, Tasha memutuskan resign"Saya langsung memilih keluar dari pekerjaanSaya tidak mungkin melewatkan kesempatan langka itu," tegas dia
Hussein pun tidak berkeberatan atas keputusan anaknya"Nggak apa-apaKapan lagi ada kesempatan seperti itu" papar Hussein

Kini, sepulang dari TARA, Tasha bekerja sebagai pengajar bahasa Indonesia untuk anak-anak ekspatriat di Jakarta"Lumayan, ada pemasukanJadi, nggak jobless amat," ucap Tasha.

Yang jelas, Hussein dan Tasha benar-benar menyiapkan fisik maupun mental untuk menghadapi kompetisi yang memperebutkan hadiah uang USD 100.000 (sekitar Rp 900 juta) ituMisalnya, Hussein membuat emblem bergambar garuda dan bendera Merah Putih untuk identitas"Kami memang tim yang sangat nasionalisEmblem itu juga saya bagikan selama perjalanan," jelas Hussein.

Karena Hussein peserta tertua, tak jarang mereka dipandang sebelah mata oleh peserta lainMereka dianggap sebagai lawan yang lemah"Biarlah mereka menganggap seperti ituPadahal, kami punya strategi yang kuat," ungkap dia

Selama perjalanan, karena penuh tekanan, emosi gampang tersulut sehingga bisa berbuntut pertengkaranItu juga terjadi kepada Hussein dan Tasha"Saya baru tahu, ternyata anak perempuan saya itu sensitif sekali," terang Hussein.

Itu terlihat pada race pertama yang sudah ditayangkan di AXN pada Kamis, 23 September lalu, pukul 20.00 WIBHussein dan Tasha mengaku sangat santaiKetika diminta menuju pit stop di Penang, mereka tersesat dan berdebat"Itu baru race pertamaKami hampir saja jadi peserta terakhir yang tibaKalau baru pertama sudah tereliminasi, kan malu," tambah Tasha

Bila memenangi ajang tersebut, pasangan ayah-anak itu ingin mendonasikan sebagian hadiah uang tersebut untuk penderita tunarungu di Yayasan Padesan Pendidikan, RangkasbitungHussein kini memimpin yayasan yang dirintis ibunya, mendiang Natalie Baron Sutadisastra, ituNatalie dikenal sebagai pencetus dan pengembang bahasa isyarat tunarungu di IndonesiaDia juga menggagas penampilan bahasa isyarat pada program berita di TV"Bila menang, kami ingin mendonasikan sebagian uang hadiah itu untuk yayasan," terang Hussein(*/c11/ari)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Anak-Anak Korban Permainan Pistol-pistolan di Padang (3-Habis)


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler