Kisah Ibu Muda Hamil Menyelamatkan Diri dari Tenggelamnya KM Wihan Sejahtera

Selasa, 17 November 2015 – 07:06 WIB
Theresia Tolo, korban kapal tenggelam KMP Wihan Sejahtera di sekitar pelabuhan Teluk Lamong yang dievakuasi di RS PHC. FOTO: Guslan Gumilang/Jawa Pos

jpnn.com - THERESIA Tolo, 22, perempuan berusia 22 tahun asal Kabupaten Ende itu berjuang keras menyelamatkan diri dari tenggelamnya KM Wihan Sejahtera, kemarin (16/11). Padahal, Theresia sedang hamil dua bulan.

Hingga tadi malam, lulusan Universitas Tribhuwana Tunggadewi, Malang, itu masih dirawat di RS PHC. "Sejak awal saya punya firasat tidak baik. Motor kami rusak saat hendak berangkat dari Malang. Mobil ekspedisi yang saya titipi barang juga kecelakaan," katanya.    

BACA JUGA: Saya Dengar Lagu Indonesia Raya saja Masih Merinding

Sesampainya di Surabaya, Theresia berusaha membuang jauh pikiran negatif itu. Bersama sang suami, Anselmus Keze, dia memasuki kapal Wihan di Pelabuhan Tanjung Perak. ''Saya berada di dek tengah dan dekat pintu keluar,'' ucapnya.

Pukul 09.00, kapal mulai berangkat. Theresia masuk ke dalam kapal. Dia ingin beristirahat karena kondisi badannya kurang fit. Itu terjadi karena posisi kehamilannya masuk trimester pertama. Rasa mual, pening, dan lemas sering datang tiba-tiba. ''Saya memilih tiduran di kamar,'' imbuhnya.

BACA JUGA: Akhirnya, Setelah JK Ikuti Pesan Pak Kiai, Perdamaian di Aceh Terwujud

Sekitar pukul 09.15, kapal mulai miring. Theresia dan suami panik. Keduanya lari keluar dek. Posisi kapal yang semakin miring membuat mereka agak susah bergerak. ''Saya hanya menangis sambil berdoa kepada Tuhan,'' ujarnya.

Tangannya selalu berada di genggaman sang suami yang mencari jalan untuk menyelamatkan diri. Masuk lorong pintu dan memanjat tempat yang lebih tinggi dia lakukan. ''Saya lupa kalau sedang hamil,'' ucapnya.

BACA JUGA: Firasat Aneh, Tiba-tiba Dokter Andra Minta Pulsa

Setelah keluar dari dalam kapal, dia bersama suami langsung menuju ke lokasi evakuasi. Satu per satu penumpang dievakuasi melalui tali. Theresia mulai teringat kondisinya yang berbadan dua. ''Ini hamil saya yang pertama, buah penikahan setahun lalu,'' katanya.

Tangisan mulai keluar. Saat itu, Theresia berada di antara dua pilihan. Melompat dengan risiko keguguran atau bertahan tapi nyawa menjadi ancaman. ''Saya pilih lompat ke tempat evakuasi,'' ucapnya.

Dia bersama suami berhasil melompat. Penyelamatan belum selesai. Keduanya harus turun dari Wihan Sejahtera menuju kapal tim penolong. Ketinggiannya lebih dari 5 meter. "Tidak ada tangga. Hanya ada tali,'' ujarnya.

Perjuangan menyelamatkan diri dari maut itu menjadi pengalaman tersendiri bagi dia. Rasa sakit luar biasa dirasakannya. Berlarian membuat kandungannya terguncang. Termasuk saat turun dari tali, Theresia hanya menangis menahan rasa sakit tersebut.

Sesampainya di kapal penyelamat, kata dia, beban serasa terlepas. Seketika itu, muncul hasrat ingin kencing. Belum sempat menahan, darah yang semula dianggapnya hasrat kencing itu mulai keluar dari bagian kewanitaannya. "Saya pendarahan," ucapnya.

Tim penyelamat langsung membawanya ke Terminal Gapura Surya Nusantara. Sesampainya di terminal, tim medis melarikan Theresia ke RS PHC. Beruntung, bayi di dalam kandungan selamat. Theresia hanya membutuhkan istirahat sejenak. Kini, semua barang miliknya hanyut bersama kapal. Tidak ada lagi ijazah, tidak ada lagi pakaian, tapi ada bayi di dalam kandungan yang selamat.

Kepanikan juga terlihat UGD Rumah Sakit PHC Surabaya yang menampung para korban tenggelam kemarin. Rintihan kesakitan, haru, dan kehilangan berbaur menjadi satu.

Di antara kepanikan itu, terdengar suara perempuan yang berbalut isak tangis. "Bapak mana. Bapakku," ujarnya berkali-kali. Beberapa petugas yang merawat kebingungan menjawab pertanyaan perempuan bernama lengkap Silsilia Mariana, 42, itu.

Bapak yang dimaksud Silsilia adalah sang suami, Pit Mami, 52. Keduanya terpisah sejak meloncat ke laut dari kapal Wihan Sejahtera. "Dia yang menyuruh saya cepat-cepat turun dengan tali tambang. Habis di laut, saya cari-cari, dia tidak ada," terangnya sambil memegangi telapak tangan yang terluka karena memegang tambang serta kaki yang memar terbentur kapal.

Setelah mendapatkan perawatan, Silsilia dikembalikan Terminal Teluk Lamong. Suaminya sangat mungkin berada di tempat tersebut bersama tim evakuasi.

Kepanikan juga ditunjukkan penumpang lain bernama Susamah, 55. Dia bermaksud mengobati penyakit kencing manisnya di Kabupaten Ende, Nusa Tenggara Timur. Yang terjadi, perempuan itu harus merasakan trauma meski lolos dari peristiwa tenggelamnya kapal Wihan Sejahtera.

''Kulo bersyukur diparingi slamet, tasik isok ndeleng anak-anak kulo (Saya bersyukur masih diberi keselamatan, masih bisa melihat anak-anak saya, Red)," bebernya.

Selain orang dewasa, beberapa anak tampak dirawat di RS PHC Surabaya. Manajer Pemasaran dan Pengembangan Usaha Rumah Sakit PHC Surabaya menjelaskan, ada 26 korban selamat yang dievakuasi dan mendapat perawatan.

Dari nama-nama korban tersebut, terdapat empat anak-anak di dalamnya. ''Kebanyakan luka memar, goresan, dan shock. Cuma dua pasien yang harus rawat inap karena patah lengan. Salah satunya diduga hamil,'' terangnya. (riq/rid/c6/fat)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Cara Mengubah Stigma Nama Asep Pembawa Sial jadi Keberuntungan


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler