Kisah Inspiratif Dokter tanpa Kaki yang Keliling Layani Pasien

Selasa, 29 Maret 2016 – 07:46 WIB
Dokter tanpa kaki Li Juhong. FOTO: SHANGHAIIST

jpnn.com - CHONGQING – Meski kondisi fisiknya tak sempurna, Li Juhong, 37 tak melulu meratapi nasibnya. Alih-alih menjauhkan diri dari dunia, dia malah memilih melayani masyarakat.

Li yang kehilangan dua kakinya itu berprofesi sebagai dokter. Hampir setiap hari dia melayani pasien di rumah-rumah mereka. Selama 15 tahun bekerja, Li telah menghabiskan 30 bangku kayu yang digunakan untuk menyangga kakinya.

BACA JUGA: Taiwan Tangkap 41 Nelayan Tiongkok

Kisah Li bermula saat dia mengalami kecelakaan mobil pada Maret 1983 silam. Saat itu, Li yang masih berusia 4 tahun berangkat sekolah. Namun, dalam perjalanan, dia ditabrak truk. Li terlindas dan kedua kakinya harus diamputasi. 

Kakinya hanya bersisa sekitar 3 sentimeter. Dokter-dokter yang menyelamatkan nyawanya kala itu memberikan Li semangat tersendiri. 

BACA JUGA: Cara Unik Aktivis Korsel Kirim Propaganda ke Utara

Mereka menginspirasinya untuk bisa menjadi seorang dokter saat dewasa, dan impian itu pun terwujud. Li ingin bisa membantu orang-orang yang sakit dan menyelamatkan nyawa mereka.

Setelah menyelesaikan sekolah sekitar 15 tahun lalu, Li mulai bekerja sebagai dokter desa di Wadian. Karena tak memiliki kaki, setiap hari Li berjalan dengan menggunakan bangku kayu pendek untuk menopang kakinya. 

BACA JUGA: Petisi Cabut Nobel Perdamaian Aung San Suu Kyi Terus Tuai Dukungan

Li belajar menggunakan bangku kayu sebagai pengganti kaki itu selama bertahun-tahun. Dia mulai menguasainya saat berusia 8 tahun. Dengan bangku kayu itulah Li dengan sabar dan telaten datang ke rumah pasien satu per satu.

Kadang kala, sang suami, Liu Xingyan, menggendong Li di punggung dan mengantarkannya ke rumah pasien. Li bertemu Liu dua tahun setelah menjadi dokter desa.

Liu dua tahun lebih tua darinya. Setelah menikah, Liu berhenti bekerja dan mengurus semua pekerjaan rumah. Kerap kali dia mengantarkan Li ke klinik yang berjarak 500 meter dari rumah mereka. Meski jaraknya dekat, jika Li berjalan sendiri menggunakan kursi kayunya, butuh waktu 1,5 jam.

’’Jika dibandingkan dokter lainnya, kesulitan saya lebih banyak. Tapi, saya selalu berbisik pada diri saya sendiri bahwa Tuhan membantu orang yang menolong dirinya sendiri. Itulah yang membuat saya
terus maju,’’ ujar Li.

Selama bekerja, Li terhitung sudah memberikan pelayanan sekitar 6 ribu kali. Kebaikan hati serta keteguhan Li juga menginspirasi anaknya yang masih berusia 12 tahun. Putranya tersebut kelak juga ingin menjadi dokter seperti Li. (Shanghaiist/People’s Daily/sha/c17/ami)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Siap-siap, AS dan Rusia Pamer Kekuatan Kapal Perangnya di Perairan Mentawai


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler