Kisah Keluarga Syuhada Berupaya Merelakan Laskar FPI Tewas di KM 50

Rabu, 30 Maret 2022 – 23:53 WIB
Syuhada Al Aqse (52), ayah almarhum Faiz Ahmad Syukur, saat menunjukkan kamar yang pernah ditempati anaknya. Faiz Ahmad Syukur merupakan satu dari enam anggota Laskar FPI yang tewas ditembak polisi di Tol Jakarta - Cikampek KM 50. Foto: Fransiskus Adryanto Pratama/JPNN.com.

jpnn.com - Insiden berdarah di Tol Jakarta - Cikampek KM 50 menyisakan luka dalam bagi Syuhada Al Aqse (52) dan keluarga besarnya. Putranya, Faiz Ahmad Syukur, meninggal dunia dalam peristiwa yang terjadi pada 7 Desember 2020 itu.

Fransiskus A Pratama, Jakarta

BACA JUGA: Pak Polisi dan DPR, Ini Ada Tantangan untuk Buka-Bukaan Fakta Pembunuhan Laskar FPI di KM 50

SOFIA sudah terlihat sepuh. Kurang dari tiga tahun lagi, perempuan warga Jalan Muara 2 Nomor 3, Tanjung Barat, Jakarta Selatan, itu sudah berumur 90.

Namun, pendengaran Sofia masih bagus. Dia langsung bereaksi ketika putranya, Syuhada, menceritakan kondisi jenazah Faiz.

BACA JUGA: Janggal, Putusan Majelis Hakim Membebaskan Terdakwa Penembakan Anggota FPI

“Jangan omong begitu,” ujar Sofia dari dalam kamarnya kepada putranya, Syuhada, pada Minggu lalu (27/3).

Saat itu, Sofia sedang mendengarkan Syuhada yang menerima JPNN.com di rumahnya. Menurut Syuhada, ibunya masih belum mengikhlaskan kepergian Faiz.

BACA JUGA: Kata GP Ansor soal Vonis Bebas Polisi Terdakwa Penembak Laskar FPI

"Faiz cucu kesayangannya," ujar Syuhada.

Dua bola mata Syuhada terlihat berkaca-kaca. Sesekali pria berjenggot itu mendongak saat ditanya tentang putranya yang kini tiada.

Faiz yang lahir pada 1998 merupakan satu dari enam anggota laskar Front Pembela Islam (FPI) yang tewas saat mengawal Habib Rizieq Shihab. Lima laskar lainnya yang kehilangan nyawa ialah Andi Otiawan (33), Ahmad Sofiyana alias Ambon (26), Muhammad Suci Khadavi (21), Lutfi Hakim (24), dan Muhamad Reza (20).

Insiden di KM 50 itu bermula ketika Habib Rizieq dan keluarganya berupaya mencari tempat yang lebih tenang. Pada 6 Desember 2020 malam, imam besar FPI itu meninggalkan tempat tinggalnya di Nature Mutiara Sentul, Kabupaten Bogor.

Rizieq dan keluarganya bergerak menuju Karawang dengan kawalan sejumlah mobil yang ditunggangi laskar FPI. Konvoi kendaraan itu terdiri atas delapan mobil.

Ada empat mobil yang membawa Rizieq dan keluarganya. Sisanya adalah mobil tunggangan laskar pengawalnya, termasuk Faiz.

Syuhada mengatakan dirinya menerima informasi tentang insiden di KM 50 melalui pesan WhatsApp. Mantan ketua Dewan Pimpinan Wilayah (DPW) FPI Jakarta Selatan itu menyadari putranya ikut mengawal Rizieq.

Namun, saat itu Syuhada diliputi kekhawatiran dan hanya bisa menduga-duga karena belum menerima informasi pasti soal Faiz. “Jangan-jangan putra saya satu (dari enam laskar FPI yang tewas, red),” katanya.

Akhirnya, Syuhada mulai memperoleh kepastian tentang putranya ketika hari beranjak siang. Dia menerima kabar di internal FPI yang menyebut enam laskar pengawal Rizieq diculik orang tak dikenal.

Pada Senin, 7 Desember 2020 siang, Polda Metro Jaya menggelar konferensi pers. Saat itu, Kapolda Metro Jaya Irjen Fadil Irmran menyatakan anak buahnya yang sedang menjalankan tugas penyelidikan justru diserang oleh para pengawal Rizieq.

Menurut Fadil, ada 10 pengawal Rizieq yang menyerang polisi dengan senjata api dan senjata tajam. Polisi pun mengambil tindakan tegas yang mengakibatkan enam laskar FPI tewas.

Syuhada yang mengetahui informasi versi kepolisian itu pun sudah memperoleh gambaran pasti tentang Faiz. Namun, dia justru bingung karena tak mengetahui keberadaan jenazah putranya.

Menurut Syuhada, dirinya langsung menuju markas DPP FPI di Petamburan, Jakarta Pusat, guna menggali informasi perihal keberadaan enam jenazah laskar FPI tu. “Jenazahnya di mana, pada pusing di sana,” katanya.

Akhirnya Syuhada dan sejumlah anggota FPI lainnya berangkat ke Karawang.

“Cari di klinik, rumah sakit, parkiran, enggak ketemu-ketemu,” ujarnya.

Sebelum matahari tenggelam, Syuhada memperoleh informasi soal enam jenazah laskar FPI sudah berada di Rumah Sakit Raden Said Soekanto (RS Polri) di Kramat Jati, Jakarta Timur.

“Malamnya, saya, omnya Faiz, dan kakak saya ke RS Polri,” kata dia.

Walakin, Syuhada tak serta-merta melihat jenazah Faiz di rumah sakit tersebut. Sebab, penjagaan di RS Polri begitu ketat.

Syuhada menuturkan dirinya dan dua orang yang mendampinginya sempat dicegat polisi bersenjata laras panjang. Dia langsung ditanya soal maksud kedatangannya.

“Bapak mau ke mana, ada tujuan apa?” kata Syuhada menirukan pertanyaan polisi.

Syuhada lantas menjawab ingin melihat anaknya yang ditembak polisi. Namun, jawaban itu tak serta-merta membuat polisi mengizinkannya.

“Mereka bilang, ‘enggak boleh, Pak. Bapak putar saja’,” kata Syuhada kembali mengulangi pernyataan polisi yang menemuinya.

Syuhada pun memilih pergi. “ Takut dong,” kata dia.

Namun, jawaban polisi membuat Syuhada makin bertanya-tanya. Sebagai ayah, semestinya dia diizinkan menemui putranya yang tewas.

“Kok, perlakuannya seperti itu. Anak gua, ada apa ini?” kata Syuhada.

FPI pun mencoba cara lain untuk mengambil enam jenazah laskarnya. Para pengurusnya meminta bantuan anggota DPR dari Partai Gerindra Fadli Zon pada Selasa, 8 Desember 2020. "Akhirnya jenazah bisa diambil,” kata Syuhada.

Selanjutnya, enam enazah itu dibawa ke markas FPI di Petamburan menggunakan ambulans. Menurut Syuhada, semua jasad dalam kondisi tidak utuh.

Hal itu diketahui saat enam jenazah akan dimandikan. Syuhada menuturkan ada bekas jahitan di dada keenam jenazah itu.

Selain itu, di bagian leher, punggung, mata, bahkan kemaluan keenam jenazah itu tampak tak wajar. Syuhada menduga polisi melakukan autopsi terhadap enam jenazah laskar FPI itu tanpa izin pihak keluarga.

“Ada yang kukunya copot,” kata Syuhada.

Dia juga menyatakan di dada para jenazah terdapat luka bekas peluru. “Ada yang empat, dua,” kata Syuhada.

Jenazah Faiz bersama jasad Andi Otiawan, Ahmad Sofiyana, Muhammad Suci Khadavi, dan Muhamad Reza dimakamkan di Megamendung, Bogor, Jawa Barat. Satu jenazah lainnya, yakni Lutfi Hakim, dimakamkan di Duri Kosambi, Jakarta Barat.

Syuhada menuturkan keluarga besarnya masih berusaha melepaskan kepergian Faiz. Bekas kamar tidur Faiz yang berukuran sekitar 3 x 4 meter sudah dibongkar.

Selanjutnya, kamar itu difungsikan untuk gudang penyimpanan barang-barang bekas keluarganya. Kerangka tempat tidur yang pernah dipakai Faiz juga disusun di kamar itu.

Di dalam kamar itu ada lemari berisi pakaian dan buku. Selain aktif di FPI, Faiz juga tercatat sebagai mahasiswa jurusan teknologi informasi di Universitas Indraprasta (Unindra).

Syuhada mengungkapkan keluarganya melakukan berbagai cara demi mengobati rasa kehilangan sekaligus mengikhlaskan kepergian Faiz. Fotonya pun tak terlihat lagi.

"Sengaja dihilangkan,” kata Syuhada.

Mantan Sekretaris Bantuan Hukum DPP FPI Aziz Yanuar menyatakan semua keluarga keenam laskar itu sudah ikhlas dengan takdir itu.

“Insyaallah mereka syahid, jadi penolong untuk keluarga,” kata Azis.

Praktisi hukum itu menegaskan kematian para pengawal Rizieq tidak membuat trauma ataupun ciut nyali para pendukung Rizieq. ”Makin percaya diri melawan kezaliman,” katanya. (cr3/jpnn)


Redaktur : M. Kusdharmadi
Reporter : Fransiskus Adryanto Pratama

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler