Ketika banjir lahar dingin menerjang perkampungan penduduk di Magelang Minggu petang lalu (9/1), ada dua orang yang terseret arusSeorang meninggal, seorang lagi selamat
BACA JUGA: Rahayu Saraswati, Keponakan Prabowo yang Aktif sebagai Juru Kampanye Perubahan Iklim
Marina, korban yang selamat itu, terseret bersama anak semata wayangnya yang baru berumur 4 tahun=========================
MUKHTAR LUTFI, Magelang
=========================
HINGGA kemarin, Marina masih dirawat di RSUD Muntilan, Magelang
BACA JUGA: Riza Marlon, 20 Tahun Jadi Fotografer Spesialis Alam Liar Indonesia
Tubuh perempuan 32 tahun itu masih dialiri infusWajah Marina pun masih terlihat pucat
BACA JUGA: Dua Tahun Zeby Febrina Getol Kampanyekan Komodo Jadi Keajaiban Dunia
Sesekali tampak meringis seperti menahan sakitNamun, di balik rasa sakitnya itu, warga Dusun Ngemplak, Desa Ngrajek, Kecamatan Mungkid, Magelang, itu sangat bersyukurTerjangan dahsyat banjir lahar dingin pada Minggu petang itu tidak sampai merenggut nyawanyaMukjizat besar telah menyelamatkan dia dan anak semata wayangnya yang berusia 4 tahun, Muhammad Zaki."Dari sisi fisik, korban hanya mengalami memarTapi, yang agak berat adalah perasaan trauma yang masih dia rasakan," kata dr Sutikno yang menangani Marina
Menurut Sutikno, trauma yang dialami Marina termasuk cukup parah"Tapi, saya yakin, dia akan segera pulih kembali," lanjutnya.
Tanda-tanda masih trauma, lanjut Sutikno, dirasakan ketika mengajak ngobrol Marina"Hal itu (trauma) yang masih mengganggunya," terang dia.
Tanda-tanda masih trauma dengan peristiwa yang dialami juga dapat dirasakan Radar Semarang (Jawa Pos Group) ketika mewawancarai MarinaKetika ditanya seputar kisah yang dialaminya, semula Marina menolakDia beralasan tak mau mengingat-ingat peristiwa paling mengerikan sepanjang hidupnya itu
"Yang penting saya sudah selamatAllah masih melindungi saya," terang Marina sembari menyandarkan punggungnya pada tempat tidur di ruang Flamboyan RSUD Muntilan.
Saat kembali didesak untuk menceritakan peristiwa yang dia alami, janda satu anak itu justru menangis tersedu-seduItu membuat beberapa perawat datang dan mencoba menenangkan diaSetelah sedikit tenang dan setelah beberapa perawat itu ikut membujuk, Mariana akhirnya mau menceritakan pengalamannya
Setelah beberapa kali menghela napas panjang, Marina memulai ceritanyaMinggu petang itu dirinya dan anak semata wayangnya sedang berada di rumahSehari-harinya Marina hidup bersama anaknya tersebutTiba-tiba dia mendengar warga panikItu terjadi setelah lahar dingin meluap dari Kali Pabelang dan menerjang perkampungan, termasuk kampung tempat Marina tinggal
Marina dan warga di sekitarnya sempat heran, bagaimana bisa banjir lahar meluap dan menerjang perkampungannyaPadahal, jarak rumahnya terhitung lebih dari 300 meter dari bibir Kali PabelangKedalaman kali itu pun sebelum banjir sekitar 10 meterDari sisi ini, sulit dipercaya, bagaimana bisa lahar dingin meluap dari sungai dan terjangannya menuju ke perkampungan Marina
Yang membuat ngeri warga, banjir lahar yang menerjang itu membawa material erupsi Gunung Merapi berupa pasir dan bebatuanItu mengakibatkan rumah-rumah warga yang diterjang banjir hancur berantakanSaat itu Marina lari sekencang-kencangnya bersama warga lain sambil menggendong ZakiMereka menuju ke tempat yang lebih aman"Pikiran saya waktu itu, pokoknya lariSaya dan anak saya harus selamat," katanya dengan nada bergetar.
Mungkin karena berlari terlalu cepat, ditambah lagi diliputi perasaan panik, Marina terpelesetDia terjatuh dan anaknya ikut terjatuhSaat itulah, banjir lahar datang tanpa kompromiBeruntung, saat aliran lahar dingin tersebut menyeret
Marina, perempuan 32 tahun itu sudah memegangi dan menggendong anaknyaMaka, ibu dan anak itu pun terseret bersama"Banjir kan datang dua kaliItu yang pertama," ceritanyaMarina dan anaknya saat itu terdorong gulungan air lahar hingga menabrak tembok rumah tetangganya
Dengan susah payah, akhirnya dia bisa berpegangan di tembok sembari menggendong anak semata wayangnyaSejurus kemudian dia memanjat untuk berlindung"Sebisa saya, saya naik ke atas tembok," kenang Marina, yang kemudian tanpa sadar meneteskan air mata
Namun, lagi-lagi Marina harus mengakui kehebatan alamBelum lama menghela napas lega, tembok tersebut justru jebol dihantam batu-batu besarMarina dan Zaki pun kembali hanyut"Banjir kedua ini yang lebih besar, dengan bebatuan juga," tuturnya
Kala itu tak ada tempat untuk berpeganganIbu dan anak tersebut akhirnya terseret sejauh 500 meter menuju ke hilir sungai"Waktu itu saya pasrahMungkin saat itu saya akan mati bersama dengan anak saya," katanya
Saat terombang-ambing dalam lautan lahar dingin itu, Marina sempat putus harapanUntung, ada sebuah batang pohon pisang hanyut di dekatnyaTanpa berpikiran panjang, batang itu dia raih
Anaknya yang masih dalam pegangannya didekap erat-eratDia kemudian meminta anaknya naik ke batang pohon pisang, sementara dia memeganginya"Saya berteriak saja, Allahu Akbar, Allahu Akbar, sekuat tenaga, sambil berteriak meminta tolong," terangnya sembari tangannya terlihat mengepal.
Ibu dan anak ini akhirnya ditolong oleh warga dan beberapa relawanKeduanya dibawa menepi dengan menggunakan tali tambangMeski begitu, Marina mengaku masih sangat traumaDia belum berani pulang ke rumahnya
Apalagi, Marina mendengar kabar bahwa seorang orang yang juga terseret banjir lahar ditemukan dalam keadaan tidak bernyawaDia adalah Sumiyati, 65, warga Dusun Jetis, SirahanTubuh Sumiyati ditemukan tim SAR tersangkut di atas pohon rambutan"Saya sekarang kepikiran anak saya (dia dititipkan di rumah orang tuanya)Saya sebenarnya ingin pulangTapi, saya tak berani kalau pulang ke rumah," katanya(jpnn/c4/kum)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Menkum-HAM Datang, Tak Masukkan Amplop di Kotak Angpao
Redaktur : Tim Redaksi