Kisah Mengharukan Mbah Sulton, 12 Tahun Hidup Sendiri di Hutan karena...

Senin, 30 Mei 2016 – 08:43 WIB
Mbah Suton, kakek yang memilih menyendiri di hutan Trawas. FOTO: RADAR MOJOKERTO

jpnn.com - Sulton memilih hidup menyendiri di kawasan hutan Trawas sejak menderita sakit selama lebih dari satu dekade. Dia merasa lebih tenang dan nyaman serta tidak merepotkan keluarga saat hidup di hutan. Sejatinya juga karena tak mampu berobat. 

 

BACA JUGA: HARU...30 Warga Gantian Tandu Perempuan Hendak Melahirkan, Jalan Kaki 15 Km

RIZAL AMRULLOH, Radar Mojokerto 

--- 

BACA JUGA: Dokter Cantik Ini Begitu Akrab dengan Urusan Sabu

TAK mudah menemukan tempat tinggal Mbah Sulton. Letaknya cukup jauh dari kawasan desa setempat. Untuk menuju ke sana, kita harus berjalan kaki menyusuri hutan dan menyeberangi sungai. Di balik sungai akan terlihat sebuah gubuk kecil. 

Itulah tempat tinggal Sulton, 79, warga Dusun Sumbertani, Desa Mojorejo, Kecamatan Pungging, Kabupaten Mojokerto. Gubuk berukuran 3x3 meter di kawasan hutan Desa Jatijejer, Kecamatan Trawas, tersebut adalah milik Perhutani.

BACA JUGA: Seperti Mati padahal Siap Menyergap, yang Kecil Lebih Bahaya

Saat ditemui Jawa Pos Radar Mojokerto (JPNN Group), pada Minggu (29/5), Mbah Sulton mengaku sudah menderita sakit komplikasi sekitar 15 tahun. Sejak 2004, dia memilih menyendiri di hutan agar bisa menjalani hidup dengan lebih tenang. ''Istilahnya, saya tinggal di sini itu agar nyaman dan juga tidak merepotkan orang lain dengan penyakit saya ini,'' ungkapnya.

Dia mengaku masih mempunyai keluarga. Yakni, tiga anak dan satu istri. Istrinya sering kali mengirimkan kebutuhan makanan sehari-hari. Terkadang Mbah Sulton memasak nasi sendiri dan memanfaatkan tanaman di hutan. ''Kalau air, saya ambil di dekat sini. Ada sumber air dari Trawas,'' ujarnya.

Kakek yang dulu bercita-cita menjadi tentara tersebut merasakan penyakitnya bertambah parah. ''Penyakit saya sudah banyak. Untuk berjalan saja, saya harus menggunakan tongkat. Kaki kanan saya sudah sulit digerakkan,'' tuturnya.

Bahkan, saat malam dia tidak bisa melihat dengan jelas tanpa bantuan senter. Sebenarnya dia mengaku ingin sembuh, tapi terbentur masalah finansial. Dia tidak mampu membeli obat atau sekadar memeriksakan diri ke dokter. ''Harga obatnya mahal. Saya tidak mampu membeli,'' ucapnya.

Kakek lulusan SR itu hanya menggantungkan hidup dari hasil berjualan getah karet pinus di sekitar hutan. ''Saya biasanya mencari getah karet, lalu saya jual,'' ujarnya.

Saat disinggung untuk kembali pulang dan berkumpul dengan keluarga, Mbah Sulton hanya tertawa lepas. Dia mengaku akan tetap tinggal di sana. ''Nanti biar keluarga yang berkunjung ke sini,'' tuturnya. (abi/c5/ami)

 

BACA ARTIKEL LAINNYA... Indahnya Tinggal Bersama Keluarga Sebangsa


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler