Seperti Mati padahal Siap Menyergap, yang Kecil Lebih Bahaya

Sabtu, 28 Mei 2016 – 00:09 WIB
Menpora Imam Nahrawi saat mampir ke Pulau Komodo. Foto: M.Amjad/JPNN.com

jpnn.com - PULAU Komodo, menjadi salah satu tujuan wisata para peserta Tour de Flores. Kebanyakan dari mereka ingin menyaksikan dari dekat hewan purba yang mendiami pulau tersebut.

Muhammad Amjad, Labuan Bajo

BACA JUGA: Indahnya Tinggal Bersama Keluarga Sebangsa

"Pulau Komodo dipertahankan sesuai kondisi aslinya, sehingga tak ada yang berubah habitatnya meski pulau ini dikunjungi wisatawan." 

Itulah kata yang terucap dari Djunus Boeky, salah satu pengawas dari Taman Nasional Komodo, kepada JPNN beberapa hari lalu.

BACA JUGA: Oh, Gaya Pacaran ABG Sekarang...Ngamar

‎Alam di Pulau seluas 60 Km2 ini memang tak banyak diubah, kecuali penambahan kantor pengawas, rumah tunggu, mess ranger, kamar yang disewakan dan fasilitas dermaga yang berfungsi untuk membuat nyaman para wisatawan saat berkunjung ke kompleks taman nasional ini.

Ada beberapa jalur tracking yang disiapkan oleh pengelola, ‎untuk membuat wisatawan semakin terpesona dengan keindahan pulau yang masuk dalam tujuh keajaiban dunia tersebut. 

BACA JUGA: Miskin, Merantau jadi Kaya Raya, Lupa Anak Bini...Miskin Lagi

"‎Ada yang setengah jam, ada yang 45 menit, ada yang lebih dari satu jam," ucapnya

Pos dimulainya sama, yakni di Loh Liang. Tapi, wisatawan dipastikan tidak sendirian. Ada ranger, atau petugas yang berfungsi sebagai guide untuk wisatawan.

Bukan sekadar guide, tapi mereka adalah orang yang sudah dilatih untuk mengantisipasi kondisi-kondisi, andai ada komodo. Senjatanya bukan senapan ataupun pedang, tapi hanya sebatang kayu panjang, yang ujungnya harus bercabang.

"Fungsinya kayu cabang itu untuk tekan posisi di leher. Komodo menyerang, sesuai dengan arah kepalanya. Kalau leher sudah dikunci, nanti leher diarahkan, kepala pasti ikut arahnya, di situ kita punya cara untuk menghindar serangannya," jelas dia.

Saat perjalanan, ada 25 rombongan bersama Menpora Imam Nahrawi. Biasanya, satu ranger untuk 15-20 rombongan. Tapi, demi keamanan, tiga ranger pun diterjunkan.

Baru berjalan 150 an meter, seekor Komodo terlihat santai, tak ada gerakan sedikitpun, seolah-olah kadal raksasa itu mati.

"Ini yang kita harus hati-hati. Dia tipu mangsa kalau begitu, Komodo‎ memang bisa kamuflase, diam, tapi saat mangsa dekat, langsung sergap," terang Boeky.

Sayang, saat JPNN di sana, Komodo memasuki musim kawin. Itu yang membuat jumlah hewan purba tersebut terlihat berkurang. Biasanya, saat pagi hari ada puluhan Komodo yang berjemur di pinggir pantai agar hangat. 

Tapi, Anthonius. Salah seorang local ranger menjelaskan, saat musim kawin, Komodo akan memilih menjauh ke dalam hutan.

"Kalau kawin, pasti ada tiga sampai empat Komodo yang berebut satu betina. Dan mereka kawinnya, pasti tersembunyi, jauh di dalam hutan. Sekarang sedang musim kawin, jadi jarang kelihatan," tandasnya.

Maklum, secara alami persaingan Komodo mendapatkan betina memang cukup keras, yang kalah dalam bertarung, otomatis menjauh. Jumlah menetasnya telur dengan kelamin betina pun cukup jarang, karena itu perbandingan Jantan dan betina adalah 1:3.

Saat ini, Boeky menyebut sesuai perhitungan terakhir pada 2016 awal lalu, ada 2.900-an Komodo di Pulau Komodo. 

Sementara, di Pulau Rinca yang merupakan habitat baru Pulau Komodo, ada 2.700-an yang hidup sebagai tanda konservasi Komodo berjalan bagus, karena mereka sengaja dipindah, dicoba untuk hidup di pulau lain.

‎Para ranger, ternyata malah tak begitu takut dengan Komodo besar. Mereka lebih takut dengan Komodo yang berusia 1-3 tahun. 

"Kalau yang besar tidak bisa. Panjat pohon, yang kecil masih bisa. Kalau ada apa-apa dikejar tidak bisa kita panjat pohon, harus lari sekencangnya," ucapnya. ‎(dkk/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... ‎Penderita Penyakit Aneh di Wajah Itu Akhirnya Meninggal Dunia


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler