Indahnya Tinggal Bersama Keluarga Sebangsa

Jumat, 27 Mei 2016 – 02:00 WIB
Mendikbud Anies Baswedan saat meninjau kamar yang ditempati Nabila Fauziah (pakai jaket hitam), salah satu peserta LKS SMK asal Jakarta. FOTO: Humas Kemendikbud for JPNN.com

jpnn.com - Ada yang berbeda dengan pelaksanaan lomba kompetensi siswa (LKS) SMK ke-24 tingkat nasional tahun ini. Bila sebelumnya para peserta diinapkan di hotel, mulai tahun ini mereka tinggal dan berbaur dengan warga.

Tercatat ada 234 rumah warga yang menjadi tempat tinggal sementara para peserta dan pendamping selama enam hari di Malang, Jawa Timur. Jumlahnya mencapai sekitar 2.500 orang peserta lomba termasuk pendamping.

BACA JUGA: Oh, Gaya Pacaran ABG Sekarang...Ngamar

MESYA MOHAMAD – Jawa Pos National Network (JPNN.com)

WAJAH‎ Nabila Fauziah, siswi SMKN 8 Jakarta begitu riang ketika dikunjungi Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Anies Baswedan. Dengan lugasnya, siswi kelas XI ini menceritakan detil perasaannya mendapat keluarga baru.

BACA JUGA: Miskin, Merantau jadi Kaya Raya, Lupa Anak Bini...Miskin Lagi

Dia juga tak sungkan-sungkan menunjukkan kamar tidurnya yang oleh induk semangnya dibuat seperti tempat tidur kakak beradik. Tempat tidurnya sengaja dibuat bertingkat, atas bawah agar tidak serupa hotel yang twin bed dan terpisah.

Menurut Kepsek SMKN 12 Malang Lilik Sulistiyowati, ada ketentuan dari panitia LKS SMK tentang standar kamar dan rumah tinggal peserta. Tak heran bila rumah yang ditinggali peserta ini rata-rata di perumahan bagus dan luas.

BACA JUGA: ‎Penderita Penyakit Aneh di Wajah Itu Akhirnya Meninggal Dunia

Satu rumah menampung empat orang dari dua daerah berbeda. Rumah Ny. Sumarjono misalnya. Induk semang Nabila ini mendapatkan jatah peserta lomba dari Jakarta dan Jawa Tengah.

Perempuan berusia 58 tahun ini tinggal sendiri karena anak-anaknya sudah memiliki rumah masing-masing. Bahagia bukan kepalang ketika panitia LKS SMK menunjuk rumahnya sebagai rumah tinggal bagi peserta lomba sejak 23 Mei hingga 28 Mei.

“Senang sekali, rumah jadi ramai. Kemarin ada cucu saya, tapi sudah balik Surabaya karena ikut orang tuanya,” ujarnya.

Di rumahnya yang asri, Nabila bersama guru pendampingnya tinggal sekamar. Sedangkan k‎amar kedua ditempati rekannya dari Jateng.

Nabila mengaku baru kali pertama berpisah dengan kedua orangtuanya. Awalnya dia merasa home sick. Namun ketika bertemu induk semangnya (Ny Suma‎rjono) rasa kangen rumah berangsur hilang.

“Ibu di sini baik banget, semuanya sudah disiapin. Makanannya juga enak-enak. Suasana kayak rumah sendiri lah," ujar Nabila, yang mengikut lomba untuk kategori pameran

‎Diceritakan Lilik, awalnya panitia LKS SMK menginginkan peserta tinggal di rumah guru-guru. Lantaran rumah guru berukuran kecil dan tidak memenuhi standar, akhirnya Lilik berkoordinasi dengan ketua PKK. Bak gayung bersambut, ibu-ibu PKK antusias dan menawarkan rumahnya jadi rumah tinggal peserta.

Memang, ada kompensasi yang didapat dari setiap rumah tinggal. Namun Lilik mengklaim, warga Kota Malang yang terkenal ramah tidak mengejar materi semata. Mereka suka cita menerima peserta LKS SMK untuk menambah keluarga baru.

“Peserta di sini dianggap seperti keluarga. Benar kata pak menteri, ini bukan home stay tapi rumah keluarga sebangsa. Karena orang Malang bisa menampung orang Medan, Papua, Jateng, dan lain-lain,” papar Lilik.

Dia menambahkan, ada 39 peserta dari berbagai daerah yang tinggal di rumah warga, Jl Selat Sunda 3 Kelurahan Lesanpuro. Sedangkan siswa lainnya ditempatkan di lokasi lainnya.

Mendikbud saat melihat pelayanan tuan rumah kepada peserta LKS SMK merasa gembira. Dia tidak menyangka, warga Malang begitu welcome terhadap anak-anak daerah. Keinginan ayah empat putra/putri ini untuk memperkuat ikatan bangsa bisa terealisasi.

“Anak-anak bisa merasakan sebagai keluarga bangsa Indonesia. Minimal mereka mendapatkan teman baru dan maksimal keluarga baru. Ini tidak bisa mereka dapatkan kalau tinggal di hotel,” bebernya.

Dengan kedatangan ribuan peserta LKS SMK dari Sabang sampai Merauke, mendadak orang Malang punya teman berbagai daerah. Dengan cara ini pula‎ daerah-daerah kecil bisa menjadi tuan rumah untuk iven nasional karena peserta tidak lagi tinggal di hotel.

‎Kepada anak-anak SMK, Anies berpesan untuk membuat rekaman video durasi tiga menit tentang kesehariannya di rumah warga. Video ini nantinya dibuatkan blok khusus dan bagi yang garapannya bagus akan mendapatkan hadiah.

“Yang kurang bagus pun tetap mendapatkan penghargaan. Biar ini menjadi saksi bagaimana indahnya tinggal bersama keluarga sebangsa,” pungkas Anies.(esy/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... "Dagangan Pengungsi" Ala Ban Ki-moon dan Recep Tayyip Erdogan


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler