Kisah Orang Tua Rawat Anak Cacat, Tinggal di Kandang Ayam

Senin, 04 Juli 2016 – 20:28 WIB
Keluarga Ujang Supendi Foto: Radar Banjarmasin

jpnn.com - BANJARMASIN – Kehidupan Ujang dan Edoh sangat memprihatinkan. Mereka tinggal di kandang ayam selama dua tahun. Tepatnya di Desa Gunung Ulin RT 5, Kecamatan Pulau Laut Utara, Kotabaru, Kalimantan Selatan.

Rumah mereka di antara tanaman singkong. Bangunan terbuat dari bambu. Atapnya dari daun. Bangunan itu terkesan rapuh. Jika dilihat dari ketinggian, bangunan itu terlihat jelas kandang ayam.

BACA JUGA: Soal Parcel Lebaran, Polisi: Segera Naik ke Tingkat Penyidikan

Radar Banjarmasin sempat menyambangi mereka Jumat (1/7) lalu. Edoh dan Ujang Pendi mengaku berasal dari Ciamis, Jabar. Mereka merantau ke Kotabaru pada Desember 2005.

"Sakit sekali mencari uang di sana. Bapaknya jualan es sehari paling dapat dua ribu," ujar Edoh.

BACA JUGA: Aduh Nggak Tega, Mereka Rayakan Lebaran di Tenda

Kebetulan saat itu mereka sedang terpuruk. Sang anak keempat Karina dinyatakan prematur. Pengobatan anak terakhir ini memukul semua daya finansialnya. Ujang menjual rumah dan dua kendaraannya pada 2002.

Mereka lantas pergi ke Kotabaru. Awalnya, Ujang bekerja sebagai tukang listrik. Meski penghasilan sedikit, Edoh tidak bisa kerja di luar karena Kirana yang cacat harus terus diawasi.

BACA JUGA: Penting! Buang Sampah Sembarangan Bakal Dipenjara

 Sementara itu, kata Ujang, keluarga tempat numpang juga ekonominya pas-pasan. Maka keluarga ini memutuskan pindah ke Desa Gunung Ulin sekitar akhir 2012. Mereka sempat nyewa rumah selama sepuluh bulan.

"Tapi bapak kan pernah jatuh jadi ndak kuat lagi bekerja. Semakin lama, semakin susah ekonomi," kenang Edoh.

Melihat ada kandang ayam tetangganya nganggur, Ujang nekat minta izin tinggal di sana. "Mau bagaimana. Makan saja sudah susah. Tidak ada lagi terbayang mau dapat uang sewa kos atau rumah," tutur Ujang.

Akhirnya keluarga ini dibolehkan tinggal di kandang ayam dengan syarat lahan pemilik kandang dibersihkan atau digarap agar tidak ditumbuhi semak.

Waktu berjalan, Ujang dapat tempat bernaung dan lahan yang bisa dia tanami sayur dan singkong untuk dijual. Uangnya digunakan buat makan sehari-hari. Kasur, TV, parabola berkarat, kulkas tua, semuanya diberi orang untuk rumah tangga mereka.

"Dikasih orang semua. Ini kulkas juga dikasih orang. Jadi kalau masukkan air ke kulkas ini biar sampai berapa lama ndak bisa juga jadi es batu karena kulkasnya rusak," kata Edoh saat mengajak saya ke dalam.

Di rumah terlihat sekali kesan kumuh. Bau kurang sedap menyeruak. Di lantai terlihat anak wanita terbaring lemah. Kata Edoh hanya dua kata yang bisa diucapkan anak bungsunya, kakak dan mama. (ij/ran/jos/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Pria Ini Siap Hidup dengan Reptil Peliharaan Anda


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler