Kisah Penjaga Makam Keramat yang Tak Digaji

Sabtu, 05 November 2016 – 11:20 WIB
Jamali, penjaga makam kramat Loang Baloq, Kota Mataram, NTB. FOTO: Lombok Post/JPNN.com

jpnn.com - JAMALI kini akrab disapa Jamal. Nama itu disematkan Tukul, seorag artis ibu kota pada dirinya. Memang banyak artis dan orang terpandang yang datang mengunjungi makam yang dijaganya. Namun dia tidak mendapatkan apa-apa.

FERIAL AYU, Mataram

BACA JUGA: Jenderal Tito Karnavian: Jangan Difoto Ya

Wajahnya sayu. Kerutan terlihat jelas terukir di bawah kedua kelopak matanya. Lelah tergambar jelas seiring dengan usia Jamali yang semakin tua.

Pria 53 tahun ini masih setia menunggui makam keramat Loang Baloq. Ia masih setia melayani pengunjung yang datang berziarah. Tak sungkan-sungkan menyapa mereka yang masih asing dengan makam tersebut. Termasuk saat menerima kedatangan Lombok Post (Jawa Pos Group).

BACA JUGA: Mencekam, Toko-tokok Milik Etnis Tionghoa Langsung Tutup

Tak perlu menunggu lama, ia pun memulai kisah hidupnya. Ia dilahirkan dan hidup dalam lingkungan keluarga tak berada. Bahkan setelah menikah dan memiliki anak pun ia hanya tinggal di rumah sederhana.

Di rumah kecilnya tersebut, ia tinggal bersama istri, anak dan menantunya. Rumah itu hanya beratapkan seng dan sering bocor. Setiap hujan tiba, istrinya harus sigap menyiapkan banyak wadah untuk menampung kebocoran.

BACA JUGA: Si Cantik Amoy Bunuh Diri, Tinggalkan Puisi tentang Cinta

“Saya selalu sabar dan tidak mengeluh,” tuturnya.

Sekitar tahun 1995, ia dipercaya menjaga makam keramat Loang Baloq. Namun, ia tak mendapatkan gaji. Padahal pria yang akrab disapa Jamal tersebut menjaga makam selama 24 jam. Ia makan dan menginap langsung dalam areal makam.

Keihlasannya menjaga makam mengundang perhatian warga sekitar. Di pertengahan tahun ini, ia mulai diberi gaji, meski nilainya tak seberapa.

"Saya diberi uang Rp 500 ribu. Sekarang sudah lima kali saya diberi uang," akunya.

Dia mengaku uang sebanyak itu masih belum cukup untuk memenuhi kebutuhan rumah. Terlebih lagi harga barang kebutuhan pokok melambung tinggi. Karena tidak memiliki uang, tak heran ia tidak bisa memperbaiki atap rumahnya yang bocor.

"Hasil dari sini masih belum cukup," kata Jamali. Ia tidak ingin berpikiran negatif.

Ditanya mengenai perhatian pemerintah kota, ia mengaku nyaris tidak ada. Puluhan tahun ia mengabdikan diri menjaga makam, namun tidak pernah mendapatkan bantuan apapun.

Ia tidak digaji Pemerintah Kota Mataram. Meski pun makam keramat Loang Baloq merupakan salah satu destinasi wisata religi di Kota Mataram.

Namun Jamali mengaku ikhlas menjalani pekerjaannya tersebut. Ia tidak ingin memaksa pemerintah menaruh perhatian terhadapnya. "Jika mau dibantu Alhamdulillah, tapi jika tidak saya ikhlas," pungkasnya.(JPG/*/r3/fri/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Yang Mendulang Untung di Petamburan 3


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler