Suatu hari Soraya menangis di kantor travel di Sydney Barat, Australia. Berpura-pura sebagai pegawai travel, dia menelepon pacarnya dari tempat itu, mengabarkan bahwa pesawatnya ke Turki besok mengalami penundaan.

Saat itu, Soraya, warga keturunan Lebanon, mengaku sedang mengalami masalah kawin paksa dan perlu menelepon. Pegawai travel pun tak segan meminjamkan telepon kantor untuk dipergunakan Soraya.

BACA JUGA: Industri Sayuran di Australia Yakinkan Bahwa Produknya Aman

Rupanya, dengan sedikit mengubah suara, Soraya mengaku sebagai pegawai travel dan menelepon pacaranya bernama Abed. "Pesawat anda ke Turki besok mengalami penundaan," katanya.

Tindakan ini terpaksa ditempuh Soraya demi mencegah pacarnya itu pergi ke Suriah dan bergabung dengan ISIS. Dia mengenal Abed sudah 10 bulan.

BACA JUGA: Pemerintah Australia Didesak Agar Perbolehkan Uji Coba Ekstasi

Suatu hari dia menemukan tiket pesawat atas nama Abed dengan tujuan Turki. Soraya tahu Abed ingin pergi ke Suriah, dan tahu bahwa pacarnya itu telah menjalin kontak dengan para perekrut ISIS.

Saat pertama kali bertemu Abed, Soraya tidak pernah menyangka bahwa hidupnya akan berliku-liku, menjalani kehidupan ganda, karena harus mengikuti kegiatan Abed bertemu dengan para perekrut ISIS di Sydney.

BACA JUGA: Menteri Australia Dilaporkan ke Polisi Terkait Skandal Kunjungan ke China

Soraya yang telah kehilangan anggota keluarga setelah bergabung dengan ISIS mengaku tidak ingin hal serupa terjadi dengan pacarnya itu.


Masjid Markaz Imam Ahmad di Liverpool, pinggiran Kota Sydney.

Abed, yang berasal dari keluarga kecil di Sydney Barat selama ini tidak pernah beribadah. Dia tidak bisa membaca Alquran kecuali surat Alfatihah.

Namun belakangan dia mulai aktif mengikuti pengajian di masjid Markaz Imam Ahmad di daerah Liverpool di luar kota Sydney.

Di tempat itulah, kata Soraya, Abed bertemu sejumlah orang yang terkait dengan ISIS.

"Dia sudah masuk dan jaringan yang mereka namakan The Crew," kata Soraya.

Hanya butuh beberapa pekan bagi Abed untuk dekat dengan perekrut, dan beberapa bulan untuk membujuknya datang ke Suriah.

Soraya berhasil mengetahui pin telepon aAbed, dan dia pun makin tahu apa yang terjadi.

"Saya tidak melibatkan pihak berwajib. Saya melakukannya sendiri. Ini pertaruhan terbesar dalam hidupku," kata Soraya.

Diungkapkan bahwa ada pesan tersandi yang dikirim ke anggota ISIS yang berhasil direkrut sebelum berangkat menuju Suriah.

Pesan itu memuat petunjuk bagaimana bertindak dan berpakaian supaya tidak menimbulkan kecurigaan petugas.

Misalnya yang pria diminta untuk memotong rambut, mencukur jenggot dan berpakaian Barat.

Pesan itu juga menyebutkan bagaimana mereka harus berjalan dan menghindari pemeriksaan di bandara.

Soraya menemukan bahwa Abed telah menerima pesan semacam ini beberapa hari sebelum membeli tiket ke Turki.

Abed biasanya bohong ke Soraya mengenai kemana dia pergi malam hari. Soraya selalu berusaya mengikuti pacarnya itu diam-diam kadang dengan menyamar menggunakan kerudung besar.

Dia mengatakan bahwa kebanyakan lokasi pertemuan The Crew berada di wilayah yang tercakup CCTV.

"Misalnya di tempat parkiran perkantoran," katanya.

Namun menurut Soraya bukan imam masjid atau jamaah masjid yang mempengaruhi Abed menempuh jalan ekstrim. Malah pengurus masjid di Liverpool ini sudah seringkali mengecam keberadaan ISIS.

Sheik Abu Adnan dari pengurus Masjid Markaz Imam Ahmad mengatakan, pihaknya bekerja sama dengan warga setempat untuk memerangi ideologi teroris ISIS.

Masjid ini terbuka bagi siapa saja, sehingga siapa pun bisa datang dan pergi setiap saat.

Soraya mengatakan bahwa Abed sebenarnya belum sepenuhnya terjebak dalam ISIS pertengahan tahun lalu, namun mereka selalu mengancamnya.

Dia mengaku harus berkali-kali berbohong, bersumpah, demi mencegah pacarnya itu terjebak lebih jauh dan pergi ke Suriah.

Begitu Abed tidak jadi berangkat karena dibohongi oleh Soraya yang berpura-pura jadi pegawai travel, pasangan ini pun saling bertengkar.

"Kami bertengkar hebat. Saya merasa diabaikan dan ditinggalkan oleh dia," kata Soraya.

Menurut dia, sebenarnya Abed hanya perlu minta maaf namun hal itu tidak pernah terjadi.

Kini, Abed tinggal di Sydney dan berhubungan dengan orang yang tepat termasuk seorang imam yang membantunya keluar dari ekstrimisme.

Soraya tidak lagi berpacaran dengan Abed. "Apakah saya kangen dia? Ya, benar. Dia teman baik saya," katanya.

Soraya menyebut ISIS telah menghancurkan pacarnya dan "Saya berhasil meluruskan otaknya".

Namun Soraya mengaku marah setiap kali ada orang yang menyamaratakan semua orang Islam sebagai sama dengan teroris ISIS.

"Saya marah setiap kali ada yang memandangi saya seakan-akan sayalah penyebab kematian korban tak berdosa. Saya ingin mereka tahu bahwa saya berjuang mati-matian setiap hari mencoba menghentikan hal seperti itu terjadi," paparnya.

 

BACA ARTIKEL LAINNYA... Hati-hati Mengkonsumsi Ekstrak Herbal, Berpotensi Picu Keracunan Hati

Berita Terkait