Kisah Srikandi Cantik Malam Mingguan Bareng Mayat (1)

Kamis, 12 Mei 2016 – 09:07 WIB
Pegawai kamar mayat RSUD Kota Mataram saat jenazah. FOTO: Lombok Post/JPNN.com

jpnn.com - Film-film Indonesia (juga beberapa film Hollywood) cukup sukses mencitrakan kamar mayat sebagai tempat horor nan angker. Apakah faktanya kamar mayat seperti itu? Berikut laporannya.

Beda. Entah apa sebabnya. Tapi sepertinya, RSUD Kota Mataram, anti mainstream. Jika, kebanyakan kamar mayat rumah sakit berada di sudut yang redup. Pojokan. Gelap. Hingga meniggalkan kesan angker pula. Tapi tidak dengan kamar mayat milik RSUD Kota.

BACA JUGA: Masih Muda Jarang Dibelai, Madona Minta Cerai

Memang sama-sama di pojokan. Bahkan jauh di belakang. Tapi yang membuat beda: cahaya.

Sinar Matahari, leluasa masuk menerpa pintu dan jendela ruangan. Alhasil, jikapun tiba-tiba lampu mati, pengunjung yang phobia dengan kegelapan, tak perlu menjerit histeris. Suasana tetap terang. Kecuali, malam hari.

BACA JUGA: Miliki Atribut Terlarang, 4 Mahasiswa Bakal Dihukum 12 Tahun Penjara

“Saya Kadek Lia,” kata pegawai kamar mayat RSUD Kota Mataram dengan ramah seperti dilansir Lombok Post (JPNN Group).

Senyumnya mengembang. Tubuh Kadek agak bongsor. Manis. Sayang, Jomblo. Syukurnya dari ekspresi, ia sepertinya sukses move on. Pertama dari mantan. Kedua dari pekerjaan.

BACA JUGA: Beginilah Akibatnya Sering Tidur di Tempat Pacar

Untuk yang kedua, sulit membayangkan bagaimana hebatnya, perjuangan Kadek, sampai akhirnya terbiasa dengan jasad-jasad tanpa nyawa.

“Awalnya sih sempat takut-takut, tapi saya mulai berkata pada dia (mayat), ‘saya anggap anda sebagai teman’,” tuturnya, lalu disertai tertawa kecil.

Memang itu tak logis. Tapi, siapapun harus makfum, untuk pekerjaan seberat dan sesulit ini, pegawai harus kuat-kuat mensugesti diri. Dan Kadek, membuktikan, ia mampu melakukan itu.

“Iya, itu mungkin cara dia memanusiakan jenazah,” celetuk Kasubag Humas RSUD Kota Mataram, Lalu Hardimun yang lantas diiringi tawa.

Tugas Kadek dan dua rekannya yang lain, Nurhayati dan Heni Rahmayanti memang tidak mudah. Sebelum memasukan jenazah ke dalam Refrigerator alias mesin pendingin, ada treatment yang wajib dilakukan. Memandikan dengan menggunakan air cendana, kapur barus dan sabun.

Formalin mayat hanya dilakukan jika ada permintaan dari keluarga jenazah. Terutama jika untuk kebutuhan dikirim ke luar daerah.

“Misal kayak kemarin, ada yang dikirim ke Sumbawa, Bali dan Solo, baru diformalin biar tidak bau,” tuturnya.(JPG/Lalu Moh Zaenudin/*/r6/fri/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Dulunya Unggah Video Polantas Nakal, Kini Miliki Atribut PKI, Akhirnya...


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler