jpnn.com - Biar tekor asal kesohor. Itulah kisah tentang Karin -bukan nama sebenarnya- sebagai seorang istri.
Perempuan 27 itu tergolong BPJS alias bujet pas-pasan jiwa sosialita. Meski suaminya -panggil saja Donwori- hanya pekerja biasa di pabrik, Karin selalu ingin tampil wah.
BACA JUGA: Tetap Sayang Meski Tahu Suami Penyuka Wong Lanang
Karin nekat melakukan apa saja asal bisa mejeng bareng teman-temannya. Donwori pun semula masih bisa memaklumi gaya istrinya.
Namun, ada hal yang membuat Donwori murka. Yakni ketika gelang peninggalan orang tuanya dilego oleh Karin demi membiayai gaya hidupnya.
BACA JUGA: Kisah Istri Bersaing dengan PSK di Rumah Sendiri
Donwori yang hanya selisih setahun lebih tua ketimbang Karin langsung menjatuhkan talak. “Ngragas ancene, opo-opo didol, digawe nomboki barang KW (memang kemaruk, apa-apa dijual, buat nomboki barang tiruan, red),” kata Donwori di kantor pengacara samping Pengadilan Agama (PA) Kelas IA Surabaya belum lama ini.
Bagi Donwori, perhiasan yang diwariskan secara turun-temurun punya makna lebih dari sekadar materiel. Perhiasan dari orang tua Donwori jatuh ke Karin sebagai bentuk kepercayaan kepada menantu.
BACA JUGA: Teman Kantorku Perebut Suamiku
Namun, apa daya ternyata Karin menganggapnya beda. Bagi Karin, benda tak yang nilainya tak bisa dibandingkan uang itu tetap layak jual.
Yang membuat Donwori makin geram adalah jawaban Karin ketika ditanya soal keberadaan perhiasan warisan itu. Donwori mengatakan, Karin menyebut perhiasan itu sudah terlalu tua dan ketinggalan mode.
Karin juga beralasan menjual perhiasan warisan dari mertuanya untuk ditukar dengan yang model baru. Sayangnya, itu hanya sebatas omongan.
"Iso ae, wes didol telung wulan ya gak ono wujude jare diijolno. Malah duwite digawe blonjo tas palsu (bisa saja, sudah dijual tiga bulan tak ada wujudnya meski katanya ditukarkan. Uangnya malah dipakai buat membeli tas palsu, red),” imbuh Donwori.
Menurut Donwori, istrinya sudah berkali-kali berbuat seperti itu. Meski sudah menerima jatah bulanan, Karin memasak asal-asalan.
Sisa uang bulanan lantas dipakai untuk membiayai gaya hidup Karin. Tak hanya itu, Karin juga memakai uang sumbangan pembinaan pendidikan (SPP) anak untuk biaya mejeng.
Donwori pun sudah tak punya harapan lagi terhadap Karin. "Wis cukup sakmene wae (sudah cukup sampai di sini saja, red),” katanya pasrah.(sb/is/jay/JPR)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Pelaut Jarang Pulang, Istri Bawa Pulang Partner Lesbi
Redaktur & Reporter : Antoni