jpnn.com - MEMILIH jadi wanita karir dan berjauh-jauh dari suami sungguh berat. Tapi Karin, 40 (nama samaran) memilih jalan tersebut. Dia juga tetap bertanggung jawab sebagai seorang istri. Caranya, dengan selalu menyempatkan pulang-pergi Solo-Surabaya setiap akhir pekan.
Sementara si suami sebut Donjuan, 44, selalu setia menunggu kehadiran istri tercinta supaya bisa ‘setor’ tiap minggu.
BACA JUGA: Ditangkap Polisi Singapura, Diamankan Densus 88, Digarap Polres Pekanbaru
JAUH dari suami sungguh tidak enak. Seperti yang dirasakan Karin. Wanita karir di salah satu instansi pemerintahan di Surabaya ini termasuk golongan jablay alias jarang dibelai. Ingin disayang suami, nunggu libur. Ingin bobok berdua, nunggu libur. Bahkan ingin sekadar dicium suami, juga harus nunggu libur.
Maklum, Karin baru bisa bertemu suaminya yang menetap di Solo pada akhir pekan saat libur kerja. Itu pun tidak lama. Minggu malam, dia harus sudah balik ke Surabaya untuk kembali bekerja. Namun, Karin tak bisa berbuat apa-apa.
BACA JUGA: Jumlah Pengunjung WBL Terjun Bebas
Sebab suaminya, Donjuan, tidak mau hijrah ke Surabaya demi mempertahankan bisnis tekstilnya di Kota Batik. Padahal, bisnis yang turun temurun dari keluarga besar Donjuan itu acapkali merugi.
Sebagai pebisnis, Donjuan termasuk kaku. Dia tidak mau mengutangkan produknya ataupun menggunakan teknik pemasaran modern baik secara online maupun lewat media sosial dan lainnya.
BACA JUGA: IPW: Polisi Pemerkosa Layak Dihukum Mati!
Sebagai pebisnis tekstil yang harus mengikuti perkembangan fashion, Donjuan juga termasuk old style. Bisnisnya kian habis karena kini sudah banyak pebisnis muda yang lebih kreatif dalam memasarkan produk dan memadupadankan produk tekstil.
“Tahun 2007 dulu sebelum batik booming, saya sudah minta dia buka toko di Surabaya. Tapi, dia bela-belain hidup di Solo yang jelas-jelas tidak ada masa depannya,” ketus Karin di sela sidang gugatan cerainya di Pengadilan Agama Surabaya, Jalan Ketintang Madya, Senin (9/11).
Tentunya sebagai PNS yang merintis karir di Surabaya, Karin tak bisa ikut ke Solo. Sejak kecil, kedua anaknya juga tinggal di Surabaya. “Mertua sudah meninggal, makanya anak-anak ikut saya di Surabaya. Kalau saya kerja, anak-anak diasuh sama bapak dan ibu,” kata wanita yang tinggal di di kawasan Nginden itu.
Dengan pekerjaan dan seluruh keluarganya di Surabaya, seharusnya Donjuan bisa mengalah. Kedua orang tua Karin pun siap merenovasi rumah supaya bisa digunakan untuk bisnis tekstil. Tapi, upaya itu tak mendapat respons dari Donjuan.
“Usaha saya merayu suami sudah mentok. Akhirnya saya yang ngalah. Tiap Jumat malam, saya yang pulang ke Solo menemui suami,” jelas Karin. Hampir 12 tahun lebih, Karin rela bolak-balik Surabaya-Solo demi menemui sang suami.
Selain melepas rindu, pulang ke Solo juga sebagai ibadah untuk menunaikan tanggung jawabnya sebagai seorang istri. Donjuan pun selalu menyambut istrinya dengan penuh mesra dan perasaan bahagia.
Waktu libur selama dua hari, Sabtu dan Minggu, benar-benar mereka manfaatkan sebaik mungkin. Kadang Donjuan yang mengajak jalan-jalan Karin ke Jogja atau menginap di hotel. Pokoknya selama berdua, mereka berprinsip ‘dunia milik berdua.’
Sayang, romantika hubungan long distance ini mulai redup setahun terakhir. Karin merasa pengorbanannya selama ini tidak pernah dihargai oleh Donjuan. Setiap pulang ke Solo, dia bukannya disayang tapi malah dimarahi. Karin pun mengajukan gugatan cerai ke PA Surabaya, awal Oktober lalu.
“Bayangkan. Saya belani naik bus atau kereta api, meninggalkan anak-anak di rumah, pastinya juga kena macet. Eh, datang bukannya dipijitin atau disayang. Tapi dimarahi habis-habisan sama suami. Alasannya, dia sudah kadung minum obat penguat dari tadi,” ungkap Karin sembari tersenyum ketika membuka rahasia rumah tangganya.
Mungkin karena sudah telanjur bertenaga sekuat Bima setelah minum jamu Kuku Bima, Donjuan ternyata tak bisa langsung “membasahi” ladang istrinya karena kecapekan, atau si istri malah datang kesiangan karena macet. Imbasnya, badannya malah sakit semua dan kepala jadi pusing.
“Saya juga paham itu, tapi mbok dia tidak egois dan mengerti fisik dan psikis saya yang habis di jalan. Memang Surabaya-Solo dekrt?,” ucap Karin dengan nada ketus. Dengan blak-blakan, Karin mengaku bila alasan proses pendaftaran gugat cerai itu karena urusan biologis. “Biar saja semua tahu,” tandasnya.
Sementara itu pengacara Donjuan, Hendro Kusumo mengaku jika kliennya masih mencintai Karin dan anak-anaknya. Bahkan, Donjuan rela datang jauh-jauh ke Surabaya untuk memperbaiki hubungan mereka.
“Tapi kalau Pak Juan disuruh tinggal di Surabaya kayaknya belum mau. Dia kan punya bisnis keluarga di Solo. Saya di sini cuma membantu Pak Juan mengurus proses cerainya karena dia di Solo,” pungkasnya. (umi/jay)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Disibukkan Aktivitas, Wako Batam Yakin Warga Tak Ikuti Jejak Dwi Djoko Wiwoho
Redaktur : Tim Redaksi