Kisah Sukses Gibran Membangun Ngarsopuro dan Gatot Subroto di Solo

Oleh: Hungri Somi Julta

Minggu, 14 Januari 2024 – 13:17 WIB
Hungri Somi Julta menilai revitalisasi dua kawasan ikonik, Ngarsopuro dan Koridor Gatot Subroto adalah bukti kesuksesan Gibran Rakabuming Raka memimpin Solo. Foto: dok pribadi for jpnn

jpnn.com - Kota Solo, tempat lahirnya banyak kisah sejarah dan budaya, kini menemukan babak baru dalam perjalanannya melalui sentuhan inovatif Wali Kota Gibran Rakabuming.

Dalam kepemimpinannya, Solo telah menjadi panggung bagi transformasi luar biasa, khususnya dalam revitalisasi dua kawasan ikonik: Ngarsopuro dan Koridor Gatot Subroto.

BACA JUGA: Swasembada Pangan, Misi Gibran Rakabuming Antisipasi Dampak Konflik Global

Ngarsopuro, yang dulunya dikenal sebagai pusat pasar malam tradisional, menjadi saksi perubahan dramatis di bawah kepemimpinan Gibran.

Wali kota muda itu membawa visi untuk mengubahnya menjadi pusat industri kreatif, yang tak hanya mempercantik tampilan fisiknya, tetapi juga menghidupkan kembali roh dan semangat kreativitas tempat tersebut.

BACA JUGA: Gibran Diduga Melanggar Aturan Kampanye? Begini Kata Nusron Wahid

Pertama-tama, Gibran merancang konsep Night Market Ngarsopuro, yang diadakan tiap Sabtu malam di Jalan Diponegoro.

Dengan panjang 390 meter, Ngarsopuro bukan lagi hanya tempat bisnis dan jajanan malam biasa, melainkan juga panggung bagi pelaku UMKM untuk menunjukkan karya-karya mereka.

BACA JUGA: Airlangga Ajak Warga NTB Menangkan Prabowo-Gibran Agar Program Jokowi Bisa Berlanjut

Pelaku UMKM melaporkan lonjakan omzet yang signifikan, yakni mencapai jutaan rupiah dalam semalam.

Singkatnya, Night Market tidak hanya menjadi pusat ekonomi baru, tetapi juga meramaikan kehidupan malam dan memberikan kesempatan bagi masyarakat untuk menikmati hiburan dan kuliner lokal.

Koridor Gatot Subroto, yang kini dikenal sebagai "Spot Anak Muda" di Street Art Market, menjadi wujud konkrit dari visi Gibran untuk menciptakan pusat seni dan kreativitas di kota.

Street Art Market bukan hanya pusat perbelanjaan seni.

Tempat itu juga merangkul seniman lokal untuk berkembang pesat dan mengekspresikan kreativitas mereka melalui seni mural.

Seni mural itu tidak hanya mempercantik dinding-dinding pertokoan, tetapi juga menciptakan suasan visual yang menarik bagi pengunjung.

Gibran agaknya membayangkan koridor itu sebagai ruang yang lebih dari sekadar tempat bisnis.

Ia ingin menciptakan tempat di mana seniman lokal dapat tumbuh dan berkembang, menciptakan karya yang tidak hanya memberi nilai estetika tetapi juga mencerahkan ruang publik.

Street Art Market menjadi saksi perkembangan seni lokal, yang sekarang tidak hanya memajang hasil karyanya, tetapi juga mempersembahkan pertunjukan musik, tarian, dan berbagai karya seni lainnya.

Pemberdayaan UMKM dan seniman lokal bukan sekadar slogan di bawah kepemimpinan Gibran.

Ia secara aktif melibatkan mereka dalam proyek revitalisasi itu, memberikan peluang untuk tumbuh bersama kota.

Street Art Market, dengan sekitar 50 lapak seniman, bukan hanya tempat transaksi, melainkan juga panggung pertunjukan dan ekspresi kreatif.

Proyek tersebut menandai keberhasilan Gibran dalam menggabungkan kearifan lokal dengan visi modern.

Dalam setiap langkahnya, pemberdayaan ekonomi dan seni lokal menjadi pusat perhatian, menciptakan dampak positif yang nyata pada masyarakat Solo.

Gibran tidak hanya menjadi pembuat kebijaka, tetapi juga arsitek yang gigih dalam merancang kembali ruang publik.

Ia memahami bahwa revitalisasi bukan hanya tentang mengubah wajah fisik kota, tetapi juga tentang menciptakan lingkungan yang mendukung perkembangan ekonomi dan kreativitas masyarakat.

Dengan visi itu, Solo tidak hanya menjadi kota yang cantik, tetapi juga tempat yang hidup dengan semangat kreatif.

Lebih dari sekadar transformasi fisik, Ngarsopuro di bawah kepemimpinan Gibran juga menjadi tempat untuk memvisualisasikan sejarah dan budaya Solo.

Gagasan untuk melibatkan galeri seni milik Sardono Kusumo di kawasan itu menambah dimensi baru pada revitalisasi Ngarsopuro.

Galeri tersebut menjadi tempat yang tak hanya memberikan daya tarik estetika, tetapi juga menyampaikan warisan budaya Solo dengan menggambarkan perjalanan 200 tahun pujangga dari kota itu.

Dalam setiap langkahnya, Gibran memberikan sentuhan yang tulus untuk memperkaya kawasan dengan suasana sejarah dan tradisi.

Prestasi revitalisasi Ngarsopuro dan Gatot Subroto di bawah kepemimpinan Gibran bukanlah akhir dari perjalanan.

Solo terus melangkah maju sebagai pusat kreativitas dan ekonomi yang dinamis.

Visi Gibran untuk menciptakan kota yang tidak hanya maju secara ekonomi, tetapi juga kaya akan seni dan budaya terus menjadi pendorong pembangunan.

Dengan meningkatnya daya tarik wisata dan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan, Solo berdiri tegak sebagai contoh sukses pembangunan kota yang holistik dan berkelanjutan.

Dalam beberapa tahun ke depan, Solo berpotensi menjadi destinasi wisata unggulan, menarik perhatian wisatawan lokal dan wisatawan internasional.

Kisah sukses revitalisasi Ngarsopuro dan Gatot Subroto menjadi inspirasi bagi kota-kota lain untuk menggabungkan tradisi dengan inovasi, memadukan sejarah dengan kreativitas, dan memberdayakan masyarakat lokal.

Solo telah menempatkan dirinya sebagai kota yang tidak hanya menawarkan keindahan fisik, tetapi juga menciptakan pengalaman dan cerita di setiap sudutnya.

Kita tidak hanya menyaksikan transformasi fisik Ngarsopuro dan Gatot Subroto, tetapi juga memandang masa depan Kota Solo yang dipenuhi dengan potensi dan peluang.

Gibran Rakabuming, dengan kepemimpinannya yang inovatif dan berani, telah membuka pintu bagi Solo untuk berkembang menjadi kota pariwisata berdaya saing tinggi.

Solo bukan tidak hanya menjadi destinasi untuk dinikmati, tetapi juga dihargai dan diingat sebagai kota yang berinvestasi dalam kreativitas, sejarah, dan keberlanjutan.

Penulis Adalah Alumnus UIN Imam Bonjol Padang

Jangan Lewatkan Video Terbaru:


Redaktur & Reporter : M. Adil Syarif

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Tag

Terpopuler