Kisah Sukses Petani Budi Daya Jamur Tiram

Modal Awal Rp 500 Ribu

Selasa, 27 September 2016 – 02:40 WIB
Andhi Hertanto saat melayani warga yang membeli jamur tiram segar hasil budidayanya di pameran Tani Nusantara beberapa waktu lalu. FOTO: Lukamanul Hakim/Radar Lombok/JPNN.com

jpnn.com - BISNIS jamur tiram di Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) cukup menjanjikan. Dengan jumlah penduduk yang mencapai 4,5 juta orang, Provinsi NTB menjadi pangsa pasar yang potensial untuk berbagai produk makanan dan lainnya. Termasuk didalamnya jamur tiram.

Hal tersebut dibuktikan Andhi Hertanto asal Dusun Kebun Sirih, Desa Pemepek, Kecamatan Pringgabaya, Kabupaten Lombok Tengah.

BACA JUGA: Modal Hanya Rp 500 Ribu, Kini Omzet Ratusan Juta per Bulan

LUKMANUL HAKIM –  LOMBOK TENGAH

Andhi Hertanto mulai melakukan budi daya jamur tiram pada tahun 2008 di Dusun Kebun Sirih, Desa Pemepek. Ketika itu, Andhi hanya memiliki modal usaha sebesar Rp 500 ribu untuk memulai usaha budi daya jamur tiram.

BACA JUGA: Suami Mengidap Stroke, Istri Buta Karena Diabetes

Andhi bekerja keras, bagaimana cara memasarkan hasil budidaya jamur yang dihasilkannya bisa diterima pasar. Mulai dari masuk ke sejumlah pasar dan kios yang ada di wilayah Pemepek dan juga di Pasar Keru, Kecamatan Narmada, Kabupaten Lombok Barat.

Dengan kegigihan dan keinginan untuk berhasil, Andhi tak mengenal istilah lelah menawaran jamur tiram yang di produksinya dari warung ke warung dan juga pasar ke pasar tradisional. Alhasil, dengan kerja keras pantang menyerah, kini usaha jamur tiram yang dibudidayakan sudah bisa ditemukan hampir di seluruh kabupaten/kota di Provinsi NTB.

BACA JUGA: Pisang Tak Laku, Ibu Ini Begadang Sampai Malam

"Alhamdulillah dari modal awal hanya Rp 500 ribu sekarang omzet sudah ratusan juta per bulannya,” ungkap Andhi dilansir Radar Lombok (JPNN Group).

Kini, usaha jamur tiram Andhi tidak hanya memaok kebutuhan pasar di Provinsi NTB dengan 30 mitra, namun juga sudah merambah hingga Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT). Permintaan untuk kebutuhan jamur tiram hasil budi daya baik itu bibit jamur tiram, baglog jamur tiram, juga dilayani oleh Andhi dengan membuat lembaga usaha bernama Prima Budaya Jamur.

Seiring permintaan yang cukup tinggi dari berbagai daerah, Andhi juga tak lupa mengolah jamur tiram sebagai produk pangan olahan yang berbahan baku dari jamur tiram. Seperti pangan olahan keripik jamur tiram, jelly jamur tiram dan pangan olahan lainnya.

Saat ini, Andhi melibatkan sedikitnya 15 orang tenaga kerja yang merupakan masyarakat sekitar di Desa Pemepek. Mereka juga diajarkan bagaimana cara budidaya jamur tiram hingga membantu proses pemasarannya.

 Pria kelahiran 18 Oktober tahun 1978 ini, aktif memberikan pelatihan kepada masyarakat atau yang tergabung dalam kelompok bagaimana teknik budidaya jamur tiram sehingga menghasilkan pundi-pundi keuntungan yang bernilai ekonomi tinggi.

Hitung-hitungan Andhi jika melihat jumlah penduduk di NTB sebanyak 4,5 juta, maka anggap saja ada yang bisa menggapai pasar sebanyak 1 juta penduduk. Bayangkan, berapa nilai ekonomi yang bisa didapatkan dari berbisnis budidaya bibit jamur, jamur segar hingga mengolah jamur menjadi berbagai penganan kue dan makanan bernilai tinggi.

Potensi pasar dalam industri jamur tiram di Provinsi NTB sangat besar. Hanya saja sekarang tinggal kemauan dan kerja keras. Meski saat ini banyak yang menjual jamur tiram di NTB, namun pangsa pasar masih terbuka luas.

Terlebih lagi, perkembangan usaha kuliner sebagai dampak dari tumbuhnya industri pariwisata di NTB menjadi peluang pasar yang segera dijemput oleh masyarakat NTB. Sehingga tidak menjadi penonton di daerah sendiri seiring perkembangan NTB yang semakin bagus kedepannya.(JPG/fri/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Kisah Pengikut Dimas Kanjeng, Setor Rp 200 Miliar, Dijanjikan Rp 18 Triliun


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler