Suami Mengidap Stroke, Istri Buta Karena Diabetes

Senin, 26 September 2016 – 17:43 WIB
Wayan Retag dan Ni Made Gebrog duduk di atas ranjang tempat tidur rumahnya. Foto Made Dwija/Radar Bali.

jpnn.com - Kabupaten Badung adalah kabupaten terkaya di Bali. Bahkan APBD-nya tembus hingga Rp 5 triliun lebih. Sayangnya, kondisi ini berbanding terbalik dengan kehidupan warganya. Tak sedikit warga miskin yang membutuhkan bantuan di Badung, tapi belum tersentuh.


MADE DWIJA, Mangupura

BACA JUGA: Pisang Tak Laku, Ibu Ini Begadang Sampai Malam

GURAT wajah lugu nan polos terlihat di Wayan Retag. Kulitnya sudah keriput di makan usia. Ya, dia adalah Wayan Retag, 75, warga asal Banjar Sibang, Jagapati, Abiansemal, Badung.

Ia tidak bisa melakukan banyak aktivitas dalam kesehariannya, karena menderita stroke sejak lima tahun lalu. Begitu juga istrinya, Ni Made Gebrog, 62, juga tidak bisa berbuat lebih.

BACA JUGA: Kisah Pengikut Dimas Kanjeng, Setor Rp 200 Miliar, Dijanjikan Rp 18 Triliun

Istrinya juga terkena diabetes sejak lima tahun lalu. Kondisi itu membuat Gebrog tak bisa bangun dan matanya juga sudah tidak bisa melihat karena telah digerogoti sakit yang dideritanya.

"Istri saya hampir berbarengan sakit dengan saya," ujar Retag.

BACA JUGA: Kisah Manusia Rakit, Tetap Bertahan Meski Bahaya Selalu Mengancam

Pasangan pasutri ini hanya mengandalkan hidupnya dari anak dan menantunya. Menantunya bernama Wayan Sukarena, seorang pekerja buruh bangunan dan anaknya bernama Ni Wayan Sariani.

Ia bekerja sebagai tukang labur atau cat bangunan. Anak dan menantunyalah yang menafkahi Retag dan Gebrog.

“Saya kena serangan stroke sudah dari lima tahun lalu. Dua kali saya sempat masuk RS Sanglah,” ucap Wayan Retag.

Akibat serangan stroke, ia tidak bisa beraktivitas lebih. Karena untuk jalan saja ia harus mengenakan bantuan tongkat dan kakinya masih dirasakan agak kaku.

Untuk sekadar berjalan di kamar Retag masih bisa, mesti harus berpegangan dengan benda atau tembok.

Aktivitasnya sekarang hanya di tempat duduk, kamar dan merawat istrinya.

“Sekarang saya sudah tidak aktivitas lebih. Jalan juga harus dengan bantuan tongkat, ” terangnya seraya menambahkan dulu dia hanya bekerja sebagai petani.

Karena sakit yang dideritanya, istrinya sampai tidak bisa melihat alias buta. Bangun dari tempat tidur harus dibantu.

Meski dalam keadaan fisik yang tak berdaya, Retag dengan setia menyuapinya, maupun memandikan istrinya di kursi roda.

Selain memberi makan dan minum sang istri, saat ditinggal anak dan menantunya bekerja ia berusaha membersihkan sendiri kamar dengan dua ranjang yang beralaskan tikar anyaman itu.

Malangnya lagi, menurut penuturan Retag, sejak sakit menghampiri dirinya bertahun-tahun, berbagai bantuan-bantuan pemerintah justru menjauh dari keluarganya.

Jangankan mendapat bantuan bedah rumah, bantuan beras untuk makan pun tidak didapat.

Lima tahun ia dan istrinya menderita sakit, tak sekalipun ada petugas pemerintah yang datang untuk memberi pengobatan.

“Sejak saya sakit, belum ada bapak-bapak dari pemerintah. Bantuan juga tidak ada. Dulu pernah dapat beras, tapi setelah sakit tidak lagi. Begitu juga rumah (bantuan bedah rumah, red) sudah masuk daftar, tapi dicoret. Dipindah ke keluarga lain," sebutnya.

Meski tanpa uluran tangan pemerintah, Retag mengaku tetap berjuang agar bisa bertahan hidup.

Sementara Kepala Dinas Sosial dan Tenaga Kerja Badung IB Oka Dirga yang dikonfirmasi terpisah masalah ini, enggan berkomentar terlalu jauh sebelum melakukan pemantauan ke lapangan.(*/mus/chi)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Mata Langsung Terasa Segar Begitu Menatapnya, Wouw Banget!


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler