Kisah tentang Gus Dur, Sabam dan Makam

Sabtu, 15 Oktober 2016 – 23:03 WIB
Mantan Ibu Negara Sinta Nuriyah Wahid. Foto: dokumen Jawa Pos

jpnn.com - JAKARTA - Politikus senior Sabam Sirait yang baru saja menginjak usia 80 tahun telah memberi kesan istimewa pada orang-orang yang mengenalnya. Tokoh pendiri PDI saat fusi partai politik 1973 itu bukan hanya politikus yang ulet dan tangguh, tapi juga sosok yang hangat dan bersahabat.

Kesan tentang Sabam sebagai sosok bersahabat itulah yang dituturkan  mantan Ibu Negara Shinta Nuriyah Wahid. Istri mendiang Presiden Abdurrahman Wahid alias Gus Dur itu hadir pada perayaan ulang tahun Sabam di Balai Kartini, Sabtu (15/10).

BACA JUGA: Gelar Operasi di Tol Cikampek, BNN Sita 56 Kg Sabu-Sabu Asal Malaysia

Shinta mengaku terus mengenang persahabatan suaminya dengan Sabam. Menurut Shinta, perbedaan agama dan politik bukanlah penghalang bagi suaminya dan Sabam untuk membina persahabatan.

Gus Dur dikenal sebagai tokoh Islam dari Nahdlatul Ulama (NU). Sedangkan Sabam dikenal sebagai tokoh Partai Kristen Indonesia (Parkindo) yang akhirnya berfusi menjadi PDI.

BACA JUGA: Pak Sabam Jadi Sosok di Balik Keputusan Megawati Terjun ke Politik

Namun, kesamaan tekad dalam memperjuangkan demokrasi telah menyatukan Sabam dan Gus Dur dalam ikatan persahabatan. “Meski berbeda agama, keduanya dipertemukan dalam memperjuangkan demokrasi kebangsaan dan nasionalisme,” kata Sinta yang hadir didampingi putrinya Yenny Wahid.

Karenanya, Sinta pun merasa perlu hadir pada perayaan ultah Sabam demi penghormatan atas persahabatan. "Saya merasa harus hadir mengingat persahabatan Bapak Sabam dan suami saya Gus Dur,” kata Sinta.

BACA JUGA: Gelar OTT di Kebumen, KPK Tangkap Lima Orang

Politikus senior PDIP Sabam Sirait saat merayakan ulang tahunnya yang ke-80 di Jakarta, Sabtu (15/10). Foto: dokumentasi pribadi for JPNN.Com

Sedangkan Sabam punya cerita menarik soal persahabatannya dengan Gus Dur. Kedua tokoh itu pernah sama-sama berjanji bahwa siapa pun di antara mereka yang berumur panjang, maka harus menghadiri pemakaman yang terlebih dulu meninggal dunia.

Sayangnya, saat Gus Dur wafat, Sabam sedang berada di luar negeri sehingga tak bisa menghadiri pemakaman mantan ketua umum PBNU itu. “Waktu Gus Dur meninggal, saya tidak ada di Indonesia,” kata pria kelahiran 13 Oktober 1936 itu.

Karennya begitu Sabam tiba di Indonesia, ia bergegas ke makam Gus Dur di Jombang. “Setelah pulang saya langsung pergi ke Jombang untuk ziarah,” kata ayah politikus muda PDIP Maruarar Sirait itu.(jpg/ara/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Ombudsman Sebut Institusi Penegak Hukum Paling Mandul Adalah...


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler