Kisah Tim Heli TNI Menembus Medan Sulit di Lokasi Bencana Tsunami Mentawai

Ingat Wajah Pengungsi, Tak Peduli Habiskan 2.600 Liter Avtur Per Hari

Jumat, 12 November 2010 – 08:08 WIB

Menyalurkan bantuan untuk para korban tsunami di Kepulauan Mentawai tidaklah mudahInilah kisah bagaimana sulit dan mahalnya menyalurkan bantuan dengan helikopter ke lokasi bencana itu

BACA JUGA: Memboyong Semangat Soekarno dari Guangzhou ke Riau



==========================
ZULHAM MUBARAK, Mentawai
==========================
 
BADAI tropis Anggrek menerpa Kepulauan Mentawai pada pekan pertama pascatsunami yang melanda wilayah itu, Senin (25/10)
Sepekan penuh cuaca di Mentawai berubah-ubah hanya dalam hitungan jam

BACA JUGA: Mengikuti Peringatan Hari Pahlawan di KBRI Yangon, Myanmar

Panas terik seketika berubah menjadi hujan badai hanya dalam selang waktu satu?dua jam

 
Bantuan pun menumpuk di posko utama bantuan tsunami di Sikakap

BACA JUGA: Wartawan AS Full Akses, Lokal Dibatasi

Upaya distribusi sulit dilakukan karena gelombang laut rata-rata 6-7 meterNamun, kendala cuaca itu tidak menjadi halangan bagi tim heli TNI-ADHantaman keras angin di kabin monitor helikopter tidak menghalangi upaya penyaluran logistik ke sejumlah wilayah di pesisir selatan Pulau Pagai Selatan"Kami harus berangkatKalau tidak, korban akan bertambah karena kelaparan," ujar Mayor Penerbang Syasuandi meyakinkan empat kru heli Mi-17 yang dikemudikannya.
 
Cuaca ekstrem berkali-kali menggagalkan distribusi makanan, obat-obatan, dan pakaian serta evakuasi korbanSekitar lima hari enam helikopter tidak bisa mengudara karena alasan ituSyas (panggilan akrab Syasuandi) pun mengumpulkan krunyaSetelah berkoordinasi, mereka menyatakan siap menerabas cuacaKode untuk loading barang ke lambung heli berukuran jumbo itu pun dimulai
 
Syas dan timnya diberangkatkan dari Skuadron 21/Sena TNI-AD, JakartaDia bertugas sejak dua hari pascagempa berkekuatan 7,2 skala Richter yang disertai tsunami di Kepulauan MentawaiHasilnya, setelah berkali-kali gagal terbang, Selasa lalu (2/11) Syas dan krunya menjadi tim heli pertama yang mendarat di ujung Pulau Pagai Selatan, yakni Dusun Surat Aban.
 
"Ketika datang, kami disambut isak tangis karena hampir sepekan mereka menanti bantuan makananSaya pun berlinang air mata melihat mereka berebut makanan," ungkap Syas.
 
Heli yang digunakan dalam misi bantuan bencana tsunami kali ini adalah dua jenis helikopter Mi-17 V-S produksi Rosoboronexport Rusia, yakni sejenis biro negara yang diberi kewenangan untuk menangani ekspor senjata Rusia
 
Para pilot sangat yakin dengan kekuatan mesin heli bikinan 2008 ituSebab, heli dilengkapi penunjuk arah udara, perlengkapan perang elektronik, peringatan awal satuan lintas udara, serta pencari sinyal daruratMi-17 juga mampu membawa barang, baik dalam kabin maupun di luar kabin, dengan kekuatan maksimum 13 ton.
 
"Hebatnya lagi, Mi-17 mampu terbang hanya dengan satu mesin jika salah satunya matiItulah yang membuat keyakinan kami berlipat ganda," kata Syas
 
Heli seharga USD 4 juta itu mampu mengangkut 36 personel dan tiga awak pesawat serta beban hingga 4 tonRekan Syas, Kapten Penerbang Rhino Charles dari Skuadron 31/Serbu, Semarang, mengungkapkan, badai membuat jarak pandang di udara hanya berkisar 300 meterTiupan angin kencang yang mematikan juga kerap membuat heli oleng ketika di udara
 
Namun, termotivasi fakta bahwa tak sedikit korban tsunami yang terancam kelaparan karena tersendatnya logistik, Rhino pun pantang menyerah"Saya teringat-ingat terus wajah beberapa anak korban tsunami yang saya temui di SikakapWajah merekalah yang memotivasi saya untuk pantang putus asa," ujarnya.
 
Di sisi lain, biaya distribusi logistik korban tsunami Mentawai bisa disebut termahal dalam penanganan bencana di IndonesiaTiap hari, heli Mi-17 itu rata-rata menghabiskan avtur dalam tangkinya hingga kosong, yakni sekitar 2.600 literSelama distribusi bantuan, helikopter dengan lima baling-baling itu mampu terbang selama tiga jam penuh dengan kecepatan maksimal 250 kilometer per jamDengan harga avtur per liter sekitar Rp 7 ribu, tiap hari dua heli itu menghabiskan minimal Rp 36,4 juta hanya untuk konsumsi bahan bakar.
 
Namun, mahalnya biaya tersebut tidak sebanding dengan risiko keselamatan kruMendistribusikan bantuan di antara cuaca buruk memang mengancam keselamatan anggota TNI tersebutBahkan, Syas mengisahkan beberapa kali tertolong oleh keajaiban TuhanSalah satunya adalah ketika dirinya berhasil mendaratkan heli di atas karang di Surat Aban.
 
Ketika itu, angin bertiup kencangHeli sempat oleng ketika mendaratNamun, beruntung, dengan perkiraan yang tepat, heli akhirnya mampu bertumpu di atas karang"Saya yakin, kalau ini bukan misi kemanusiaan, bisa saja heli ini tergelincir," ujarnya(c5/kum)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Merasakan Sulitnya Upaya Evakuasi Korban Merapi


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler