Kisah Tragis Anak yang Dikarungi Ayahnya dan Dibuang Hidup-hidup ke Sungai

Senin, 12 Oktober 2015 – 05:53 WIB
Penampakan dari luar rumah yang di dalamnya ada bilik sempit untuk tempat tinggal Ferdi Haryadi. Foto: Banten Pos/JPG

jpnn.com - CILEGON - Kasus pembunuhan yang dilakukan Masriya Bin Darfi (50) terhadap anaknya sendiri, Ferdi Haryadi (21), dengan cara dikarungi dan dibuang hidup-hidup ke sungai, menguak sisi lain kehidupan korban selama ini.

Korban kasus pembunuhan sadis yang juga melibatkan ibu tiri IR (30) dan adik kandungnya FA (17) itu, ternyata menjalani hidup yang menyedihkan.

BACA JUGA: Maling Nekat, Gondol Burung Milik Marinir, nih Wajahnya

Dia tidur di balik dinding yang berukuran kecil dan hanya muat untuk satu badan saja. Di balik kamar berukuran kecil.

Ya, korban ditempatkan oleh ayah kandungnya di kamar tersebut lantaran tidak cukup ruang untuk mengisi dua keluarga lain yang tinggal di rumah bercat hijau tempat mereka tinggal, tepatnya di Lingkungan Jereng hilir, Kelurahan Karangasem, Kecamatan Cibeber, Cilegon.

BACA JUGA: Siswi Pacaran dengan Supir, Hamil, Lapor Polisi

Kamar Ferdi itu pun menjadi saksi perencanaan pembunuhan hingga berujung penemuan jasad korban di Sungai Kampung Teneng, Kecamatan Cinangka, Kabupaten Serang, Hari Rabu, 2 Oktober lalu.

"Kalau lihat dari belakang rumah kami, ukuran kamar Ferdi cuman 1,5 meter x 2 meter saja. tapi kita tidak pernah tahu seperti apa di dalamnya. Bayangkan saja, itu hanya bisa buat badan saja, kasihan kan," ungkap Napik, tetangga belakang rumah yang menceritakan kisah di balik kehidupan Ferdi semasa hidup, Minggu (11/10).

BACA JUGA: Polisi Pastikan Sales Makanan Keturunan Tionghoa Itu Bunuh Diri

Napik menjelaskan, Ferdi sesungguhnya memiliki sifat penurut. Semenjak ayah korban menikah dengan istri keempatnya, nasib Ferdi makin mengenaskan, dia tidak terurus.

"Ferdi sering ke sini, kalau lihat dia lapar pasti kita kasih makan. Pas dikasih makan, dia lahap sekali. Memang sejak ada istri keempat ayahnya itu, Ferdi kayak tidak diurus begitu," ujarnya.

Sahiya, mertua Napik juga menceritakan hal yang tidak berbeda. Dia mengenang Ferdi yang lucu, terutama ketika dia mendapat uang kertas seribu rupiah. Dia senang sekali jika punya bergambar pahlawan yang memegang pedang itu.

Keceriaan dan keluguan Ferdi sirna seketika. Saat dia tidak lagi terlihat di sekitar rumah, tiba-tiba dia ditemukan mengambang di Sungai Teneng, Kecamatan Cinangka, 2 Oktober lalu. Usut punya usut, pelakunya adalah ayah dan adik kandungnya serta ibu tiri korban.

Baik ayah, ibu tiri, dan adik korban, semua mengaku kesal terhadap ulah Ferdi yang selama ini dianggap bikin resah warga sekitar. Korban juga disebut sering mengamuk di rumah.

"Saya kesal juga sama Ferdi, karena suka ngamuk aja di rumah. Malu sama teman-teman dan suka ganggu kalau lagi di rumah," kilah FA. (nal/ngo/sam/jpnn)

 

BACA ARTIKEL LAINNYA... Gara-Gara Inilah Agus Dibuang Keluarganya yang Kaya


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler