KLHK Meluncurkan SOIFO 2022, Dokumentasi Kebijakan Mengelola Hutan & Lingkungan

Kamis, 06 Oktober 2022 – 15:10 WIB
Menteri Lingkungan Hidup dan Keuhtanan (LHK) Siti Nurbaya. Foto: KLHK

jpnn.com, JAKARTA - Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) meluncurkan The State of Indonesia's Forests (SOIFO) 2022 pada acara sidang The Committee on Forestry (COFO)-26, di kantor pusat FAO, Roma, Italia, Selasa (4/10).

Peluncuran SOIFO 2022 itu merupakan dokumentasi kebijakan pemerintah mengelola hutan dan lingkungan selama 2021-2022.

BACA JUGA: KLHK Nilai Pabrik DESI Lamongan Layak Jadi Proyek Percontohan Nasional

"Terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam penyiapan dan penyusunan publikasi ini," ujar Menteri Lingkungan Hidup dan Keuhtanan (LHK) Siti Nurbaya dalam siaran persnya, Kamis (6/10).

Acara peluncuran SOIFO 2022 turut dihadiri oleh para Duta Besar Anggota FAO di Roma, Kepala Ekonom, Organisasi Pangan dan Pertanian Perserikatan Bangsa-Bangsa, Máximo Torero, Penasihat Iklim Senior Departemen Pertanian Amerika Serikat, Sean Babington, dan Direktur Jenderal Pengelolaan Hutan Lestari KLHK, Agus Justianto.

BACA JUGA: KLHK Gandeng Mowilex Tanam 10.000 Bibit Mangrove di Belitung

Ada juga Ketua Asosiasi Pengusaha Hutan Indonesia (APHI) Indroyono Soesilo dan para delegasi baik yang hadir langsung atau online.

Menteri Siti menyampaikan SOFO 2022 merupakan dokumentasi kehutanan dunia yang dipublikasikan FAO.

BACA JUGA: Indonesia Penghasil Sampah Terbanyak Kedua, KLHK dan Otsuka Jalankan Program Ini

Alumnus Istitut Pertanian Bogor (IPB) itu mengajak semua delegasi untuk berbagi pengalaman dalam mengelola hutan secara lestari dan menyampaikan ide-ide tentang bagaimana berkolaborasi menjadikan hutan dan penggunaan lahan lainnya sebagai kisah sukses dalam aksi iklim global.

"Semua upaya kami untuk mencapai FOLU Net Sink 2030 juga telah dituangkan dalam publikasi baru kami ini," ungkapnya.

Dia menyampaikan Indonesia menyerahkan Enhanced NDC ke Sekretariat UNFCCC pada 23 September 2022, yang mencerminkan peningkatan target penurunan emisi dari 29% menjadi 31,89% tanpa syara, dan 41% menjadi 43,20% bersyarat.

Enhanced NDC itu merupakan transisi yang sejalan dengan Long-Term Strategy on Low Carbon and Climate Resilience (LTS-LCCR) 2050 dengan visi untuk mencapai net-zero emission pada tahun 2060 atau lebih cepat.

NDC terbaru itu menggambarkan tindakan untuk meningkatan tujuan yang lebih ambisius, berkontribusi mencegah peningkatan suhu rata-rata global 2 °C, dan mengejar upaya membatasi kenaikan suhu hingga 1,5 °C di atas tingkat pra-industri.

"Beberapa kebijakan dan implementasi program akan terus diperkuat dan ditingkatkan untuk menjawab tantangan yang dihadapi sektor kehutanan dan dampak perubahan iklim," ujarnya.

Lebih lanjut, Menteri Siti menyampaikan Indonesia berpandangan bahwa hutan dan tata guna lahan memainkan peran penting dalam mitigasi serta adaptasi perubahan iklim.

Dia mengatakan Indonesia menganggap Kehutanan dan Tata Guna Lahan (FOLU) sebagai sektor utama dalam mencapai target NDC.

Diketahui, sebagian besar pengurangan emisi gas rumah kaca Indonesia akan dipenuhi oleh FOLU dan setelah melakukan analisis menyeluruh.

Pemerintah Indonesia merumuskan sejumlah strategi untuk mencapai FOLU Net Sink 2030.

"Kami yakin akan berada dalam kondisi net sink untuk sektor FOLU pada tahun 2030. Inilah cara kami meningkatkan ambisi kami melalui pencapaian tambahan yang kami peroleh sejak NDC kami dikembangkan," kata Menteri Siti. (ddy/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... KLHK Apresiasi Dukungan Pemda untuk FoLU Net Sink 2030


Redaktur & Reporter : Dedi Sofian

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler