KLHK Sebut Terjadi Perbaikan Kualitas Udara Selama Pandemi Covid-19

Jumat, 05 Maret 2021 – 20:55 WIB
Direktur Jenderal Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan (PPKL) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) M.R. Karliansyah saat media briefing di Jakarta, Jumat (5/3). Foto: KLHK

jpnn.com, JAKARTA - Direktur Jenderal Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan (PPKL) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) M.R. Karliansyah menyatakan selama pandemi Covid-19 terdapat perbaikan kualitas udara.

Ia menjelaskan dari pantauan di beberapa kota data air quality monitoring station (AQMS) untuk PM 2,5 terjadi perbaikan 32-35 persen.

BACA JUGA: Greenpeace Indonesia: Beralih Gunakan BBM Oktan Tinggi, Pencemaran Udara Bisa Dikurangi

“Dibandingkan dengan tahun sebelumnya, pada periode yang sama hampir seluruh kota mengalami perbaikan kualitas udara, kecuali daerah yang dipengaruhi kejadian karhutla. Kami terus melakukan pemantauan rutin setiap hari,” ungkap Karliansyah saat media briefing di Jakarta, Jumat (5/3).

KLHK berkomitmen memberikan informasi mutu udara yang tepat dan akurat kepada masyarakat dalam upaya pengendalian pencemaran. Publik dapat mengetahui hasil pemantauan kualitas udara secara real time di Indonesia melalui aplikasi berbasis android dan website ISPU Net.

BACA JUGA: Strategi KLHK Hadapi Masalah Pencemaran Udara di Jakarta

“Saat ini alat pemantauan status mutu udara telah terpasang 39 lokasi di kota-kota besar di Indonesia. Tahun 2021, akan dilakukan pembangunan 14 unit air quality monitoring station tambahan,” kata dia.

Ia menambahkan selain kondisi kualitas udara, data yang ditampilkan yaitu nilai kritis parameter, nilai kelembaban, nilai tekanan udara, suhu, dan grafik parameter.

BACA JUGA: Penting Menjaga Kualitas Udara di Rumah, Salah Satunya Terkait COVID-19!

Adapun parameter yang digunakan dalam perhitungan indeks standar pencemar udara (ISPU) hingga saat ini adalah partikulat (PM10 dan PM2.5), karbon monoksida (CO), sulfur dioksida (SO2), nitrogen dioksida (NO2), ozon (O3), dan hidrokarbon (HC).

“Hasil perhitungan ISPU PM 2,5 disampaikan tiap jam selama 24 jam. Sementara, parameter selain ISPU PM 2,5 disampaikan dua kali sehari setiap jam 09.00 dan 15.00 WIB,” tutur Karliansyah.

Ia mencontohkan grafik ISPU yang diperoleh dari Stasiun KLHK – Jakarta GBK menunjukkan kondisi kualitas udara Jakarta periode 1 Januari hingga 4 Maret 2021, berada pada kategori “Baik” sebanyak 24 hari, dan “Sedang” sebanyak 38 hari. Dengan catatan, pada 23 Januari 2021 alat dalam perbaikan (tidak ada data ISPU).

Metode perhitungan ISPU mengacu pada Peraturan Menteri Lingkungan Hidup (Permen LHK) Nomor 14 Tahun 2020 tentang ISPU.

Adapun ISPU dihitung dari data hasil pemantauan kualitas udara ambien dengan stasiun pemantau yang beroperasi secara otomatis dan kontinu (AQMS).

“Apabila dibandingkan dengan ISPU pada negara lain atau biasa disebut Air Quality Index (AQI), perbandingan kategori dan batasan nilai ISPU parameter PM 2,5 memiliki kategori dan rentang kategori yang tidak jauh berbeda,” terangnya.

Terkait kualitas udara di daerah rawan karhutla, informasi yang resmi dan valid bagi masyarakat tetap harus merujuk pada ISPU yang juga bisa dipantau menggunakan aplikasi android. karena sudah menggunakan standart penghitungan yang ilmiah dan bisa dipertanggungjawabkan. (*/jpnn)

 

Jangan Sampai Ketinggalan Video Pilihan Redaksi ini:


Redaktur & Reporter : Boy

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler