jpnn.com - SLEMAN - Plt Ketua Umum Slemania, julukan suporter PSS Sleman, Lilik Yulianto menegaskan telah melakukan investigasi mandiri. Dari proses yang sudah berjalan, dia menemukan ada beberapa kejanggalan.
Pertama, terkait Direktur Pengelola PSS Supardjioni yang tidak ada di bench tim. Menurut basil investigasi awal Slemania, Lilik menyatakan bahwa Supardjiono masih ada di bench PSS saat gol bunuh diri pertama menit ke-85 terjadi. "Putusannya jelas aneh. Beberapa orang yang menyaksikan laga itu, bilang Supardjiono disana. Kok, dibilang Komdis tidak dilapangan, disebut kembali sesudah kejadian. Ini kan jelas siapa yang main-main," tegas dia.
BACA JUGA: Joe Hart Semprot Balik Pengkritik City
Kejanggalan yang kedua, saat Hinca menyebut peran Supardjiono digantikan sekretaris tim Erry Febrianto karena di awal laga dia keluar stadion. Kenyataannya, Supardjiono kembali lagi sebelum kejadian.
Karena Komdis tak mendalami fakta, sanksi terberat akhirnya tidak jatuh kepada otak sepak bola gajah, Supardjiono. Tapi, sanksi seumur hidup dan denda Rp 200 juta diberikan kepada Erry yang dinilai mengambil tanggung jawab Supardjiono.
BACA JUGA: Pelatih Roma Nilai City Hanya Lucky
Dari investigasi yang dilakukan Slemania, lelaki yang akrab disapa Ableh tersebut ternyata sedang tidak berada di Sleman. Dia saat kejadian, Erry sedang bertugas ke Martapura, Kalimantan Selatan, untuk menyaksikan pertandingan Martapura lawan PSCS Cilacap. "Kami juga pernah melihat tiket pertandingan dan pesawat yang dibeli sama Ableh. Jadi ini jelas tipu-tipu," tandasnya.
Karena itu, dia melihat bahwa Ableh adalah orang yang dikorbankan untuk kasus ini. Apalagi, setelah kejadian, Ableh menghilang dan tak bisa dimintai keterangan. Begitu juga ponselnya sudah tidak aktif. (ama/mas)
BACA JUGA: Ini Kunci Kemenangan City Atas Roma
BACA ARTIKEL LAINNYA... Slemania Kecewa Otak Sepak Bola Gajah Bebas
Redaktur : Tim Redaksi