KNKT Beber Data Grafik FDR Lion Air

Kamis, 22 November 2018 – 22:07 WIB
Tim penyelam TNI AL dan awak Basarnas mengangkat roda pesawat Lion Air JT610 dari perairan Karawang, Jumat (2/11). Foto: Adek Berry/AFP

jpnn.com, JAKARTA - Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) membeber data grafik Flight Data Recorder (FDR) black box Lion Air JT-610 registrasi pesawat PK-LQP yang jatuh di perairan Karawang, Jawa Barat, Senin 29 Oktober 2018.           

Kepala Subkomite Kecelakaan Penerbangan KNKT Nurcahyo mengatakan, ketika pesawat mulai bergerak setelah lepas landas, terjadi perbedaan penunjukan kecepatan angle of attack (AoA) indikator milik pilot dan co-pilot. 

BACA JUGA: Dua Jenazah Kecelakaan Lion Air JT 610 Teridentifikasi

Angle of attack indikator sejak mulai dari pesawat bergerak sudah terlihat ada perbedaan antara kiri dan kanan. Indikator kanan lebih tinggi daripada yang kiri," kata Nurcahyo saat rapat kerja bersama dengan Komisi V DPR di gedung parlemen, Senayan, Jakarta, Kamis (22/11).

Dia menjelaskan, menjelang terbang tercatat bahwa pesawat mengalami stall atau stick shaker.

BACA JUGA: KNKT Belum Temukan Tanda-tanda Keberadaan CVR Lion Air JT610

“Jadi kemudinya di sisi kapten mulai bergetar. Ini adalah indikasi yang menunjukkan pesawat bahwa akan alami stall atau kehilangan daya angkat," kata Nurcahyo.

Dia menambahkan, berdasar grafik saat itu pesawat tetap terbang. Sempat turun sedikit, kemudian naik lagi.

BACA JUGA: Penumpang Kursi Depan Lion Air JT610 Belum Teridentifikasi

Pesawat saat itu berada pada ketinggian 5000 kaki atau 1524 meter. Nah, akibat pembacaan AoA yang kacau tersebut, mekanisme stabilizer trim atau alat untuk menurunkan hidung pesawat secara otomatis bekerja.

Menurut dia, kemungkinan disebabkan angle of attack di tempatnya kapten yang menunjukan 20 derajat lebih tinggi. “Kemudian memacu terjadinya stick shaker mengindikasikan ke pilot bahwa pesawat akan stall kemudian automatic system atau MCAS menggerakkan pesawat untuk turun," kata Nurcahyo.

Namun, lanjut dia, pergerakan MCAS tersebut dilawan oleh pilot berdasarkan parameter yang nampak dari grafik. Yakni trim down dilawan pilot dengan trim up pesawat. Menurut dia, hal ini dilakukan pilot hingga akhir penerbangan sebelum jatuh.

"Parameter yang tengah biru tengah ini menunjukkan berapa total trim yang terjadi, setelah trim down angkanya turun dilawan oleh pilotnya trim up. Lalu kemudian kira-kira angkanya di angka lima. Sepertinya ini angka di mana beban kendala pilot nyaman di angka 5. Apabila angkanya makin kecil maka beban semakin berat,” tambahnya.

Namun demikian, kata dia, tercatat dalam grafik bahwa di akhir-akhir penerbangan automatic trim terus bertambah. Namun trim yang dilawan pilot durasinya makin pendek.  Akhirnya jumlah trimnya makin lama mengecil.

“Beban di kemudi jadi berat kemudian pesawat turun,” jelasnya.

Nurcahyo menyatakan, data grafik tidak menunjukan ada persoalan dalam indikator masalah di penerbangan Lion Air JT-610. Dari data mesin yang diperoleh bahwa antara mesin kiri dan mesin kanan, hampir semua penunjuk mesin menunjukan angka yang konsisten.

“Jadi kami bisa simpulkan mesin tidak menjadi kendala dalam penerbangan ini," ujar dia. (boy/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... FDR Lion Air Berhasil Diunduh


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler