“Lha, kenapa deklarasi cicak, seharusnya deklarasi buaya, karena cicak itu hanya bisa nangkap nyamuk, padahal rakyat ini berharap agar KPK lebih baik fokus untuk menangkap korupsi-korupsi besar ratusan miliar bahkan triliunan rupiah yang mencederai hati rakyat dan merusak sendi-sendi perekonomian bangsa, kenapa tidak deklarasi Buaya, karena lebih tepat agar bisa nangkap kambil, kerbau, pokoknya yang besar-besar.agar cepat tuntas masalahnya,” papar Sarjan usai menjalani pemeriksaan sebagai saksi untuk tiga rekannya di DPR, Azwar Chesputra, Hilman Indra, dan Fachri Andi Leluasa, di kantor KPK, Jl HR Rasuna Said, Jaksel, Rabu sore (15/7)
Sarjan menilai, KPK jangan terlalu banyak deklarasi dan seremonial, sehingga fokus untuk misi yang diharapkan rakyat belum optimal dijalankan
BACA JUGA: Bawaslu Juga Panggil Mardiyanto
“Padahal kewenangan yang diberikan luar biasa dimana KPK menangani kasus mulai dari penyelidikan, penyidikan, penuntutan dan pengadilannya dilakukan dalam satu atap yang cenderung bisa dikatakan superbody atau diktator yudisial, dimana model seperti ini tidak ada di negara-negara lain di dunia ini, hanya di Indonesia,” bebernya.Seharusnya, lanjut Sarjan yang juga dituliskan dalam rilis, lembaga KPK harus dikendalikan oleh pelaksana yang punya integritas dan kredibilatas yang tinggi agar tidak terjadi penyalahgunaan kewenangan yang menjurus kepada “machts vorming” (pembentukan kekuasaan)
BACA JUGA: SBY Tak Datangi Bawaslu
BACA JUGA: KPK Terus Dikucilkan
BACA ARTIKEL LAINNYA... Erman DidugaTerlibat Korupsi Alkes
Redaktur : Tim Redaksi