jpnn.com - BLITAR –Sempat turun, harga cabai mulai merangkak lagi. Kenaikan harga cabai disebabkan beberapa faktor. Salah satunya, gagal panen. Itu terjadi lantaran tanaman cabai membusuk dan mati karena pengaruh cuaca.
Berdasar pantauan di lokasi, tanaman cabai milik petani di Desa Gandekan, Kecamatan Wonodadi, Blitar, membusuk. Padahal, cabai tersebut bakal dipanen. Akibatnya, banyak petani yang kelimpungan karena sebagian besar cabai membusuk.
BACA JUGA: Regus Business Centre, Solusi Mudah untuk Kebutuhan Kantor di Pusat Bisnis
’’Karena banyak yang membusuk, otomatis hasil panen cabai menurun,’’ ungkap Siti Maryam, petani cabai setempat.
Menurut dia, tanaman cabai membusuk karena cuaca ekstrem. Yakni, sehari hujan, tetapi beberapa hari panas. Padahal, cabai termasuk jenis tanaman yang sangat mudah terpengaruh oleh cuaca.
BACA JUGA: Menteri ESDM Sesumbar Tingkatkan Porsi Biofuel jadi 20 pct
Siti menyatakan, membusuknya tanaman cabai tidak hanya dialami petani cabai setempat, tetapi juga di daerah lain. ’’Rata-rata banyak tanaman cabai yang membusuk,’’ jelasnya.
Nah, membusuknya tanaman cabai berdampak pada menurunnya jumlah panen cabai di tingkat petani. Menurut dia, kondisi tersebut mengakibatkan harga cabai di pasaran naik. Saat ini harga cabai rawit Rp 14 ribu hingga Rp 15 ribu per kilogram.
BACA JUGA: Genjot Devisa, Pemerintah Bebaskan Visa 25 Negara
Padahal, sebelumnya 1 kilogram hanya Rp 10 ribu. Sementara itu, harga cabai merah keriting Rp 15 ribu. Sebelumnya Rp 11 ribu perkilogram. ’’Meski di kisaran belasan ribu, tapi kenaikan cabai lumayan besar. Yakni, naik sekitar Rp 4 ribu per kilogram,’’ bebernya.
Hal serupa diungkapkan petani di Desa Tugu, Kecamatan Sendang, Tulungagung. Ratusan tanaman cabai di desa mereka diserang hama patek. Mereka terancam rugi karena hasil panennya menurun drastis.
Banyak tanaman berasa pedas itu yang mati. Lasemi, petani cabai desa setempat, menyatakan, hama patek mulai menyerang sepekan terakhir. Hama langsung menyerang buah. Itu membuat cabai busuk dan rontok.
’’Sudah seminggu ini diserang patek. Mungkin karena pengaruh curah hujan tinggi dan tingkat keasaman tanah,’’ ungkapnya Senin (16/3).
Perempuan berusia 50 tahun itu menyatakan, petani mendapat informasi dari petugas pemantau bahwa penyakit patek disebabkan cendawan Colletotrichum capsici. Jika hama patek menyerang saat pembibitan, tanaman akan layu. Apabila menyerang kepada tanaman dewasa, dampaknya adalah mati pucuk, busuk, serta kering pada batang dan daun.
Dampaknya terhadap cabai adalah membusuk dan dipastikan gagal panen. ’’Saya menanam sekitar 3.500 bibit. Hampir setengahnya dirusak hama patek. Dampaknya, tanaman yang sedang berbuah itu banyak yang mati,’’ keluhnya.
Jika dihitung dari modal, lanjut Lasemi, petani rugi. Rata-rata modal untuk menanam cabai Rp 1 juta hingga Rp 2 juta. Saat panen, keuntungan bisa Rp 3 sampai Rp 4 juta, bergantung harga cabai di pasaran.
Panen pertama beberapa hari lalu tidak bisa mencapai 1 kuintal, tetapi hanya menghasilkan 10 kilogram hingga 30 kilogram. Padahal, umumnya, kalau tanaman sedang bagus, panen cabai bisa menghasilkan lima kali lipatnya.
’’Memang 1 kilonya untuk cabai rawit saya jual terakhir Rp 22 ribu, sedangkan cabai keriting 1 kilo Rp 8 ribu. Namun, karena hasil panennya minim, tetap saja rugi. Mungkin hampir 100 hektar yang terkena patek,’’ jelasnya. (wen/and/ful/ziz/dha/JPNN/c19/any)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Anak Buah Rachmat Gobel Klaim Harga Beras Turun
Redaktur : Tim Redaksi