jpnn.com, JAKARTA - Dibukanya pintu Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) dan perkembangan Revolusi Industri 4.0 membuat praktisi komunikasi di kawasan Asia Tenggara mau tidak mau berkolaborasi agar mampu bertahan dengan perubahan yang terjadi di dunia bisnis.
Oleh karena itu, sejumlah perusahaan agensi PR dan Komunikasi yang tergabung dalam Public Relations Organization International (PROI) ASEAN sepakat untuk berkolaborasi strategis dalam pengembangan bisnis baru di industri komunikasi.
BACA JUGA: Ilham Habibie: Jangan Paksakan Industri 4.0 Sepenuhnya Berlaku di Indonesia
Beberapa perusahaan PR yang tergabung di dalam PROI ASEAN di antaranya Imogen PR (Indonesia), Huntington Communications (Singapura), M2.0 Communications (Filipina), Midas Communications (Thailand & Vietnam), dan Priority Communications (Malaysia), dan Echo Myanmar Communications (Myanmar), yang merupakan perusahaan PR yang memiliki reputasi terbaik di negaranya masing-masing.
Masing-masing dari mereka rata-rata telah memiliki pengalaman selama 15 tahun dalam industri PR dan komunikasi.
BACA JUGA: Pelaku Usaha Kecil Harus Bisa Masuk Revolusi Industri 4.0
Bila digabungkan, keseluruhan perusahaan PR yang tergabung dalam PROI ASEAN memiliki lebih dari 250 praktisi komunikasi yang berpengalaman dengan keahlian di lebih dari 13 bidang, meliputi otomotif, properti, teknologi, pariwisata, perdagangan dan lain sebagainya.
Ketua Umum Asosiasi Perusahaan Public Relations Indonesia (APPRI) Jojo. S. Nugroho Jojo mengatakan, kolaborasi yang terbentuk merupakan salah satu perwujudan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA).
BACA JUGA: Menaker Minta Perguruan Tinggi Miliki Dua Orientasi
Menurutnya, untuk memenangkan kompetisi bisnis di tingkat global, pendekatan untuk saling berkolaborasi secara positif dengan berbagai perusahaan PR di kawasan Asia Tenggara menjadi kebutuhan yang tak bisa dihindari lagi.
“Situasi seperti inilah yang mendesak perusahaan PR lokal untuk memiliki standar global agar dapat bersaing, menjadikan kolaborasi antarnegara sebagai sebuah ‘komoditas’ dengan nilai tukar yang sangat tinggi,” ujar Jojo, Senin (18/3).
Menurutnya, kolaborasi strategis ini akan mendorong seluruh mitra untuk mengembangkan konten dengan dukungan pengetahuan lokal yang telah dikuasai secara mendalam.
Hal itu untuk menghasilkan solusi komunikasi yang berkualitas yang dapat diterapkan dengan baik di kawasan Asia Tenggara.
Dengan mengusung slogan ‘Beragam dalam Budaya, Bersama dalam Keahlian’ PROI ASEAN akan membantu klien dalam membangun ‘brand awareness’, meningkatkan kredibilitas.
Selain itu, juga mendorong pertumbuhan usaha melalui pendekatan terpadu layanan komunikasi yang menghubungkan kawasan ASEAN.
Di antara beberapa klien yang telah mendapatkan manfaat dari keahlian yang dimiliki PROI ASEAN serta terbukti telah menghadirkan dampak positif di market lokal yang cukup beragam.
Di antaranya Tourism Tasmania, Tetra Pak, Shopee, Paypal, Takeda dan sejumlah perusahaan ternama lainnya.
Para mitra yang tergabung dalam PROI ASEAN, terang Jojo, selain mampu memenuhi kebutuhan atas jangkauan geografis yang luas, juga merupakan perusahaan agensi PR yang masing-masing memiliki keterampilan yang sangat unik.
Secara bersamaan, PROI ASEAN juga telah memenangkan banyak penghargaan setingkat nasional dan internasional di antaranya yaitu Holmes Report’s SABRE Awards, Stevie Awards, PR Week’s Awards, Mumbrella Awards, PR Indonesia, dan lain sebagainya.
CEO Huntington Communications, Lena Soh mengatakan, kehadiran jaringan PROI ASEAN memberikan peluang kepada perusahaan PR di Asia Tenggara agar dapat meningkatkan pelayanannya menjadi lebih baik, salah satunya bekerja dengan ditunjang kekuatan para mitra yang tergabung di sana.
“Huntington Communications Singapura telah meraih sejumlah penghargaan dari tahun ke tahun baik di bidang kampanye terpadu, PR korporasi dan manajemen krisis,” ujar Lena Soh.
Founder & Master Connector Midas Communications (Thailand), Karin Lohitnavy mengatakan, dari perspektif pengalamannya beroperasi di Negeri Gajah Putih, anggapan yang menilai bahwa semua negara di kawasan Asia Tenggara memiliki karakteristik yang sama merupakan sebuah kesalahan.
Menurutnya, keberagaman yang dimiliki masing-masing negara merupakan hal yang unik dan menarik, serta menjadi modal yang penting bagi praktisi komunikasi.
“PROI ASEAN menyatukan berbagai keahlian dan pengetahuan lokal atas keunikan kondisi dari masing-masing negara. Daripada berfokus mencari-cari persamaan artifisial, saya yakin mengakui dan menghormati setiap perbedaan tersebut merupakan kunci sukses kolaborasi PROI ASEAN ini,” katanya. (jos/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... 3D Printer Industri 4.0 Besutan Inspira Academy Bidik Segmen Pelajar
Redaktur : Tim Redaksi