Kolaborasi Konsep Ritel Offline dan Online Sebuah Keharusan

Jumat, 26 Januari 2018 – 01:43 WIB
Matahari Department Store.FOTO: FATZERIN/KALTIM POST/JPNN

jpnn.com, JAKARTA - Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia Roy Mandey mengatakan, industri ritel nasional belum pulih dari kemerosotan.

”Tahun 2013 dan 2014 bisa tumbuh 15 persen year-on-year. Tahun 2016 tumbuh sembilan persen. Tahun 2017 lebih rendah, yaitu sekitar 7–7,5 persen,” ujar Roy saat ditemui di Retailing Internet Expo 2018, Jakarta, Rabu (24/1).

BACA JUGA: Makin Populer, Bitcoin Tak Bisa Dibendung

Menurut Roy, penurunan tersebut disebabkan perilaku konsumen yang sudah berubah.

”Dari yang semula belanja itu keharusan, sekarang bukan keharusan. Dulu orang bawa troli penuh. Sekarang belanja lebih memilih,” tambah Roy.

BACA JUGA: Penggunaan Bitcoin Sudah Tidak Terkontrol

Perubahan perilaku tersebut, lanjut Roy, semakin berkembang dengan kemudahan yang ditawarkan teknologi digital.

Konsumen semakin meminati pola belanja melalui delivery, berburu barang kesayangan melalui aplikasi, dan kemudahan lain yang ditawarkan internet.

BACA JUGA: Obligasi Korporasi Lebih Menarik Daripada SUN

”Kami pun dapat melihat bahwa digitalisasi itu suatu keniscayaan. Itu tidak bisa ditolak,” ujar Roy.

Pelaku industri ritel pun berancang-ancang untuk menerapkan konsep omni channel.

Yaitu mengintegrasikan offline dan online, serta konsep mixed-use dengan cara mengombinasikan ritel dengan sektor lain.

”Sekarang anggota kami sudah banyak yang menerapkan perpaduan antara department store dengan coffee shop atau dengan arena bermain. Hal tersebut cukup efektif karena konsumen offline menginginkan experience belanja yang berbeda,” urai Roy.

Oleh karena itu, soal tutupnya ritel di sejumlah lokasi, Roy enggan mengartikan hal tersebut sebagai indikasi industri yang bangkrut atau menyerah.

Namun, lebih pada perubahan strategi bisnis model, relokasi ke tempat yang lebih prospektif, dan sebagainya.

”Ritel tutup karena relokasi. Karena segmen dan customer-nya sudah tidak maksimal.

Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Bhima Yudistira Adhinegara mengatakan, kolaborasi konsep antara ritel offline dan online memang sangat diperlukan.

”Agar sektor konvensional juga berkembang, yang perlu didorong adalah kolaborasi dengan e-commerce,” ujarnya.

Kolaborasi itu sudah dilakukan di negara-negara maju. Misalnya, kolaborasi antara Amazon dan Whole Foods Market. Alibaba juga sudah berinvestasi di sektor offline.

 ”Bahkan, dari konsep baru tersebut, mereka bisa menciptakan ribuan tenaga kerja baru,” tutur Bhima. (agf/c6/sof)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Ini Prediksi Pergerakan Rupiah pada 2018


Redaktur & Reporter : Ragil

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler