jpnn.com, BANDUNG - Badan Penelitian dan Pengembangan Perhubungan (Balitbanghub) melalui Pusat Penelitian dan Pengembangan Transportasi Udara menggelar courtesy call ke Institut Teknologi Bandung (ITB) pada Kamis (20/5) dalam pengembangan kolaborasi riset.
Hal ini merupakan salah satu tindak lanjut dari penandatangan MoU antara Menteri Perhubungan dengan Rektor ITB pada 2017.
BACA JUGA: Balitbang Kementan: Eucalyptus Berhasil pada Uji Klinis SARS-CoV-2
Kepala Balitbanghub Umar Aris mengatakan kemajuan pelayanan transportasi membutuhkan adanya inovasi dan sinergi antar stakeholders terkait sehingga perlu adanya kolaborasi antara Academic, Business, Community, Government, dan Media.
“Dalam penetapan kebijakan ini perlu didasarkan kepada kajian ilmiah yang melibatkan unsur-unsur tersebut,” ujar Umar.
BACA JUGA: Sedang Hamil, Paula Verhoeven Positif Covid-19 untuk Kedua Kalinya, Baim Wong Bingung
Pada kunjungan kali ini dibahas mengenai isu strategis dan rencana riset transportasi, terutama transportasi udara dengan mempertimbangkan potensi kedirgantaraan di Indonesia.
Terdapat 15 judul penelitian yang dikerjasamakan pada tahun ini dan tema-tema penelitian termasuk isu strategis di bidang transportasi.
BACA JUGA: Tinder Punya Fitur yang Bisa Ingatkan Penggunanya
Di antaranya keselamatan dan keamanan, konektivitas dan aksesibilitias, pelayanan transportasi, pengembangan transportasi di kawasan strategis pariwisata nasional, sistem transportasi ibukota negara, pengembangan transportasi di kawasan terluar, terdepan, tertinggal dan perbatasan, pengembangan sistem transportasi pendukung logistic, serta SDM dan kelembagaan.
Rektor ITB, Prof. Reini Wirahadikusumah, dalam pertemuan tersebut mengatakan pihaknya mencoba untuk menjawab masalah yang sudah diidentifikasi oleh Kemenhub melalui penajaman studi serta membantu peneliti untuk bersama-sama menyelesaikannya.
Umar menegaskan, saat ini yang menjadi fokus utama Menteri Perhubungan adalah pengoperasian drone dan seaplane yang mengikuti kemajuan zaman. Khususnya termasuk peluang pemanfaatan pesawat N-219 untuk penerbangan seaplane.
Menurut Ketua Lembaga Pengembangan Inovasi dan Kewirausahaan Sigit P. Santosa mengatakan peluang seaplane di Indonesia cukup besar.
Fakultas Teknik Mesin dan Dirgantara (FTMD) ITB bersama PT Dirgantara Indonesia dan Badan Litbang Perhubungan berencana melakukan kerja sama penelitian terkait pengembangan seaplane di Indonesia.
Saat ini pesawat N-219 sudah mendapat sertifikasi dari Kementerian Perhubungan, namun pesawat N-219 tipe amphibi masih dalam tahap pengembangan, di mana akan dilakukan beberapa peningkatan untuk kebutuhan desain dan juga perfoma. Pesawat N-219 dinilai paling optimum untuk pasar Indonesia.
“Jadi yang dipakai di Indonesia ini kebanyakan pesawat tipe twin otter, head to head-nya adalah N219. Namun jika kita menggunakan N-212 itu terlalu besar, cakupan load factor malah jadi rendah, jadi yang paling optimum untuk pasar Indonesia memang yang kapasitas 19 penumpang, supaya load factornya terjaga minimal di 80%,” kata Sigit.(chi/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... PT PP Siap Bersinergi Bangun Pabrik KCC Glass Corporation
Redaktur & Reporter : Yessy