Komentari Erick Thohir, Adian Napitupulu Singgung soal Posisi Presiden dan Pengantar Surat

Kamis, 23 Juli 2020 – 23:16 WIB
Adian Napitupulu saat wawancara dalam program Ngomongin Politik (NGOMPOL) JPNN.com. Foto: Fais Nasruloh

jpnn.com, JAKARTA - Legislator PDI Perjuangan Adian Napitupulu meyakini permintaan Presiden Joko Widodo kepada para aktivis 1998 untuk menyodorkan sejumlah nama yang akan duduk di sejumlah lembaga bukan pernyataan basa-basi.

Adian beralasan dirinya mengenal Presiden Ketujuh RI itu bukan sosol yang suka berbasa-basi.

BACA JUGA: Apakah Adian Pengin Erick Thohir Dicopot dari Menteri? Silakan Simak di Sini

"Saya kenal Pak Jokowi itu dari 2011, sejak dia menjabat wali kota Solo. Ada banyak peristiwa dan obrolan dengan beliau," ujarnya dalam Bincang Santai Dengan Adian Napitupulu yang disiarkan secara langsung melalui YouTube, Kamis (23/7).  

Lebih lanjut Adian mencontohkan permintaan para aktivis agar Presiden Jokowi membebaskan pejuang hak asasi manusia (HAM) Eva Bande. Pada Hari Ibu 2014, Jokowi memberikan grasi untuk Eva Bande yang dihukum gara-gara membela para petani di Luwuk, Sulawesi Tengah.

BACA JUGA: Adian Napitupulu: Bukan Saya yang Minta Bertemu Boy Thohir, Itu Bisa Dibuktikan

"Kemudian soal tahanan politik dan narapidana politik Papua, itu juga dibebaskan. Kami juga meminta agar pelaku human trafficking dihukum berat, itu presiden langsung menelpon Kapolri. Jadi, beliau itu luar biasa menurut saya," ucap Adian.

Politikus kelahiran Manado, 9 Januari 1971 itu pun meyakini ada sejumlah pertimbangan yang mendasari Presiden Jokowi meminya para aktivis 1998 mengajukan sejumlah nama untuk menempati posisi tertentu. Salah satunya adalah pertimbangan tentang konsistensi para aktivis dalam memperjuangkan kemanusiaan di seluruh provinsi di Indonesia.

BACA JUGA: Ssttt... Erick Thohir Datangi KPK, Masuk Lewat Pintu Belakang

"Saat halalbihalal aktivis 98 Juni 2019 itu kan presiden meminta nama. Bisa jadi menteri, dubes, komisaris dan lain-lain. Itu kemudian dia buktikan, pada 17 Oktober 2019, dia meminta saya menjadi bagian dari kabinet," ucapnya.

Adian mengakui dirinya menolak tawaran tersebut karena menyadari kondisinya. Suami Dorothea Eliana itu menyadari soal kondisi kesehatannya.

"Jadi, dia (Jokowi, red) undang memang, (posisi) menteri sudah ditawarkan. Lalu untuk posisi komisaris dan lain-lain, saya percaya presiden tidak akan ingkar. Buktinya, waktu saya berbincang dengan beliau bulan lalu, dia bertanya apa belum masuk," tutur Adian.

Mendengar pertanyaan itu, Adian langsung merespons bahwa dirinya sudah menyerahkan sejumlah nama. Namun, sampai saat ini belum ada yang diangkat.

"Jadi, dia tidak bilang nama-nama yang diajukan tidak kompeten dan lain-lain. Malah bertanya, apa sudah masuk atau belum. Kenapa hal ini saya kemukakan, karena kami menyampaikan apa yang diminta, bukan sebaliknya sebagaimana disebut kami yang meminta," katanya.

Apakah hal itu berarti Menteri BUMN Erick Thohir menolak nama-nama yang diajukan para aktivis'98? Adian menegaskan tidak pernah sekali pun menyerahkan nama atau meminta jabatan kepada Erick Thohir.

"Saya tidak memberikan ke dia, saya memberikan ke presiden dan mensesneg. Jadi, ketika kemudian Erick bilang ada yang ditolak, saya juga tidak tahu itu yang mana," katanya.

"Intinya, presiden meminta nama kepada kami. Kalau misalnya kemudian menteri BUMN mengatakan menolak nama yang dari kami, secara tidak langsung posisi presiden apa dong? Pengantar surat? Harus dijelaskan. Karena kami mengusulkan nama itu ke presiden, bukan ke menteri BUMN," kata Adian.(gir/jpnn)

Jangan Lewatkan Video Terbaru:


Redaktur & Reporter : Ken Girsang

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler