jpnn.com, PADANG - Wakil Ketua Komisi XI DPR RI Achmad Hafisz Tohir menyampaikan perkembangan ekonomi Provinsi Sumatera Barat (Sumbar) telah mencatat pertumbuhan ekonomi tinggi di atas 5 persen (year of year) pada triwulan I tahun 2017. Namun pada triwulan I tahun 2018, ekonomi Sumbar tumbuh melambat ke level 4,71 persen (yoy).
Menurutnya, angka tersebut merupakan pertumbuhan ekonomi triwulan I yang terendah sejak tahun 2013 dan berada di bawah nasional.
BACA JUGA: DPR: Persoalan Transportasi Online Harus Segera Diatasi
Hal itu diungkapkan Hafisz saat memimpin pertemuan antara Tim Kunker Komisi XI DPR RI dengan Bank Indonesia, Badan Pusat Statistik, dan Pemerintah Daerah Sumbar, di Kantor Perwakilan BI Provinsi Sumbar, Padang, Senin (28/5/2018).
Kunker ke Sumbar ini dalam rangka pengawasan perkembangan ekonomi serta pengendalian inflasi daerah pada masa Ramadan dan jelang Hari Raya Idulfitri 1439 H.
BACA JUGA: Presiden Diimbau Tambah Anggaran untuk BNPT
"Walau pertumbuhan menurun di awal semester, tapi inflasi hingga bulan April 2018 masih terjaga pada level rendah yaitu sebesar 0,69 persen (year to date) dan hingga akhir tahun diperkirakan berada di kisaran 3,51 persen (yoy). Ini hasil kerja keras dari Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) dan Pemerintah Daerah serta seluruh stakeholder yang dapat mengendalikan inflasi daerah dengan menekan volatile food-nya,” jelas Hafisz.
Politikus PAN itu pun mendorong TPID harus diperkuat fungsi dan kewenangannya. Menurutnya, TPID seharusnya dapat mengintervensi pasar melalui operasi pasar, bukan hanya sekedar memantau inflasi dengan kewenangan redistribusinya.
BACA JUGA: Komisi VII Mengevaluasi Kinerja Kementerian ESDM Triwulan I
“Inflasi menjadi momok bagi perekonomian kita, dan ini tugas kita bersama untuk mengendalikannya,” imbuh Hafisz.
Sementara itu, Anggota Komisi XI DPR RI Willgo Zainar melihat bahwa inflasi yang terjadi di Sumbar banyak dipengaruhi oleh supply and demand daripada produk yang mempunyai administrate prices, yaitu harga produk yang sudah ditetapkan dari pemerintah pusat. Kebijakan pemerintah pusat terhadap tarif listrik, BBM, tarif pesawat terbang, Organda, dan LPG serta gas, membuat inflasi menjadi sulit diintervensi.
“Pemerintah harus hadir dan menjaga stabilitas inflasi daerah ini, karena inflasi ini mencuri kekayaan rakyat. Inflasi menyebabkan faktor angka kemiskinan melebar, karena masyarakat terbebani oleh biaya yang lebih tinggi daripada pendapatan mereka,” tandas politikus Partai Gerindra itu.(adv/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Ketua DPR Minta Pelajar Ikut Membendung Radikalisme
Redaktur : Tim Redaksi