Komitmen Pemerintah dalam Green Energy: Kunci Penurunan Emisi di Indonesia

Selasa, 24 September 2024 – 17:18 WIB
Indonesia berkomitmen mengurangi emisi melalui dokumen Enhanced Nationally Determined Contribution (ENDC). Foto: Ekon.go.id

jpnn.com, JAKARTA - Indonesia berkomitmen mengurangi emisi melalui dokumen Enhanced Nationally Determined Contribution (ENDC).

Komitmen itu mencakup lima sektor, yaitu limbah, proses industri dan penggunaan produk, pertanian, kehutanan serta penggunaan bahan lainnya, dan sektor energi yang juga mencakup sektor transportasi.

BACA JUGA: Kemenko Perekonomian Sebut Market Mobil Hybrid Sudah Terbentuk, Tetapi

Kebijakan-kebijakan yang dihasilkan dari komitmen tersebut juga telah berhasil menurunkan emisi karbon dari tahun ke tahun.

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian (Menko Perekonomian) Airlangga Hartarto, dalam konferensi Kumparan Green Initiative 2024 yang digelar di Jakarta pada Selasa (24/9), menjelaskan beberapa langkah mitigasi yang telah diambil Indonesia.

BACA JUGA: Kemenko Perekonomian dan Pemprov Gorontalo Bersinergi Kembangkan Ekosistem Kewirausahaan

Salah satu kebijakan penting adalah peningkatan Research Octane Number (RON) bahan bakar serta penggunaan biodiesel yang saat ini telah mencapai B35 dan ditargetkan menjadi B40 pada 2025.

"Biodiesel ini memanfaatkan 54,52 juta kiloliter dan mengurangi impor solar. Devisa yang diselamatkan sebesar Rp404,32 triliun,” kata Menko Airlangga.

BACA JUGA: Terima Kunjungan Mahasiswa UPN Veteran, Kemenko Perekonomian Berikan Pemahaman Ini

Indonesia telah mencatat penurunan emisi karbon yang signifikan sejak 2020, dengan angka 945 juta ton CO2 ekuivalen pada tahun tersebut, turun menjadi 890 juta ton CO2 ekuivalen pada 2021, dan 884 juta ton CO2 ekuivalen pada 2022.

Penurunan ini dianggap sebagai langkah penting yang perlu dipertahankan untuk menghadapi tantangan global di masa depan yang makin dinamis.

Menko Airlangga juga menjelaskan pengembangan teknologi Carbon Capture, Utilization, and Storage (CCUS) yang telah diterapkan di beberapa wilayah Indonesia seperti Arun, Teluk Bintuni, dan Bojonegoro.

Teknologi ini diibaratkan sebagai gudang bawah tanah yang mampu menampung karbon dari proses ekstraksi gas dan minyak. Potensi gudang bawah tanah Indonesia disebut salah satu yang terbesar di dunia, dengan harga karbon saat ini di kisaran 25 hingga 30 dolar per ton.

Pemerintah juga fokus pada percepatan pembangunan infrastruktur kendaraan bermotor listrik dan transportasi publik berbasis energi hijau.

Menko Airlangga menambahkan bahwa Jakarta menjadi kota yang paling progresif dalam penerapan transportasi hijau, dan berharap daerah lain segera menyusul untuk mengurangi emisi dari sektor transportasi.

Indonesia turut berperan aktif dalam berbagai inisiatif energi hijau di tingkat global, seperti ASEAN Zero Emission Community, Just Energy Transition Partnership Program, dan Indo-Pacific Economic Framework (IPEF).

Menko Airlangga menekankan pentingnya peran investasi internasional dalam pengembangan proyek energi hijau, termasuk geothermal dan waste-to-energy, yang menjadi minat besar investor global.

Menko Airlangga juga menyoroti pentingnya peran media dalam menyosialisasikan potensi energi hijau di Indonesia.

"Media memiliki peran yang sangat penting dalam mengedukasi dan mendorong masyarakat untuk menggunakan transportasi rendah emisi," pungkas Menko Airlangga. (jpnn.com)


Redaktur & Reporter : Djainab Natalia Saroh

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler