Komnas HAM Menunggu Respons Bareskrim Polri soal Ustaz Maaher

Kamis, 11 Februari 2021 – 13:27 WIB
Komnas HAM menunggu respons Bareskrim Polri terkait penyebab meninggalnya Ustaz Maaher. Foto: Ricardo/JPNN.com

jpnn.com, JAKARTA - Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) telah mengirim surat kepada kepolisian terkait meninggalnya Soni Eranata alias Ustaz Maaher At Thuwailibi di rumah tahanan (Rutan) Bareskrim Polri.

"Sudah kirim surat untuk keterangan dan informasi, walaupun kepolisian telah menjelaskan di publik penyebab kematian akibat sakit," kata Komisioner Komnas HAM Choirul Anam dalam pesan singkatnya kepada JPNN.com, Kamis (12/2).

BACA JUGA: Ustaz Maaher Sakit Apa? Istri Sudah Teken Surat Pernyataan

Anam menjelaskan, surat ke polisi telah dikirimkan pada Rabu (11/2) kemarin. Namun, polisi belum merespons surat dari Komnas HAM tersebut hingga Kamis ini.

"Namun belum dibalas. Mungkin masih proses," beber dia.

BACA JUGA: Pernyataan Ustaz Maaher 4 Hari Sebelum Meninggal, tentang Kondisinya

Sebagai informasi, Ustaz Maaher At-Thuwailibi meninggal dunia pada Senin (8/2) sekitar pukul 19.00 malam di Rumah Tahanan Bareskrim Polri.

Kepala Divisi Humas Polri Irjen Pol Raden Prabowo Argo Yuwono membenarkan informasi tersebut. Ustaz Maaher meninggal karena sakit.

BACA JUGA: Tegang, Mobil Hitam Dikejar Polisi, Terjebak Kemacetan, Ada Perempuan, Oh Ternyata

"Soal sakitnya apa, tim dokter yang lebih tahu," tutur Argo.

Ustaz Maaher sendiri ditangkap polisi pada Desember 2020 terkait unggahan diduga bermuatan ujaran kebencian di akun pribadinya @ustadzmaaher_ di Twitter.

Ustaz Maaher ditangkap untuk menindaklanjuti adanya laporan polisi bernomor LP/B/0677/XI/2020/Bareskrim tertanggal 27 November 2020.

Maaher ditetapkan sebagai tersangka karena diduga telah melakukan penghinaan terhadap Habib Luthfi.

Dia dijerat Pasal 45 ayat (2) Juncto Pasal 28 ayat (2) Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2016 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE) dengan ancaman hukuman maksimal enam tahun penjara. (ast/jpnn)

Yuk, Simak Juga Video ini!


Redaktur & Reporter : Aristo Setiawan

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler