SAO PAULO - Empat pertandingan yang digelar dini hari tadi tentunya menjadi pertandingan terakhir dari 96 laga fase grup sejak Piala Dunia digeber 14 Juni lalu. Namun, kritik masih saja terus berdatangan.
Yang terbaru, para pelatih serta pemain kompak mengeluhkan buruknya lapangan yang menjadi venue pertandingan di Piala Dunia. Rata-rata mengatakan bahwa kondisinya tidak layak jika menjadi tempat perhelatan.
Salah satu yang lantang menyuarakan ketidakpuasannya adalah pelatih Bosnia-Herzegovina Safet Susic. Menurutnya, lapangan Arena Pantanal di Cuiaba mempunyai "peran" penting atas kekalahan 0-1 timnya ketika melawan Nigeria Sabtu lalu.
"Itu (Cuiaba) adalah lapangan yang buruk. Tidak hanya itu, cuacanya juga menyedihkan," keluhnya seperti dilansir Reuters. Menurutnya, timnya tidak layak untuk kalah hanya karena kebobrokan suatu lapangan.
"Saya tidak sedang berusaha mencari kambing hitam atas kondisi lapangannya. Kami adalah tim yang mempunyai teknik tinggi. Harusnya kami bisa menampilkan permainan terbaik diatas lapangan yang bagus. Sayang, kami terhalang untuk mencetak gol karena hal seperti itu," omel pelatih berusia 59 tahun tersebut.
Susic pun tidak sendirian dalam mengomentari buruknya lapangan. Beberapa hari sebelumnya, arsitek Jepang Alberto Zaccheroni juga memberikan pendapat yang sama. Pria yang baru saja mengundurkan diri sebagai pelatih Samurai Biru itu juga mengatakan bahwa,
"Jika Anda mencari kesempurnaan, maka lapangan yang ada di Brasil sangat jauh dari kesan tersebut."
Pembangunan infrastruktur sebetulnya sudah menjadi isu yang menghangat sejak awal 2014. Banyak kalangan yang pesimistis bahwa Barsil akan sukses menjadi tuan rumah pesta sepakbola empat tahunan tersebut. Penyebab utamanya, banyak lapangan yang masih belum jadi.
Sebanyak enam dari 12 lapangan yang dijadwalkan dipakai memang telah rampung akhir tahun 2013 dan sudah menjadi venue penyelenggaraan Piala Konfederasi. Namun, ada beberapa stadion yang malah baru selesai digarap dua hari menjelang pertandingan pembukaan!
Arena Corinthians di Sao Paulo pun menjadi stadion yang dimaksud. Pihak pemerintah Brasil baru merampungkannya pada 12 Juni 2014. Karena itu, tidak banyak pertandingan yang dapat digelari disana. Sejauh ini, baru lima laga yang telah dilaksanakan di stadion berkapasitas 62.601 tersebut.
Karena itu, pelatih Cile Jorge Sampaoli pun sampai menyebut bahwa lapangan itu sangat buruk karena mereka tidak diperbolehkan menjajalnya sehari sebelum partai ketiga kontra Belanda.
Namun, hal itu langsung dibantah oleh direktur yang menangani Arena Corinthians Andres Sanchez. Bahkan, dengan nada mencibir, dia menyebut timnas Cile sebagai tim yang "menggelikan".
"Pelatih Cile itu sudah terbiasa dengan "indahnya" lapangan di Copa Libertadores. Jadi, ketika dia datang kesini, dia tidak mengenalinya," ejeknya. Tidak hanya Sanchez, komite lokal pun sejauh ini belum menerima komplain apapun dari tim yang melakukan pertandingan.
"Apa yang terjadi dalam pertandingan sangatlah intens. Banyak hal yang terjadi. Namun, tim-tim yang berlaga harus benar-benar memperhatikan kondisi rumput dengan sangat teliti," ujar ketua panitia lokal, Saint-Clair Milesi.
FIFA pun bukannya tanpa solusi. Mereka langsung memberlakukan larangan untuk menjajal lapangan sehari sebelum pertandingan demi menjaga kondisi lapangan agar tetap optimal saat dipakai. Ide tersebut datang dari pelatih Kosta Rika Jorge Luis Pinto. (apu)
BACA JUGA: Berulah, Suporter Argentina Ditembak di Kaki
BACA JUGA: Cannavaro: Saya Siap jadi Pelatih Italia
BACA JUGA: Marquez Klaim Motor Honda Lebih Kuat
BACA ARTIKEL LAINNYA... McLaren Simpan Teka-Teki Untuk Fernando Alonso
Redaktur : Tim Redaksi